"Jadi gini... Gue kayanya udah nemu seseorang lagi."
"Siapa?"
"Ada deh. Cantik kok orangnya."
"Ya masa gak cantik. Kalo gak cantik gak mungkin lo incer."
—Jendra Santosa🔆
Harlan menginjakkan kakinya ke dalam perpustakaan yang saat ini sedang ramai ramainya. Berbanding terbalik dengan image perpustakaan yang identik dengan hening, sepi dan sunyi. Kali ini banyak yang berlarian, saling jahil dengan temannya, diam diam makan, mendengarkan musik. Keramaian ini terjadi karena mereka lepas dari pandangan guru guru.
Anak anak yang berada diperpustakaan seharusnya belajar karena akan melaksanakan olimpiade 2 bulan lagi. Bisa dibilang mereka adalah titisan einstein alias anak anak berotak cerdas. Tapi kembali lagi, orang berotak cerdas juga manusia biasa. Apalagi ketika disuruh belajar mandiri diperpustakaan, bukannya belajar malah kluyuran kesana kemari.
Harlan berjalan mencari tempat yang kiranya cocok untuk dirinya bermeditasi dengan buku buku. Lalu matanya tak sengaja menangkap seseorang yang sangat familiar diotaknya akhir-akhir ini.
"Hai." sapa Harlan sembari mengambil duduk tepat didepan cewek itu. "Boleh kenalan? Boleh lah masa gak boleh? Gue Harlan Eshandra Putra." Harlan menjulurkan tangannya bersiap menerima uluran tangan lawannya.
"Gue Cyrilla Evika. Lo bisa panggil gue Cilla." ia hanya menatap Harlan sebentar lalu kembali fokus pada buku paketnya. Mengabaikan tangan Harlan yang masih setia pada posisinya.
Harlan menarik kembali tangannya karena tidak ada sambutan. "Lo ikut olimpiade apa?" tanya Harlan berusaha mencari topik pembicaraan.
"Biologi."
"Lo sendirian?"
"Enggak, disini kan banyak orang."
Harlan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya juga ya."
Dari tadi Cilla sudah berusaha keras untuk fokus pada buku yang sedang ia baca. Tapi sepertinya ia tidak akan fokus sampai manusia yang ada dihadapannya ini pergi. Jujur Cilla risih didekati oleh laki-laki apalagi yang modelan Harlan. Bukannya Cilla tidak mau berteman dengan laki-laki, hanya saja setiap laki laki yang mendekati Cilla pasti punya maksud tersendiri.
Entah karena kekayaannya, cantiknya, lebih parahnya lagi pelapiasan. Terkadang hidup dengan segala yang ia miliki justru malah membuatnya tak nyaman dan insecure.
"Lo belajar fokus amat. Gak mau fokus liatin gue. Gue ganteng loh. Enak dipandang, enak juga buat sandaran." Harlan tersenyum, dimata Cilla senyum itu menyebalkan.
Mendadak Cilla menutup buku paketnya. Menumpuknya dengan buku paket lain yang tidak kalah tebalnya. Lalu membawa pergi buku itu dan dirinya meninggalkan Harlan yang keheranan.
Harlan beranjak. "Eh mau kemana?"
"Cari tempat yang sepi."
"Gue bantuin deh ya bawain buku lo. Keliatannya berat banget." tawar Harlan yang melihat Cilla membawa 5 buku tebal.
Cilla menggeleng. "Gak usah. Gue bisa sendiri."
Cewek itu berjalan melewati Harlan yang hanya diam menatapnya. Pandangan mereka sempat bertemu selama beberapa detik yang mana membuat Cilla tiba-tiba hampir terjatuh kalau saja tangannya tidak dipegangi oleh Harlan. Akibatnya buku buku Cilla berserakan dibawah dan nafasnya tersenggal karena shock.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACI
CasualeTerkadang kita perlu melihat segala sesuatu dari dua sisi, karena ada alasan dibalik setiap perbuatan yang dilakukan. Hidup Harlan jadi memuakkan semenjak Mama pergi. Dirinya harus belajar mati matian karena permintaan Sang Papa. Bergonta-ganti pac...