Dilan Milea KW SUPER

665 67 12
                                    

Semua orang diam,sunyi merambat dan gelap gulita. Pekatnya malam dan sunyi membuat gadis itu ketakutan,ia ingin berteriak memanggil ibunya tapi ia tidak kuasa. Dia hanya bisa menangis sambil mendengarkan sebuah lagu entah dari mana asalnya.

Kasih ibu kepada Beta...
Tak terhingga sepanjang masa...
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang Surya menyinari dunia...

Di setiap listrik padam lagu itu selalu terngiang.Sebuah cairan merah memercik mengenai pipinya. Saat itu yang ia tahu kegelapan hanya bisa membuat sebuah petaka.

Jisoo bangun dengan sedikit lesu begitu pula dengan Wendy dan Seulgi. Sang chef sedang sibuk memasak sarapan pagi untuk mereka dan Hae In sedikit mempertanyakan mengapa yang terjadi tadi malam,mengapa Jisoo begitu ketakutan.

"Jisoo,kamu phobia sama kegelapan ya?"

"Iya,Pak. Maaf semalam sudah merepotkan"

Hae In tidak ingin mengulik masalah itu lebih lanjut, lagipula itu masalah privasi.

"Kalau begitu saya harus jadi terang biar kamu tidak selalu kegelapan"

"Basi Pak, Emangnya Bapak PLN?"

Sahut Seulgi. Wendy kembali merasa bersalah,itu semua karena Seulgi yang mabuk tiba tiba saja menekan saklar listrik.

"Maaf ya Jis, semalam gara gara Seulgi yang padamin listrik. Kamu pasti ketakutan banget"

"Nggak papa kok. Jadi hari ini kita coba ke pantai,gimana?"

"Maaf mbak Jisoo saya masih mual gara gara mabuk semalam jadi mau tetap di villa"

Sahut Seulgi sambil mengurut kepalanya dengan minyak kayu putih. Begitu juga Wendy tampak sangat kepayahan, bibirnya pucat.

"Saya juga nggak bisa,lagi nggak enak badan. Ini gara gara Kim Tae! Saya sama Seulgi di tantang banyak minum kemarin biar dikenalin sama bule"

"Kim Tae disini?"

"Iya,Pak Kim Tae disini. Dia nggak ngehubungin bapak? Padahal sahabat bapak loh"

"Nggak,Kim Tae nggak ngabarin. Yaudah kalo gini nggak papa kalo yang jalan jalan hari ini hanya saya sama Jisoo? Jisoo,kamu tidak keberatan kan?"

Jisoo menatap ke arah Hae In ragu. Sia sia liburan singkat ini jika hanya dihabiskan berada di villa seharian.

"Oke,jadi hanya saya dan Pak Hae In yang jalan jalan?"

"Enggak Mbak Jisoo. Kalian nggak cuma berdua tapi bertiga"

Seulgi menimpali,kini ia sambil meneguk teh hangatnya.

"Maksudnya apa ?"

"Iya,yang ketiga itu setan Pak"

Seulgi terkekeh. Wendy tahu kalau dengan Seulgi seharian di villa akan kacau tapi apa boleh buat rasa mual karena alkohol menghalanginya.

***
Pasir putih, ombak masih tenang dan suasana pantai yang masih sepi. Jisoo dan Hae duduk disebuah gazebo sambil menatap matahari yang sedang terbit.

"Bapak lebih suka matahari terbenam atau matahari terbit?"

"Kalo saya lebih suka matahari terbit, permulaan. Matahari terbit itu awal ketika kita bersiap untuk menghadapi dunia"

"Bapak puitis juga ya,kalau saya sendiri matahari terbit juga. Saya benci matahari terbenam"

"Karena kamu benci gelap kan? Padahal jika kita memberanikan diri untuk membuka mata saat kegelapan itu kita tahu apa yang ada didepan kita. Jangan khawatir"

My Bossy SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang