SUDAH lewat jam 9 malam, tapi Fabian masih belum bisa dihubungi. Membuat Lula menjadi sangat cemas. Mungkin kecemasan Lula sudah berada di level teratas setelah tahu kalau Fabian pergi bersama Teresa, calon istri masa depannya itu.
Di masa depan, Lula boleh saja kalah saing dengan Teresa karna ia dan Fabian terpisah selama 4 tahun. Namun, di masa sekarang, Lula tidak akan membiarkan Teresa merebut Fabian darinya. Apapun akan Lula lakukan agar Fabian tetap menjadi miliknya.
Seperti sekarang ini, Lula sedang menunggu Fabian di depan rumahnya. Tadi, Lula sempat menelepon ke rumah Fabian. Kata pembokapnya, Fabian belum pulang sejak berangkat tadi pagi ke kampus. Itu artinya, Fabian masih bersama Teresa.
Tak lama, mobil Fabian muncul dari kejauhan. Lula langsung turun dari mobilnya dan menghadang mobil cowok itu.
"Sayang, kok kamu nggak bilang mau mampir ke rumah aku?" tanya Fabian begitu turun dari mobilnya.
Bukannya menjawab, Lula malah melontarkan pertanyaan dengan nada kesal. "Kamu kemana aja? Aku telpon nggak diangkat."
"Maaf Sayang, baterai hape aku habis." jelas Fabian dengan wajah bersalah.
Lula melipatkan tangannya di dada dengan tatapan tajam. "Trus seharian kamu kemana aja, kenapa baru pulang sekarang?"
Lula penasaran, apa saja yang dilakukan pacarnya dengan Teresa sampai menghabiskan waktu seharian? Lula sempat bertanya pada Rani, tapi Rani hanya memberitahu kalau mereka berpisah tadi sore karna setelah mengantar Rani, Fabian mengantar Teresa pulang.
"Tadi, pas nganter Teresa pulang, aku ketemu Tobi. Karna udah lama nggak ketemu, kita ngobrol panjang lebar sampai kemalaman."
"Jadi, kamu seharian ngabisin waktu di rumah Teresa?"
"Iya."
Lula tertawa tanpa suara. "Wah, asyik banget ya kamu bisa main di rumah Teresa sampai malam, sampai lupain aku. Atau jangan-jangan kamu suka sama dia?"
Fabian terkejut mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut pacarnya sendiri. "Bentar Sayang, jangan bilang kamu cemburu sama Teresa?"
"Iya, aku nggak suka ada cewek yang deketin kamu, terutama Teresa!" jawab Lula penuh penekanan.
Terserah jika Fabian menganggap Lula terlalu cemburuan atau posesif. Karna Lula pernah merasakan bagaimana hancurnya hatinya saat tahu Fabian ingin menikah dengan Teresa. Ia tidak mau merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.
"Sayang, aku nggak ada apa-apa sama Teresa. Dia cuma adik teman aku, udah itu aja. Kamu jangan cemburuan kayak gini." Fabian mencoba menjelaskan karna ia tidak mau meributkan hal sepele yang bisa merusak hubungan mereka.
"Ya udah, jangan temuin Teresa lagi! Jangan temuin Tobi lagi! Jauhin mereka!"
Fabian mengusap wajahnya frustasi. Ia tidak habis pikir kenapa Lula mendadak menyebalkan seperti ini. "Kamu nyadar nggak sih, akhir-akhir ini kamu berubah banget. Nggak seperti Lula yang dulu. Aku bingung ngadepin kamu."
"Oh, jadi kamu bosan sama aku?"
"Bukan gitu... aku..."
"Sekarang kamu pilih, jangan temuin Teresa lagi atau jangan temuin aku lagi?" tanya Lula dengan nada menuntut. Ia ingin memastikan, siapa yang lebih berarti bagi cowok itu, Lula atau Teresa?
Fabian terdiam.
Lula tidak sabaran. "Untuk hal sepele kayak gini aja, kamu mikirnya lama! Tinggal jawab pun!"
"Kamu tahu kan jawabannya... aku pasti pilih kamu. Teresa atau siapapun nggak berarti buat aku kecuali kamu." jawab Fabian jujur. Ia berharap Lula sadar, kecemburuannya ini tidak beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 DAYS (tamat)
FantasyPENGEN KEMBALI KE MASA LALU untuk memperbaiki hubunganmu dengan sang mantan? Tenang, itu bukan 'seandainya' lagi. Seandainya kalian nggak putus, seandainya kamu bisa memperbaiki semuanya. Lupakan seandainya! Karna Malaikat Maut yang bernama AZKA, me...