12

3.2K 472 39
                                    

∆Komen jika ada typo

Sarapan pagi dengan buryam mantul di ujung komplek tempatnya kemarin tersasar sudah, minum susu sudah, mandi juga sudah tadi, tidak ada sekolah hari ini, jadi dia hanya berleha leha di sofa ruang santai dengan toples kacang mete di pelukannya yang isinya yupi.

Sebenernya toplesnya bisa untuk cemilan apa saja, tapi karena Astraga yang usil dia mencoret Tupperware mahal tersebut dengan spidol permanen dengan tulisan 'Khusus Kacang Mete!'. Tapi lihatlah isinya tidak kacang, melainkan yupi

Up to you Astraga aja lah.

"Aga~ ayah kerja ya?" Rasendra muncul, dengan setelan rapi. Astraga otomatis cemberut.

Ia mengunyah pelan yupi yang berbentuk tangan itu dengan melirik Rasendra. Yang di lirik hanya tersenyum.

"Kan cuma sebentar, ayah mah kerja nggak kayak kakak sama abang yang ngaret."

"Ngaret? Gelap karet?"

"..."

"Hahaha..." Rasendra meraup gemas wajah putranya.

"Ayah kerja ya?" Kembali ke topik awal, Rasendra meminta izin terlebih dahulu ke si bungsu.

"Iya, ayah jangan sore sore pulangnya."

Rasendra tersenyum senang, ia mencium pipi Astraga yang bergerak karena mengunyah.

"Siap kapten kecil!"

"Dih!"

°°°°°°

"Syuutttt!! Diem bego lo nggak liat tuh ada bocil lagi turu!"

"Mbah mu turu!"

"Mbah gua emang tidur sih selama lamanya."

"Anjay terang!"

"Syuttt!!"

"Yeilah lo bedua kalo nganuan gua kenceng amat."

"Jan ambigu tolol!"

"Lo yang ngeres bedon!"

Astraga melenguh, terganggu dengan suara yang berbisik di dekatnya. Ia menggerakkan tubuhnya yang sedikit pegal dan mengulet.

"Lo semua sih ah elah!"

"Ela mama gua..."

"Pfftt..."

"Elah bukan Ela."

Kakak kedua Astraga, yaitu Velanda mendengus kesal. Ia menendang pelan dua temannya yang berisik sebelum kembali memusatkan fokusnya ke adiknya.

Membangunkan Astraga dengan cara meniup daun telinga, sukses membuat netra biru itu terlihat.

"Abang..."

"Hm, pindah kamar yuk? Ada kunyuk nggak di undang di sini, ada juga nih atu kancut polkadot."

Teman Velanda menyoraki dengan lirih, orang yang mamanya bernama Ela menendang Velanda dengan tidak sopannya, Didi.

"Jangan dengerin No, abang kamu sesat."

"Kek lo!" Balas teman lainnya yang sedang berselonjor, membuat kakinya yang panjang terlihat, Rezi.

Si AlbinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang