"Lo boleh nangis. Kasih tau dunia kalo lo lagi gak baik baik aja. Dan yang terpenting love yourself before you love someone else."
—Cyrilla Evika🔆
Cilla bisa saja menjadi pribadi yang cuek dan tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Tapi bukan berarti wajah menjengkelkan diiringi cekikikan yang daritadi menatapnya tidak membuatnya kesal. Sudah setengah jam sejak mereka pergi untuk makan siang dan sudah setengah jam pula Harlan terus menatapnya seperti itu. Bagi Cilla ini hanyalah makan siang tapi Harlan bersikeras kalau ini adalah kencan.
Yah terserahlah apapun itu. Harlan memang menyebalkan.
"Lo bisa gak liat kearah lain aja?" pada akhirnya Cilla memilih untuk bertanya-atau lebih tepatnya menyuruh Harlan melakukan hal lain yang lebih berguna daripada melihatnya terus menerus.
Senyuman masih melekat diwajah Harlan ketika dengan juteknya Cilla bertanya. Membuat matanya dan mata cewek itu bertemu untuk yang kesekian kalinya. Sebenarnya Harlan tipe orang yang mudah bosan. Apalagi ketika disuruh duduk menunggu tanpa melakukan apa-apa. Dirinya lebih memilih jalan-jalan atau cari kegiatan apapun itu.
Tapi memandangi Cilla tanpa henti tidak membuatnya bosan. Entahlah Harlan sendiri juga tidak tahu kenapa. Seolah pusat kebahagiaannya berada pada cewek itu.
Menanggapi Harlan yang terus menerus tersenyum Cilla memasang wajah marah. Cewek itu menusuk chicken steak dengan garpu menggunakan tenaga yang tidak main main hingga membuat bunyi yang nyaring.
"Kalo lo terus terusan liatin gue, garpu ini bakal melayang ke muka lo." Cilla memperingati.
Bukannya merasa takut Harlan malah tertawa kecil. "Iya iya deh. Gue udah cukup kok liatinnya. Energi gue udah keisi."
"Ngisi energi tuh makan sama istirahat. Bukannya liatin muka gue."
"Itu kan ngisi energi fisik. Kalo ngeliatin lo ngisi energi batin."
"Terserah." Cilla memutar bola matanya malas.
Dari saku jaketnya Harlan mengeluarkan secarik kertas. Bukan uang bukan juga struk pembayaran yang ia kumpulkan seperti kebanyakan orang lainnya. Tapi kertas yang berisi tulisannya sendiri, tentang hal apa saja yang harus ia lakukan untuk mengisi acara kencannya dengan Cilla hari ini.
"Agenda selanjutnya pergi ke taman deket danau." Harlan bersuara, membuat Cilla mengangkat satu alisnya.
"Bahasa lo lebay banget pake agenda segala. Kenapa gak pulang aja sih? Kan kita pergi cuma buat makan siang." gerakan tangan Harlan yang hendak memasukkan kembali kertas agenda kencannya ke saku jaket mendadak terhenti kala mendengar jawaban Cilla yang bagaikan kata terlarang untuk diucapkan.
"Kenapa gak pulang aja? Cuma makan siang?" Harlan mengulangi kata-kata Cilla dengan nada menohok. "Udah gue bilang kita itu lagi kencan K.E.N.C.A.N dan lo sendiri yang mendeklarasikan kalo mulai hari ini kita pacaran."
"Ya emang kalo pacaran harus keluar? Kan dirumah juga bisa."
"Kalo lo mau pacaran dirumah mending nanti kalo kita udah nikah. Biar sekalian buat bayi bayi imut." satu sudut bibir Harlan tertarik keatas, menciptakan smirk yang tersirat akan sebuah makna.
"Atau mau sekarang aja?"
Tangan cowok itu terulur untuk mencolek dagu Cilla, namun sebelum Harlan sempat melakukan itu Cilla sudah lebih dulu memegangi tangannya dan dengan sisa sisa kejengkelan perempuan itu yang sejak tadi ia pendam tangan Harlan malah berakhir terpelintir.
"Cilla sakit woy!!" Harlan berteriak kesakitan, tidak terlalu keras karena ia masih sadar dimana dirinya saat ini. Tapi meski begitu apa yang sedang terjadi tidak luput dari mata orang-orang kepo, aksi yang lebih mirip kekerasan istri terhadap suami itu tentunya menjadi tontonan yang menarik, terutama untuk diviralkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACI
RandomTerkadang kita perlu melihat segala sesuatu dari dua sisi, karena ada alasan dibalik setiap perbuatan yang dilakukan. Hidup Harlan jadi memuakkan semenjak Mama pergi. Dirinya harus belajar mati matian karena permintaan Sang Papa. Bergonta-ganti pac...