Sebagai sosok tokoh utama, Eren sudah semestinya memiliki sudut pandangnya sendiri. Entah untuk dunia, teman-temannya, bahkan untuk gadis tercintanya.
Dia memiliki sudut pandang yang sayangnya tak bisa dia ungkapkan barang sepatah kata pun.
Eren terlalu lelah untuk bersuara.
Dunia ini sungguh kejam padanya. Namun, dirinya juga tak kalah lebih kejam dari dunia. Membantai 80% umat manusia adalah tindakan terjahat dan tidak bisa dimaafkan sama sekali.
Kita semua mungkin setuju dan mendukung niat Eren. Membela tanah airnya. Tanah di mana dia dilahirkan, tumbuh, dan menikmati segala kenangan. Namun, ideologi Eren tak bisa dibenarkan sama sekali.
Terkesan naif sekali bukan?
Hanya saja, itulah faktanya. Genosida yang diambil Eren tak pernah bisa dibenarkan!
Jumlah populasi rakyat di pulau Paradis tak sebanding dengan jumlah populasi rakyat di luar sana. Banyak dari mereka yang tidak ingin ikut campur, tetapi malah terkena imbas Genosida Eren. Sangat disayangkan sekali banyak nyawa yang dikorbankan karena peperangan masa lalu leluhur yang tak ada habisnya. Salah satunya adalah nyawa Eren sendiri.
Sejak awal, ketika menyakini bahwa dirinya adalah harapan umat manusia, Eren sudah siap jika harus mengorbankan nyawanya. Bahkan saat mengetahui mengenai kebenaran dunia pun Eren juga harus menjadi lebih siap.
"Bagaimana dengan Mikasa? Setelah kau menyakitinya, kau mau meninggalkan dia begitu saja?" Pertanyaan Armin terdengar menyebalkan. Tidak enak di dengar saat hati sedang gundah.
"Mungkin Mikasa bisa menemukan pria lain di luar sana dengan mudah."
Mendengar kalimat tambahan Armin sontak membuat kedua tangan Eren terkepal. Air pantai yang ia duduki terasa panas karena dirinya yang terbakar mendengar ucapan Armin. Tak lama, air mata yang sudah ditahan begitu lama pecah begitu saja.
"Aku tidak ingin itu terjadi! Aku ingin dia menyimpan diriku di dalam hatinya untuk waktu yang lama! Aku tidak ingin pria lain berada ditempatku!"
Eren mencintai Mikasa. Sangat mencintai gadis bersyal merah itu.
Mengusap matanya, pandangan Eren menyendu. Sudah lama dirinya tidak menangis seperti ini. Setelah seperkian tahun menahan segala hal, Eren akhirnya bisa menumpahkan semuanya saat ini.
Rasanya kembali menjadi dirinya yang dulu itu melegakan.
"Aku masih sangat ingin bersama Mikasa, bahkan memberitahukan padanya bahwa aku mencintainya. Aku sangat mencintainya bahkan lebih dari rasa yang dia miliki."
Bertahun-tahun hidup bersama Mikasa, menerima seluruh perhatian dan mendapatkan kasih sayang penuh, mustahil Eren tidak menaruh rasa kepada gadis itu.
Mereka tumbuh bersama. Melalui banyak hal bersama dan menikmati siatuasi bersama.
Bahkan Eren tak bisa menapik jika dia ingin Mikasa memperhatikannya lebih dari perhatian yang diberikan selama ini. Eren ingin Mikasa untuknya secara sekeluruhan. Terkesan egois sekali bukan? Padahal Eren sudah menyakiti perasaan Mikasa.
Mendongak, memperhatikan langit biru dunia Path yang indah, senyuman tipis tercipta. Eren jadi teringat dengan dirinya yang mengajak Mikasa berlari usai mencari kayu bakar bersama saat kecil dulu.
Waktu itu, Eren mendengar bahwa pasukan pengintai sudah tiba di dalam dinding usai melakukan ekspedisi. Dengan semangat membara Eren memegang tangan Mikasa dan berlari dengan penuh semangat.
"Mikasa! Ayo cepat!" ucap Eren dengan penuh semangat saat itu.
Mengingat masa-masa sebelum dinding Shigansina dibobol oleh Colosal titan benar-benar masa yang menenangkan. Saat itu yang Eren pikirkan hanya mengenai bagaimana cara membasmi titan, masuk ke dalam pasukan pengintai dan mengalahkan Mikasa. Mikasa lebih kuat darinya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐑𝐄𝐍'𝐬 𝐌𝐄𝐌𝐎𝐑𝐘 || Eremika ✔︎
Hayran KurguMengenai Mikasa, gadis penguasa hati seseorang yang sudah lama tidak mendapati kapal berlabuh. Mikasa Ackerman, wanita hebat yang berhasil berlabuh di hati gelap Eren Jeager. Hari itu, Eren berbicara dengan Armin mengenai Mikasa berdasarkan ingatann...