CHAPTER 12

1.8K 143 9
                                    

Dua hari sudah berlalu, kini Jisung dan yang lainnya tengah menikmati makan siangnya di kantin sekolah. Namun Haechan tidak begitu menikmati makanannya, wajahnya bahkan nampak muram. Karena Mark tidak ada disampingnya, ia tengah sibuk mempersiapkan kepulangannya ke Canada.

"Bagaimana jika sepulang sekolah kita langsung menemui Mark?" Jeno mulai bersuara.

Yang lainnya nampak mengangguk setuju, sedangkan Haechan terdengar menghela nafas beratnya.

"Kenapa kau terlihat frustasi saat kau bahkan berkencan dengan calon kakak iparku?" ucap Jisung.

Perkataan yang dilontarkan Jisung membuat Jeno dan Jaemin saling menatap dengan ekspresi terkejutnya.

"Jika Haechan berkencan dengan kakakmu, maka kau akan selalu mendengar suara ranjang yang berdecit." celoteh Jaemin.

Jeno yang mendengar celotehan kekasih resminya itu, ia langsung menahan tawanya. Sedangkan Jisung, si sang dominan saling tatap dengan Chenle. Rasanya ia tersindir dengan apa yang diucapkan Jaemin.

Haechan mengarahkan sumpitnya tepat ke wajah Chenle, namun Jisung yang melihatnya langsung menyingkirkan sumpit itu.

"Apa kau mau menjadi calon adik iparku?"

"Eum, a.. aku?" Chenle bahkan kebingungan harus menjawab apa.

"Aku tidak ingin memanggilmu, kakak!" celetuk Jisung begitu saja.

---***---

Setelah kesepakatan bersama, akhirnya ke lima laki-laki tampan itu langsung berangkat ke bandara untuk menemui Mark.

Beruntunglah sesampainya di tempat tujuan, mereka masih diberi kesempatan untuk menemuinya.

"Markie~"

Langkah kakinya terhenti, saat suara yang tak asing menerpa telinganya. Bibir Mark langsung tersenyum saat melihat sahabat-sahabatnya datang untuk sebuah perpisahan.

Mark langsung merentangkan kedua tangannya, saat sosok Haechan berjalan setengah berlari ke arahnya.

"Kau benar-benar meninggalkan ku?" ucap Haechan, sedangkan air mata mulai menetes menuruni pipinya.

Sang uke begitu erat memeluknya, menandakan jika ia tidak ingin Mark pergi meninggalkan dirinya. Waktu semakin menipis dengan terpaksa Mark melepaskan pelukan itu dan menatap dalam kedasar mata Haechan.

"Aku sangat mencintaimu." ucap Mark.

Seperkian detik sebuah kecupan lembut mendarat tepat dibibir Haechan.

Itu adalah sebuah kecupan perpisahan.

"Mesum tetaplah mesum." gumam Jaemin yang tengah menonton drama Mark dan Haechan saat ini.

Jeno yang mendengar gumaman Jaemin, ia tersenyum sembari berbisik. "Aku bisa memberikan ciuman seperti itu, jika kau menginginkannya sekarang."

Sontak Jaemin malah mencubit pinggang Jeno.

Semua sahabatnya berpelukan secara bersamaan, mengucapkan selamat tinggal sebagai perpisahan.

Mark melambaikan tangannya, sedangkan kedua matanya nampak berkaca-kaca menahan air matanya turun menetes ke pipi nya. Namun berbeda dengan Haechan, ia menangis melihat kekasihnya pergi yang entah kapan akan bertemu lagi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
119 [END✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang