BAB 26 - DILEMA

30 2 0
                                    

SETELAH bertemu Azka, Lula kembali mengingat hari itu. Hari dimana semuanya dimulai dan ada sesuatu yang berubah.

"Jeni, boleh nggak gue jadi jahat?" tanya Lula dengan suara serak, menahan tangis setelah mendengar dari Jeni kalau hari ini Fabian nikah sama Teresa

"Maksud lo?" tanya Jeni dari seberang sana.

"Gue akan ke sana sekarang. Gue akan gagalin pernikahan mereka, boleh nggak?"

"La, jangan ngaco deh!"

"Jeni... apapun yang terjadi, tahan Fabian. Jangan sampai dia ijab qabul sebelum gue datang. Gue mohon, anggap ini permintaan terakhir gue."

"Tapi La..." Sebelum Jeni menyelesaikan ucapannya, Lula sudah mengakhiri panggilan itu.

Lula menghambur ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ia sudah berada di lift yang membawanya turun ke lantai parkir basement di apartemen itu.

Jeni selalu parkir mobilnya di tempat biasa. Lula dengan mudah menemukan mobilnya, tapi sebelum masuk ke mobil, seseorang tiba-tiba merentangkan tangan di depannya, menghalanginya.

"Lo nggak boleh pergi kemana pun!"

"Karin!" Lula menatap bingung. "Lo kenapa ngehalangin gue?"

"Sesuai janji gue sama lo 4 tahun lalu, gue kesini buat mastiin lo nggak kemana-mana."

Lula makin bingung, ia sama sekali tidak mengerti maksud cewek itu.

"Janji apaan sih? Gue lagi buru-buru nih."

"Sesuai kata lo dulu, lo pasti nggak ingat. Jadi, gue akan ingatin lo. Dengerin gue baik-baik."

Karin masih mengingat semuanya dengan jelas. Mungkin karna merasa bersalah pernah membuat Lula terluka, Karin selalu mewanti-wanti dirinya sendiri agar tidak melupakan kebaikan Lula dan janji itu.

"Lo mau minta bantuan apa? Gue akan bantuin lo apapun buat nebus kesalahan gue."

"Gue mau lo lakuin sesuatu buat gue. Bukan sekarang, tapi 4 tahun lagi. Bisa?"

"Kenapa 4 tahun lagi?"

"Karna gue butuh lo saat itu."

"Oke. Jadi apa yang harus gue lakuin?"

"4 tahun lagi, lo harus pergi ke apartemen Jeni. Tepatnya tanggal 9 September. Lo harus tahan gue buat nggak pergi kemana pun. Pastiin gue nggak naik mobil. Pastiin gue aman."

"Gue nggak ngerti yang lo omongin."

"Lo nggak perlu ngerti, tapi cukup lakuin apa yang gue minta. Saat itu mungkin gue akan lupa sama janji ini, lo harus ingatin gue. Dan yang paling penting, ini rahasia kita berdua. Nggak ada yang boleh tahu."

Karin selesai bercerita.

"Gimana, lo ingat sekarang?"

Kenangan itu muncul begitu saja di kepala Lula. Tapi, walaupun bisa mengingat semuanya, Lula masih tidak mengerti kenapa ia membuat janji seperti itu dengan Karin. Berapa kali pun memikirkannya, ia tidak punya alasan untuk melakukan itu.

"Gue ingat sih, tapi itu nggak penting lagi. Lo nggak perlu nepatin janji konyol itu."

"Nggak bisa. Lo nggak tahu gimana susahnya gue nyari alamat apartemen Jeni biar bisa ketemu lo hari ini."

Lula menghela nafas berat, ia sedang buru-buru. Ia harus lepas dari Karin agar bisa segera pergi dari situ.

"Jadi, lo maunya apa?"

99 DAYS (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang