2|TERULANG

22 14 9
                                    

Tiga hari berlalu setelah perginya Azam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu setelah perginya Azam. Tiga hari ini juga Hilmi terus menyalahkan dan memojokan Alvan. Semenjak perginya Azam, Alvan menjadi sangat pendiam bahkan tertutup. Tak ada lagi rengekan meminta ditemani bermain, tak ada lagi suara tawa yang menghiasi rumah. Jangankan tawa, senyuman saja tak ada. Alvan lebih sering mengurung diri di kamarnya dari pada harus mendengar makian kakaknya.

Pagi ini semua tengah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Tapi sedari tadi Alvan tak menyentuh makanannya sama sekali. Pandangannya terus melirik Hilmi yang tengah merengek minta di suapi oleh Hana. Diantara keluarga namun seperti diantara orang asing. Itulah yang Alvan rasakan.

"Dek, kok ngga dimakan, kenapa?" tanya Mira.

"Ngga lapel," jawab Alvan.

"Tapi kan adek harus sekolah, masa ngga sarapan. Sarapan ya dek! Sedikit aja." bujuk Mira.

"Pusing, Nda. Ngga nafsu," lirih Alvan jujur.

"Pusing? Kenapa ngga bilang sayang?" tanya Mira khawatir.

Mira beranjak mendekati Alvan yang ada di depannya.

"Panas banget sayang badan kamu," ujar Mira.

"Ke dokter ya, dek," ucap Hasbi.

"Ngga mau!" tolak Alvan.

"Tapi nanti adek makin sakit loh! Ke dokter aja ya!" bujuk Mira.

"Ngga mau, Nda!" tolak Alvan.

"Ya sudah ngga papa. Tapi hari ini jangan berangkat sekolah dulu! Adek harus istirahat di rumah!" putus Mira akhirnya.

"Sekarang makan ya, Dek! Nanti tinggal minum obat penurun panas!" titah Hasbi.

"Sini bunda suapin!" ucap Mira.

"Sendili aja Nda," jawab Alvan.

Setelah selesai sarapan, Alvan masuk ke kamarnya. Sedangkan Hasbi berangkat kerja. Begitu juga Hana dan Hilmi harus sekolah. Di kamar Alvan termenung didekat jendela kamar. Menatap luar kamar membuat kenangannya bersama Azam terus berputar dipikirannya. Air matanya pun tak tertahankan.

"Kak, kangen." gumam Alvan.

"Dek, bunda masuk ya!" ucap Mira sembari mengetuk pintu yang terbuka.

"Iya Nda, masuk aja." jawab Alvan menghapus air matanya.

"Adek kenapa hem? Makin pusing?" tanya Mira.

"Kangen kak Azam," cicit Alvan.

"Kalau kangen do'a sama Allah, dek!" ujar Mira menghibur.

Alvan hanya mengangguk kecil.

"Jangan nangis terus ya, dek. Nanti kak Azam sedih disana kalau adek nangis terus. Kalau kangen ya do'akan." ujar Mira.

"Adek ... Adek bukan nangis kalena kak Azam," lirih Alvan.

"Terus adek nangis kenapa?" tanya Mira.

"Kak Hilmi," jawab Alvan.

Alvan||In Syaa Allah Jannah[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang