CHAPTER 13

1.6K 127 11
                                    

Renjun berdiri diambang pintu dengan melipat kedua tangannya didada, sedangkan kedua matanya fokus melihat sang adik yang tengah sibuk berkemas ini dan itu.

Bahkan Chenle menikmatinya dengan sebuah alunan lagu yang ia sukai saat ini. Mulutnya pun sesekali mengikuti setiap lirik lagunya.

Kkirikkiri nora jeulgyeo maeil
Seuril issneun Race
Bodasipi nuga bwado urin
Kkoyeo isseo baebae

"Bukankah suaranya mirip dengan kekasihku?" celetuk Chenle namun ia masih sibuk dengan barang-barang yang akan dibawanya.

"Sekarang kau berani memanggilnya kekasih dihadapan kakakmu, eoh?" sahut Renjun dengan ekspresi wajahnya yang tampak mengejek.

Namun sahutan Renjun malah membuat Chenle mengisyaratkan dirinya untuk diam dengan telunjuknya yang menempel dibibir miliknya. Sontak respon Chenle membuat Renjun berdecak kesal.

"Apa kau tidak waras akan berkemah disaat langit bahkan sedang mendung?" Chenle hanya menghela nafasnya saat mendengar ucapan Renjun yang tiada henti.

"Langit mendung belum tentu hujan, ibarat kak Renjun mencintai Haechan belum tentu..." kedua mata Renjun langsung membesar sembari menarik nafasnya.

"Kau pikir aku mencintai Haechan?" ucap Renjun, namun suaranya benar-benar begitu nyaring.

Sedangkan ditempat lain, Jisung tengah menikmati waktunya dengan berbaring disofa yang empuk. Ia tengah males melakukan aktifitas apapun, hingga Jisung memutuskan untuk bermalas-malasan hari ini. Namun hanya beberapa menit Jisung menutup matanya dan hampir pergi kealam bawah sadarnya, terdengar suara bel yang dibunyikan oleh seseorang. Jisung pun kaget hingga ia langsung terbangun.

"Aishh~"

Chenle mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya, sedangkan matanya terus menatap pintu didepannya yang tidak kunjung dibuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chenle mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya, sedangkan matanya terus menatap pintu didepannya yang tidak kunjung dibuka. Akhirnya Chenle memutuskan untuk menekan lagi bel nya hingga beberapa kali.

"Baiklah, baiklah jangan memainkan bel seperti itu!" teriak dari dalam rumah membuat Chenle mengulum senyumannya.

Hingga pintu itupun terbuka, namun ekspresi wajah Jisung nampak kesal membuat Chenle sedikit membasahi tenggorokannya.

"Ayo kita berkemah?" celetuk Chenle dengan sebuah senyuman manisnya.

"Berkemah?" sahut Jisung sembari menatap langit yang terlihat mendung, Chenle pun mengikuti tatapan itu.

"Langit mendung bukan berarti a..." ucapannya bahkan belum selesai, namun ribuan air hujan saling berlomba turun dari atas langit. Jisung dan Chenle pun saling menatap satu sama lain, Jisung yang mencoba untuk tidak tertawa dan Chenle yang mempoutkan bibirnya karena hatinya sedikit merasa sedih.

Melihat ekspresi kekasihnya itu, Jisung merasa iba. Apalagi dengan tas ransel yang berada dipunggungnya. Tangan besar Jisung langsung melepaskan tas ranselnya dan menangkup wajah Chenle yang masih terlihat muram.

119 [END✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang