🔆HC: 9.I can

27 1 0
                                    

"Rebahan kedengerannya pemales banget. Yang bener tuh horizontal body battery-saving mode."
-Jafar Djapati Wibowo.

🔆

Keputusan Cilla untuk mengunjungi Hazel di hari minggu sudah dipikirkan matang matang sehari sebelumnya. Alasan utama Cilla bukan untuk marah marah atau meminta maaf atas ketidaksengajaan Harlan. Yah mungkin itu bisa dilakukan diakhir pertemuan mereka nanti. Yang jelas Cilla harus tahu dulu alasan Hazel berbuat nekad sampai sampai mengancam nyawanya.

Ada sesuatu yang Hazel sembunyikan.

Mendatangi rumah sakit seorang diri bukanlah hal yang pernah Cilla lakukan. Mengingat keluarganya punya dokter pribadi yang akan melayani kapanpun dan dimanapun.

Cilla bisa bernafas lega begitu melihat Hazel dari balik kaca persegi yang ada dipintu kamar, cowok itu tampaknya sudah membaik. Namun tidak ketika Hazel turun dari ranjangnya disusul mencopot paksa infus ditangannya.

"Hazel!"

Hazel tersentak ketika tiba-tiba saja Cilla berseru keras. Kedatangannya yang sangat mendadak menciptakan kerutan didahi Hazel. "Cilla?"

Cilla berjalan mendekat, memandangi Hazel dari bawah keatas secara intens hingga membuat orang yang ditatapnya kebingungan. "Udah bisa jalan?"

Mendapat pertanyaan itu Hazel mendecak. "Lo kira gue bayi umur 1 tahun baru bisa jalan, hah?"

"Tinggal jawab susah amat."

"Seperti yang lo liat. Gue sehat walafiat."

"Lo mau pergi?"

Bukannya menjawab, Hazel mengabaikan Cilla. Berlalu melewati cewek berjaket jeans itu yang dianggap menghambat tujuannya untuk pergi. Hazel tidak butuh siapapun datang dan melihat kondisinya disaat lemah. Ia benci dikasihani.

"Kenapa lo gak ceritain yang sebenarnya?"

"Gak ada yang perlu diceritain."

"Harusnya lo bilang dari dulu kalau butuh bantuan. Harusnya lo bilang kalau waktu itu bokap lo butuh duit buat bayar operasi nyokap lo. Harusnya kalian gak nanggung semua beban itu sendiri dan terpaksa dicap jelek sama orang-orang."

Pikiran Hazel sepenuhnya tertuju pada apa yang barusan Cilla katakan. Selama beberapa saat Hazel tertegun. Sempat lupa bagaimana cara untuk bergerak karena tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku. Hazel benci dikasihani tapi Cilla justru tahu letak kelemahannya yang paling dalam.

"Kenapa? Kenapa lo gak jujur?" Cilla bertanya lagi.

Hazel tidak menjawab, pikirannya berkecamuk.

"Hazel-"

"Dari mana lo tau?" tatapan Hazel memincing.

"Berarti bener." Cilla bergumam.

"DARI MANA LO TAU?!!" suara Hazel meninggi, ada amarah yang tercampur dalam kata-katanya.

Cilla tersentak mendengarnya. Sedikit terkejut karena Hazel mendadak jadi marah. Seolah apa yang baru Cilla katakan adalah kesalahan besar.

"Gue tau!! Terus kalo gue tau lo mau apa hah? Bales dendam lagi? Bunuh gue? Ngancem gue?" emosi Cilla tersulut. "Gue cuma pengen lo jujur aja udah! Kalo lo lagi susah gue bisa bantu! Gue gak pernah berpikir buat ngasihani lo, gak sama sekali!"

"Gue gak butuh bantuan dari siapapun!"

"Lo butuh! Lo butuh orang lain buat dengerin keluh kesah lo, bahkan semua masalah yang lo sendiri gak kuat untuk mendem semua itu sendirian!" Cilla terengah-engah. "Dan gue menawarkan diri buat jadi posisi itu."

HACI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang