⚠️ trigger warning mention of abusive parents, alcohol, and s*x (just slightly)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
karina menatap iri anak-anak seumurannya yang pulang dari sekolah. ada yang dijemput orang tua mereka, ada yang pulang bersama teman-temannya, dan ada juga yang bergegas pergi ke tempat les mahal untuk mempertahankan nilai mereka.
karina ingin seperti mereka. bangun setiap pagi dan bersiap ke sekolah, lalu belajar hal-hal baru setiap hari disekolah dan bersenang-senang dengan temannya. tapi sayangnya karina tidak bisa. ayahnya terlalu malas menyekolahkan karina dan malah membeli alkohol untuk dirinya.
"lo iri juga sama mereka?" karina menolehkan kepalanya dan mendapati winter, tetangga apartemennya yang duduk tak jauh darinya sedang menatap iri anak-anak sekolah itu.
"iya," jawab karina seadanya. karina dan winter hanya saling mengenal satu sama lain, tapi mereka berdua tidak dekat hanya sekali dua kali mereka mengobrol, itu pun seperti 'karina, bokap lo tepar depan apartemen gue' atau 'win, ibu perwakilan apartemen mau ngomong sama nyokap lo'.
"pipi lo kenapa?" winter menunjuk luka di pipi karina yang terlihat cukup dalam.
"ah kemarin bokap ngamuk dan banting-banting botol alkohol. untung cuma kena pipi, kalo kena mata mungkin gue udah buta sekarang."
winter mengangguk mengerti karena dia pernah ada di situasi itu.
"nyokap lo gimana?"
"suaranya ganggu lo ya?" tanya winter balik, merasa tak enak karena ulah ibunya.
"gue sih gak apa-apa. gue ada headphone peninggalan nyokap gue. tapi kemarin gue gak sengaja denger ibu-ibu ngomongin nyokap lo."
winter mengangguk mengerti. matanya sibuk menatap langit senja yang terlihat indah sekali, seakan memberikan alasan kenapa winter harus bertahan.
"gue kadang gak pengen pulang rumah rin. buat apa pulang kalo cuma ngeliat nyokap gue having sex sama laki-laki yang beda tiap malam. mereka bahkan ngelakuin itu di ruang tamu, depan gue sendiri."
sejak winter berumur 17 tahun, entah setan apa yang merasuki ibunya sehingga setiap malam ibunya sering membawa laki-laki masuk ke dalam apartemen mereka dan melakukan hal-hal aneh. sejak 17 tahun winter dengan terpaksa terpapar oleh hal-hal dewasa dengan ibunya sebagai pelaku utama.
apalagi suara-suara yang mereka timbulkan menganggu tetangga. mereka tinggal di kompleks apartemen yang bisa dibilang sedikit kumuh dan murah, jadi tidak ada peredam suara yang bisa menyembunyikan suara-suara aneh yang ditimbulkan ibunya dan laki-laki yang dia bawa ke rumah.
"gue juga win. kadang gue pengen punya tempat persembunyian yang bisa gue jadiin rumah waktu bokap gue emosinya lagi kambuh. bokap gue kalo ngamuk semua bisa jadi serpihan debu. gue sih gak mau mati konyol gara-gara bokap gue."
winter dan karina merasa miris dengan topik obrolan mereka yang tidak biasa. bagaimana bisa nasib mereka begini? mereka bahkan tidak pernah minta dilahirkan ke dunia, lalu mengapa orangtua yang membawa mereka ke dunia memperlakukan mereka seperti ini.
"win soal tempat persembunyian," karina menjeda kalimatnya melihat winter yang menatapnya dengan mata yang berbinar. "gimana kalo kita cari sama-sama tempat persembunyian itu. gak apa-apa walaupun cuma bangunan kosong yang penting kita bisa jadiin tempat pulang kita."
winter mengangguk setuju dan bertepuk tangan senang akan rencana karina.
"kapan kita nyarinya?"
"besok gimana? besok pagi gue tunggu depan apartemen lo."
"okey gue tunggu ya."
mereka bertukar senyum kecil lalu kembali memandang langit senja. perasaan nyaman seakan memeluk hati kedua anak hawa itu. sudah lama mereka tidak merasakan rasa nyaman nan hangat ini.
mungkin karena mereka berbagi nasib yang sama, dilahirkan ke dunia oleh orang yang bahkan belum siap menjadi orang tua, tapi di hati kecil winter dan karina keduanya mengucap syukur dipertemukan saat sedang menatap iri anak-anak seumuran mereka dan sedikit berbagi kisah tentang hidup mereka.
starring by;
karina
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
winter
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.