11

3.1K 425 20
                                    

Keknya part 11 g seru deh:(
Jdi, sorry...
∆Komen jika ada typo

Minggu pagi, tepat jam setengah 7 mereka berlari pagi mengelilingi komplek perumahan. Tidak hanya mereka, banyak yang juga mengikuti aktivitas tersebut. Karena ramai, Astraga jadi senang, ia berlari bersama 2 anak kecil asing yang tiba tiba mengganggunya.

Bocil tuyul itu berjalan di samping kiri dan kanan Astraga, mereka cekikikan dengan mulut cadelnya. Astraga hanya menjadi pendengar di tengah sebab tak mengerti:')

Cuacanya tak terlalu panas sebab matahari terkadang tertutup awan kelabu. Angin lembut menyapa setiap orang orang di sana. Setidaknya ini sedikit aman dan nyaman bagi Astraga si albino.

Bocil tuyul itu berjalan lebih depan dan saling berbisik, lalu setelahnya tertawa ngakak. Lagi lagi dia hanya tersenyum, paksa.

"Kamu tau?"

"Nggak."

Hanya percakapan seperti itu, mereka tertawa geli dan nyaring.

Astraga berekspresi seperti ini

Velanda di belakang tertawa kecil, dia mendekati adiknya dan menyenggolnya sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Velanda di belakang tertawa kecil, dia mendekati adiknya dan menyenggolnya sedikit.

"Napa cil? Komuk lo sepet amat."

Astraga melirik sinis, netranya menangkap anak kucing yang baru bisa berjalan dengan bulu berwarna oranye. Ia mendekat,

"Halo pupus! Bertemu lagi dengan ku ya?"

Emang kapan dia bertemu kucingnya, padahal baru saja bertemu. Agaknya mereka korban reinkarnasi:v

Astraga terus mengelus dan mengajak berbicara kucing tersebut hingga dirinya tertinggal. Tak apa, dia hapal jalan pulang kok:)

"Yaudah, abang mau pulang. Dede di sini bae bae nunggu emak pulang oke? Byee."

Astraga pulang.....

Dengan ketar ketir sebab di ikut oleh kucing tersebut.

"Jangan jangan kucingnya jelmaan gondol wewe?"

"Ya Allah musibah apa lagi tuhan hiks."

"GASWAT GASWAT!!! GAWATER GAWATER!!masa aku lupa jalan?"

Astraga mau menangis saja rasanya, sudah di buntuti kucing yang menjelma, otaknya yang tiba tiba lupa jalan pulang. Hidungnya sudah beler ingus yang terus ia sedot. Dia menengok ke belakang dan menghampiri kucing itu yang sudah berhenti mengejar.

"Kucing, Jangan ngikutin lagi ya—" dia menyedot ingusnya, "–wewe gombel Aga g punya uang! Jangan ngikutin dosa!"

"Kalo nggak punya duit, ngamen yuk?"

"Nggak jadi."

...

"Mau pulang....hiks." isakan lolos dari mulutnya. Ia jadi malu, cepat cepat ia seka dengan kasar.

Si AlbinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang