CHAPTER 14

1.8K 129 12
                                        

Samar-samar terdengar suara piano yang dimainkan oleh seseorang, nadanya bahkan terdengar cukup buruk ditelinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samar-samar terdengar suara piano yang dimainkan oleh seseorang, nadanya bahkan terdengar cukup buruk ditelinga. Haechan yang sangat penasaran akhirnya berjalan kearah ruang musik dan dibalik pintu kaca ia bisa melihat siapa pelakunya... Chenle. Haechan pun masuk keruangan itu sembari bertepuk tangan membuat Chenle kikuk karena ulahnya.

"Wah~ ternyata kau bisa bermain piano?" itu bukan pujian melainkan tanda-tanda untuk mengajaknya bekerja sama.

Chenle tersenyum kikuk, "Aku hanya sedang mencobanya, bukankah itu terdengar buruk?"

Haechan langsung menggelengkan kepalanya, walau dalam hatinya ia ingin mengatakan iya. Haechan menopang dagunya disana dan menatap Chenle dengan sebuah senyuman. Chenle yang ditatap seperti itu oleh Haechan justru dirinya merasa ada yang aneh.

"Apa nanti malam kau akan keluar bersama kakakmu?" Chenle sedikit berpikir lalu kemudian ia menggelengkan kepalanya.

Tanpa diduga Haechan langsung menggenggam kedua tangan Chenle.

"Bisakah kau ajak kakakmu ke tempat billiard nanti malam?"

"Billiard?" Haechan nampak mengangguk, kedua matanya seperti tengah memohon.

Namun sayang sang pawang datang menghempaskan tangan Haechan dengan sangat kasar.

 "Jangan menyentuh milik ku atau tanganmu tidak bisa menggenggam kejantanan kekasihmu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan menyentuh milik ku atau tanganmu tidak bisa menggenggam kejantanan kekasihmu lagi." bolamata Haechan membesar begitupun dengan Chenle.

"Yak~ tanganku memang sudah tidak bisa menggenggam kejantanannya Mark." Haechan berucap sembari berteriak, sedangkan Jisung menarik pergi Chenle dari tempat itu. Beberapa orang yang berlalu lalang bahkan menatapnya dengan terkejut, bahkan ada yang sampai menahan tawanya.

"Kau pikir aku akan merebutnya darimu?" Haechan masih saja berteriak.

"Jika aku bersama Chenle, siapa yang akan berada diatas?"

Jaemin yang melipat kedua tangannya didada hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kemudian ia melangkahkan kakinya bersama Jeno kearah Haechan. Dan...

Plakkk~

Pukulan dikepala Haechan begitu terdengar renyah ditelinga Jeno. Laki-laki tinggi bak pangeran itu hanya tertawa melihat ekspresi sahabatnya yang kesakitan.

119 [END✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang