END

2.8K 164 29
                                        

Terdengar erangan dari laki-laki bejat yang kini tengah menikmati lubang hole milik sang korban. Dia terus menghujamnya tanpa ampun dan belas kasihan. Chenle hanya bisa terisak saat lubang holenya terasa sakit karena hujaman itu, namun hatinya jauh lebih sakit. Bibir bawahnya semakin ia gigit karena mulutnya bahkan tak sudi untuk mendesah dibawah para lelaki bajingan itu.

"Sialan, kenapa kau tidak mendesah?!" bentaknya sembari terus menumbuk.

Chenle semakin menggigit bibir bawahnya saat bajingan diatasnya semakin menghujamnya tanpa berperasaan. Bajingan itu tertawa, begitupun dengan yang lainnya. Setelah puas dengan apa yang dilakukannya, bajingan itu mencengkram wajah Chenle dan menatapnya dengan begitu menjijikan.

"Tubuhmu benar-benar nikmat."

Disudut yang gelap Chenle terduduk, ia menunduk sembari mencengkram rambutnya dengan kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disudut yang gelap Chenle terduduk, ia menunduk sembari mencengkram rambutnya dengan kuat. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, bayangan-bayangan sentuhan itu membuatnya ingin mengakhiri hidupnya.

"Maafkan aku.. Maafkan aku, Park Ji." gumam Chenle dengan berulang kali.

Sebelah tangannya mencari ponsel miliknya, Chenle mencoba untuk menghubungi Jisung kembali. Namun sayang lagi-lagi panggilan itu tak ada jawaban. Bibirnya tersenyum pedih, hatinya terasa sakit dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Seseorang yang begitu dipujanya, dicintainya dan berharap ada saat ia membutuhkannya tapi...

"Aku mencintaimu dengan sangat..." gumam Chenle.

Tubuhnya berdiri dengan terhuyung. Chenle merasakan lemas dan sakit pada sekujur tubuhnya, ia mencoba untuk melangkah.

 Chenle merasakan lemas dan sakit pada sekujur tubuhnya, ia mencoba untuk melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial!!!" rutuk Jisung saat melihat darah keluar dari telapak kakinya. Luka dikakinya bahkan belum sembuh tapi harus ditambah dengan luka yang baru.

Pecahan frame poto itu Jisung ambil, ia memandanginya dengan dalam namun hatinya terasa aneh. Jisung seperti merasakan sesuatu perasaan yang begitu merindukan namun terasa sakit.

Ia berjinjit berniat untuk turun kebawah mencari kotak p3k, namun ponselnya yang berkedip membuat langkah Jisung terhenti. Ia mengambilnya, satu nama yang masih tidak berubah tertera disana dengan jelas.

119 [END✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang