"TUNGGU!" tahan Fabian sambil menghadang jalan Lula karna untuk kesekian kalinya cewek itu menghindarinya. "Aku mau bicara sama kamu."
"Soal apa? Kalau nggak penting, lain kali aja. Aku sibuk." kata Lula membuat alasan.
"Sesibuk apa kamu sampai nggak punya waktu buat pacar kamu sendiri?" protes Fabian karna tidak tahan lagi dengan sikap Lula yang berubah.
"Kamu harus ngerti, aku punya hal yang harus aku lakuin. Bukan cuma ngurusin hubungan kita."
"Kamu sadar nggak, udah satu minggu ini kamu cuekin aku. Kamu nggak ngechat atau nelpon aku."
Lula membisu.
"Kamu bosan sama aku?" tanya Fabian tiba-tiba
Lula tersentak mendengar pertanyaan itu. Bosan? Ia tidak pernah sekalipun berpikiran seperti itu tentang hubungan mereka. Lula sangat mencintai Fabian. Harusnya Fabian tahu hal itu.
"Kalau kamu bosan, bilang!" nada suara Fabian meninggi. "Jangan bikin aku kayak orang bodoh yang nungguin kabar dari kamu tiap hari, tapi kamunya nggak ngabarin aku sama sekali."
Maaf, Fabian.
"Iya, aku bosan. Aku pengen kita jarak untuk sementara waktu." kata Lula dengan suara bergetar. Ia terpaksa mengatakan itu.
Fabian tersentak. Ia hanya ingin sedikit perhatian dari cewek itu, bukan untuk mendengar kenyataan yang menyakitkan ini.
"Kamu pengen kita jaga jarak, maksudnya putus?"
Putus? Ini bukan pertama kalinya Lula berada di situasi seperti ini, tapi kenapa rasanya masih sama. Lula merasa sesak, ia tidak sanggup kehilangan Fabian, tapi jika ini satu-satunya cara, mungkin putus adalah pilihan terbaik.
Toh, pada akhirnya hubungan mereka tetap akan berakhir. Hanya berakhir lebih cepat dari seharusnya. Tidak apa-apa bukan?
"Terserah kamu. Aku cuma pengen sendiri dulu." jawab Lula sambil berlalu pergi.
Lula dengan tergesa-gesa menyebrang jalan. Ia ingin segera menjauh dari situ sampai tidak melihat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.
Fabian yang menyaksikan semuanya langsung berlari menyelamatkan Lula. Fabian mendorong cewek itu ke tepi, tapi ia tidak berhasil melarikan diri tepat waktu.
BRAK!
Mobil itu menghantam tubuh Fabian dengan keras sampai tubuhnya melayang di udara dan jatuh di aspal dengan darah segar yang terus mengalir dari kepalanya.
"Fabian!" teriak Lula histeris, lalu berlari ke arah cowok itu.
Air mata Lula jatuh begitu saja melihat kondisi Fabian yang tragis. Ia meletakkan kepala cowok itu di pangkuannya. Seketika, tangan Lula penuh dengan darah.
"Sayang, bertahanlah!" Lula melirik sekitar, lalu berteriak. "Siapapun, tolong!"
Fabian masih setengah sadar, ia berusaha keras untuk berbicara meski terbata-bata. "Lula... aku cinta... sama kamu. Aku... nggak mau putus. Aku pengen... sama kamu... selamanya."
"Iya. Aku juga nggak mau putus. Kamu harus bertahan ya."
Fabian tersenyum sambil mengangguk lemah, lalu perlahan matanya tertutup, ia tak sadarkan diri
--- ooo ---
1 JAM berlalu, tapi pintu ruang IGD yang sejak tadi dimasuki Fabian belum terbuka. Lula mondar-mandir sendirian di depan pintu dengan cemas, menunggu kabar dari Dokter yang sedang menangani Fabian saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 DAYS (tamat)
FantasiPENGEN KEMBALI KE MASA LALU untuk memperbaiki hubunganmu dengan sang mantan? Tenang, itu bukan 'seandainya' lagi. Seandainya kalian nggak putus, seandainya kamu bisa memperbaiki semuanya. Lupakan seandainya! Karna Malaikat Maut yang bernama AZKA, me...