BAB 17 - KECELAKAAN MOBIL

28 2 0
                                    

MOBIL melaju meninggalkan parkiran kampus. Lula duduk di sebelah Fabian yang sedang menyetir. Di kursi belakang, Ale dan Rani asyik mengobrol. Hanya Lula yang terlihat cemas diantara mereka. Tentu saja, karna hanya Lula yang mengetahui hal buruk akan terjadi.

"Sayang, pelan-pelan aja bawa mobilnya." kata Lula mengingatkan.

"Tenang aja Sayang, aku gak ngebut kok. Aku akan pastiin kita selamat sampai tujuan." jawab Fabian santai.

Bagaimana Lula bisa tenang? Mereka semua dalam bahaya. Lula mencoba mengingat apa yang terjadi pada Ale dan Rani.

Pertama, mereka mengalami kecelakaan mobil. Kedua, mereka dibawa ke rumah sakit, tapi nyawa mereka tidak bisa diselematkan. Lalu... lalu apa? Sepertinya ada satu hal lagi.

Rem blong!

Ya, Lula pernah diberitahu kalau penyebab mobil Ale kecelakaan karna rem blong.

"Sayang..."

Belum sempat Lula memberitahu Fabian, seorang pejalan kaki tiba-tiba menyebrang sembarangan, membuat Fabian menginjak rem mobil, tapi sialnya remnya tidak berfungsi sama sekali.

Hampir saja pejalan kaki itu tertabrak, jika Fabian tidak segera membantir stir ke kanan. Mobil itu terus melaju dan kehilangan kendali sehingga sulit dikendalikan.

"Akh!" Semua orang berteriak saat mobil itu menghantam pohon besar di pinggir jalan.

BRAK! Mereka semua terguncang hebat.

Lula masih setengah sadar ketika kepulan asap keluar dari mesin mobil. Asap itu semakin tebal sehingga Lula tidak bisa melihat dengan jelas. Ia refleks menutup mata.

Karna sudah menutup mata terlalu lama, Lula perlahan membuka matanya kembali. Asap tebal tadi sudah menghilang, tapi anehnya Lula tidak lagi berada di mobil. Ia tiba-tiba saja berada di sebuah ruangan serba putih.

"Ini dimana?" gumam Lula pelan.

"Di masa depan." jawab Azka yang sudah berdiri di sampingnya. "Lebih tepatnya, kita ada di tempat dimana kamu akan bertemu dengan dirimu yang ada di masa depan."

Lula mematung sesaat, ada seseorang yang mirip dirinya sedang terbaring tak sadarkan diri dengan selang infus di tangannya. Seseorang yang terlihat lemah dan tak berdaya.

"Lihatlah... dia seperti putri tidur yang sedang menunggu ciuman cinta sejati dari sang pangeran agar bisa terbangun dari mimpi indahnya. Sayang sekali, sang pangeran tidak akan pernah datang karna sudah bersama yang lain."

Lula perlahan mendekati dirinya yang terbaring itu, tapi saat mencoba meraih tangan itu, ia tidak bisa meraihnya sama sekali. Dicoba berapa kali pun, ia tidak bisa menyentuhnya. Ia tidak bisa menyentuh dirinya sendiri.

"Percuma, kamu tidak akan bisa menyentuhnya." kata Azka memberitahu.

"Apa yang terjadi sama gue? Maksudnya, gue yang ada di masa depan?" tunjuknya pada dirinya yang terbaring itu.

"Kalian menyebutnya koma. Kondisi manusia antara hidup dan mati."

"Trus, sampai kapan gue koma?"

"Menurut kesepakatan kita, kamu akan mengalami koma selama 99 hari. Lalu di hari terakhir, monitor itu akan menunjukkan garis lurus panjang." kata Azka sambil menunjuk ke monitor detak jantung di dekat Lula yang menunjukkan garis naik turun yang menegaskan jantung orang yang sedang terbaring itu berdetak normal.

"Jika itu terjadi, kamu harus ikut dengan saya tanpa penolakan." lanjutnya.

Lula tampak sedih, tapi ia masih berharap. "Apa gue punya pilihan lain?"

99 DAYS (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang