"Kerjain tugas matematika gue dong"
"Gak mau lah. Tugas tugas lo ya kerjain sendiri"
"Lo kan pinter. Apa gunanya gue ngerjain kalo ada lo?"
"Kasian tugasnya gak salah apa apa tapi dikerjain."
—Harlan Eshandra Putra🔆
Tebar pesona pada setiap cewek yang dilewati adalah salah satu keahlian Harlan yang paling utama. Mudah saja, ia hanya perlu menatap lekat pada iris mata si cewek lalu sunggingkan senyuman termanis sejagad raya. Hanya dengan begitu cewek yang ditatap Harlan akan tersipu malu.
"Sof! Sof... Sof... Sof... Softek!"
"Apa lo bilang?! Macem macem lo sama gue?!" Sofi memandang Harlan tajam. Tangannya sudah ancang ancang ingin memukul.
Harlan nyengir. "Ih gitu doang marah. Iya deh i'm so sorry Sofi cantik."
"Maaf lo basi tau gak. Besok paling ngulangin lagi."
"Hehe tau aja lo."
Ngomong-ngomong dua insan itu sedang berada dilapangan basket indoor. Sofi yang sengaja sedang menyendiri dikarenakan jamkos malah bertemu Harlan yang tiba-tiba ikut duduk disebelahnya.
"Kerjain tugas matematika gue dong." pinta Sofi.
"Gak mau lah. Tugas tugas lo ya kerjain sendiri." balas Harlan acuh.
"Lo kan pinter. Apa gunanya gue ngerjain kalo ada lo?"
"Kasian tugasnya gak salah apa apa tapi dikerjain."
Sofi memukul punggung Harlan. "Lo tuh ya! Gue serius!"
"Jangan apa apa mukul bisa gak? Tulang gue lama lama bisa remuk gara gara lo!" Harlan mengeluh.
"Lo sih bikin emosi. Lagian nih ya pelajaran disekolah gak ada gunanya dalam kehidupan gue. Oke matematika buat ngitung duit doang. Bahasa Indonesia, gue bahkan udah bisa sebelum sekolah ditambah gue bisa bahasa inggris lengkap. Karate gue gak dipelajari disini." Sofi malah curhat panjang lebar.
"Ya terus lo sekolah untuk apa hah?"
"Buat dapet ijazah."
"Emang dasar manusia kaya lo tuh perlu dibasmi. Hama negara."
"Dari pada lo sok kecakepan. Harusnya lo tuh sadar kalo lo jelek."
Harlan berdiri dihadapan Sofi, tangan kanannya menyisir rambutnya kebelakang. Membuat dahinya terpampang jelas. "Lo doang perasaan yang bilang gue jelek. Sadarlah wahai kau Sofi."
Diakhir kalimat, dengan jahil Harlan menarik kedua rambut Sofi yang dikepang dua. Hingga kepala Sofi bergerak ke kanan ke kiri sesuai instruksi sang penarik.
Setelahnya perkelahian pun terjadi—maksudnya akan. Karena sekarang masih pada tahap kejar kejaran. Harlan terus tertawa kencang sepanjang ia berlari padahal orang yang sedang mengejarnya bagaikan singa betina yang buas.
Bruk!
Aksi lari Harlan terhenti begitu dia sadar sudah menabrak seseorang cewek. "Sorry sorry gak sengaja. Berdiri sendiri aja deh ya. Gue mager jongkok."
Cewek itu mengangkat wajahnya, Harlan ditempatnya terkejut bukan main.
"CILLA??!"
Cilla tak merespon seruan Harlan. Dirinya sibuk pada rasa sakit yang menjalar pada tangan kirinya. Sepertinya terkilir.
"Lo ngapain anak orang Harlan?! Bawa ke UKS cepet!!" Sofi berseru dibelakang.
Harlan menggendong Cilla ala bridal style. Langkah kakinya yang lebar dengan cepat membawa Cilla ke UKS dan membaringkan cewek itu dikasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HACI
SonstigesTerkadang kita perlu melihat segala sesuatu dari dua sisi, karena ada alasan dibalik setiap perbuatan yang dilakukan. Hidup Harlan jadi memuakkan semenjak Mama pergi. Dirinya harus belajar mati matian karena permintaan Sang Papa. Bergonta-ganti pac...