Dinding itu telah memisahkan antara aku dan kapten serta lainnya.
Kapten tahu itu akan terjadi.
Sampai saat ini, aku masih dikasihani olehnya.
Kukira aku sudah dianggapnya sebagai pemburu, ternyata tidak lain aku hanyalah seorang pembantu di grup ini.
Tapi...
Aku tetap berhutang budi kepadanya.
Dia yang telah memberiku pekerjaan ini.
Dia juga yang membela-belakan membawa pembantu di dalam grupnya, padahal seorang pembantu tak terlalu dibutuhkan adalam grup 20 orang. Setidaknya mereka akan berguna di grup 50 orang keatas.
Kapten adalah penyelamatku.
Jadi aku harus menyelamatkannya.
Aku mencoba berbagai cara untuk bisa membuka dinding ini.
Kelihatan mustahil bagiku, tetapi aku harus menyelamatkannya.
Tetap saja, setelah berkali-kali mengecek dinding ini, tak ada jalan lain selain harus mengalahkan bosnya.
Sesekali aku mendenga suara jeritan yang bahkan suaranya sampai ke telingaku, membuat sekujur badanku merinding.
Kalau begini terus, aku tak bisa menyelamatkan siapapun.
“Kalau begitu, pergilah!”
Kata-kata kapten barusan seperti menyadarkanku. Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang.
Aku segera berlari keluar dari portal ini.
Aku harus cepat, sebelum semuanya terlambat.
Sekitar 10 menit, aku berhasil keluar dari portal.
Kenapa begitu banyak orang yang berada di area ini? Bukankah seharusnya area ini adalah markas grup Seven Blade?
Dan juga, banyak wartawan yang datang ke sini.
“Hei, kau! Aku ingin berbicara denganmu.”
“A-aku?”
“Ya, kemana anggota grup yang lain? Apakah mereka masih berburu di dalam sana?”
“Aku tak bisa menjawabnya sekarang, maaf. Aku ahrus segera meminta bamtuan di pusat grup.”
“Itu tak perlu kau lakukan.”
Suara itu seperti baru saja mencegahku untuk pergi.
Aku menoleh dan melihat seorang kakek tua penuh tato di lengannya.
Penampilannya terlihat seperti pimpinan bos mafia. Berkacamata hitam dan bertopi hitam, dan cerutu yang sedang terbakar.
“Siapa?”
“Ah, kau tak mengenalku ya. Kalau begitu, kau pasti pemburu tingkat d kebawah.”
Entah apa maksudnya, perkataannya barusan tak bisa kuelak.
“Yuki Miyamizu, pemburu tingkat e.”
“Yuki...”
“Jadi, pak tua, apa yang membuatmu mencegahku ke pusat grup? Pasukan utama grup ini sedang dalam bahaya.”
“Maka dari itu, aku datang kesini. Sepertinya portal ini dapat mengubah sendiri statistiknya.”
“Statistik?”
“Hah, perlu kujelaskan ya. Baiklah, ini sedikit pengajaran dari pak tua yang baik hati ini. Beberapa portal akan mengeluarkan energi sihir yang berbeda saat dimasuki, beberapa akan naik tingkatnya menjadi portal tingkat c atau tingkat b. Yang paling parah jika portal itu berubah menjadi tingkat a atau bahkan lebih berbahaya, s.”
“Aku baru pertama kali mendnegarnya.”
“Wajar, poral tingkat e belum pernah mengalami kejadian seperti ini.”
“Jadi, apa yang harus kulakukan?!”
Pak tua itu mengeluarkan alat semacam toa dan alat itu dia sodorkan ke mulut portal.
Semua wartawan meliput gambar dan video dari pak tua itu.
Mungkin aku akan bertanya namanya nanti, dia cukup terkenal.
“Gawat! Panggil pasukan utamaku kemari, pastikan 5 menit sudah harus sampai. Kita akan kehabisan waktu.”
Aku menerobos kumpulan wartawan dan mencoba bertanya kepada pak tua itu lagi.
Sepertinya mereka yang ada di dalam portal dalam keadaan berbahaya.
Aku terseret arus para wartawan ini. Aku terdorong kesana kemari hingga pijakan kakiku hilang dan membuatku harus terhimpit oleh banyaknya orang.
Setelah kondisinya agak mulai reda, aku mencoba berdiri lagi dan mencari pak tua tadi.
Sayangnya pak tua itu sudah menghilang entah kemana.
“Harus kemana aku selanjutnya.”
Walau aku kembali lagi ke dalam sana, aku masih tak bisa berbuat apapun.
Kalau aku pergi menuju pusat grup, aku khawatir waktunya takkan cukup.
“Apa yang kau khawatirkan? Cepat ikut aku! Aku punya tugas untukmu”
Tenyata itu suara pak tua tadi.
Dia menyeretku ke dalam portal dan menyuruhku menunjukkan jalan menuju ruangan bos.
Hanya kita berdua saja yang masuk, aku tak tahu apa yang akan dilakukan olehnya. Setidaknya jika ini bisa membantu mereka, aku akan melakukannya,
Saat kita melewati area yang menjadi tempat pembantaian rombongan wakil kapten, pak tua itu berhenti dan memandang darah-darah yang bercecran.
“Apa yang terjadi di sini?”
“Mosnter laba-laba membuat jebakan dan wakil kapten beserta rombongannya telah dihabisi.”
“Laba-laba, mereka spesies yang sangat pintar.”
“Mereka pintar?”
“Ya, rumornya bahkan sang ratunya bisa membuat jebakan yang amat besar dan dahsyat.”
“Ratu, Queen. Gawat! Jadi ruangan itu dari awal adalah jebakan!”
“Kalau begitu, cepat antarkan aku ke sana!”
Akhrinya kami sampai di dinding yang memisahkan antara kami dnegan kapten beserta sang ratu.
“Tenang, kau terlihat begitu gugup.”
Aku sendiri sampai tak menyadarinya.
Tangan dan kakiku bergetar tanpa henti.
Mataku juga berkaca-kaca.
Hatiku terus-terusan berharap bahwa mereka akan baik-baik saja.
“Baiklah, tugasku sudah rampung.”
“Tugasmu? Apa maksudnya?”
“Aku sudah mengidentifikasi level sihir portal ini. sekarang levelnya berkisar antara tingkat b dan c. Tapi aku masih penasaran dengan ratunya sendiri. Perangkatku bahkan tak bisa mendeteksi seberapa besar sihir yang ada di ruangan bos ini.”
“Jadi, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
“Jangan khawatir, sebentar lagi pasukanku akan datang kesini dan menyelamatkan teman-temanmu itu. Kau juga cukup hebat menyadari jebakan ini dan meminta bantuan di luar, itu adalah tindakan hebat.”
“Bukan, aku melakukannya karena kapten menyuruhku. Ada sebuah batu di balik dinding ini yang menjadi pemicu jebakan. Aku meminta kapten untuk membacakannya karena aku tak bisa membaca tulisan kuno, tetapi kapten tak sengaja menyentuh batu itu dan akhirnya jebakan ini aktif. Kapten mendorongku keluar saat jebakan mulai aktif, bahkan dia masih memikirkan orang lain saat kondisinya saja sedang terancam. Itu adalah salahku, aku yang meminta kapten untuk membacakannya. Seandainya...seandainya aku-“
“Kau bodoh kah?!”
Pak tua itu memukul kepalaku cukup keras.
“Aw! Itu sakit untuk ukuran pak tua.”
“Terimlaah kenyataanya. Walaupun jika memang itu adalah salahmu, kau harus terima kenyataanya bahwa sekarang mereka masih terjebak di sana. Kau tak perlu menyalahkan dirimu sendiri, cukup berjuang untuk hari esok.”
Aku memandagnya dengan tatapan takjub.
Sekarang mungkin dia hanyalah pak tua biasa. Namun aku bisa merasakannya. Aura besar yang menyelimuti dirinya berkata bahwa aku bisa menjadi sepertinya kelak.
“Ngomong-ngomong, aku belum tahu namamu pak tua. Tak adil kan jika aku saja yang memperkenalkan diri!”
“Namaku? Ah, aku lupa memperkenalkannya.”
Pak tua itu melepaskan topi dan kacamata hitamnya.
“Raven, pemilik sekaligus pemimpin grup pusat.”
Pak tua ini...adalah pemilik grup pusat?
Jadi selama ini, dia yang seharusnya kumintai bantuannya.
Ah, jadi itu alasannya untuk melarangku pergi ke grup pusat.
“Tapi, kalau boleh, cukup panggil aku pak tua saja. Aku jadi memiliki sedikit kenangan dengan panggilan itu.”
“Tidak masalah, pak tua.”
Akhirnya pasukan utama dari grup pusat datang.
Semua pasukannya beratribut lengkap. Rasanya beda jika dibandingkan dengan grup-grup tingkat c kebawah.
Aku pernah mendengarnya, grup pusat adalah 5 grup terbaik di negara ini.
Mereka banyak mengumpulkan pemburu tingkat a.
Mereka juga yang mengendalikan serta mengawasi seluruh kegiatan di portal.
Seorang pemburu wanita mendekati pak tua dan mereka sepertinya terlihat agak tegang.
Pemburu wanita ini memiliki kelas knight, dilihat dari pedang besar yang ada di balik punggungnya.
Pemburu wanita itu membuka helmnya yang berwarna perak, lalu mengibaskan rambut pirangnya. Hmm, aku bisa mencium baunya dari sini.
“Untunglah kau sudah datang. Ngomong-ngomong, di mana kakakmu itu? Kenapa bukan dia yang memimpin?”
“Dia sedang berburu di luar kota. Katanya temannya sedang membutuhkan bantuannya. Aku juga kaget ada panggilan darurat, sudah lama tak ada kasus seperti ini.”
“Langsung saja, panggil dia.”
“Baik! Segera laksanakan!
Pemburu wanita itu lagsung bergegas menghilang di kerumunan pasukan.
Pak tua menepuk pundakku, membuyarkan bayanganku terhadap pemburu wanita tadi.
Padahal aku sedang membayangkannya bertarung dengan mosnter sambil memandang rambutnya yang bergelombang itu menghiasi arena penuh darah.
“Tugasmu sudah selesai, kau boleh pulang atau kemana saja kau mau. Kau tetap akan dapat upah dari perburuan ini, jangan khawatir.”
Benar juga, aku hanya berugas mengantarkan pak tua ini masuk kedalam.
Tidak ada yang lain.
Kupikir aku terlalu naif, menganggap bahwa diriku akan berguna di dalam sini.
Aku mengangkat kepalaku dengan lesu.
“Mungkin kau benar juga, aku akan pulang ke rumah dan sedikit istirahat. Aku harus mencari pekerjaan lainnya besok. Mungkin aku akan berhenti menjadi pemburu.”
“Kenapa kau mau berhenti?”
“Sudah jelas kan, aku sama sekali tak berguna! Aku..aku bahkan tak bisa menggunakan senjata. Aku tak bisa diharapkan, mungkin aku hanya sekadar benalu bagi rekan-rekanku.”
Pak tua itu mengeluarkan sepuntung rokok dan mulai membakarnya.
Lalu dia mengajakku ke tempat yang agak sepi.
“Sepertinya di sini takkan ada orang yang mendengarnya.”
“Kenapa kau mengajakku kemari?”
“Dengar anak muda, aku tahu kau tak berguna sama sekali, tetapi setidaknya kau mencobanya terlebih dahulu. Kau akan tahu betapa beruntungnya kau punya kekuatan menjadi pemburu. Orang biasa pasti akan mati saat memasuki portal ini. Ingat menjadi pemburu itu adalah kesempatan langka. Mungkin kau takkan bisa mendapat kesempatan kedua.”
Perkataan pak tua ini selalu benar saja. Aku tak bia mengelak dengan segala perkataannya barusan, aku memang belum pernah mencoba langsung bertarung di barisan depan.
Aku selalu takut untuk memegang senjata.
“Sudah mendingan?”
Pak tua itu kedengaran sangat dewasa sekali.
Padahal aku dan dia baru saja bertemu.
“Bahkan lebih baik, sepertinya aku memiliki harapan hidup baru.”
“Apa itu?”
“Ijinkan aku bertarung di barisan depan.”
“Itulah yang kuharapkan. Aku akan memberimu beberapa perlengkapan tingkat c.”
Lalu aku diajak kembali ke rombongan pasukan.
Aku diperkenalkan oleh beberapa bawahan pak tua ini.
Ternyata dia ini cukup hebat juga.
Para pemburu yang bergabung di grup ini juga terlihat hebat-hebat.
Aku melihat ada yang membawa perisai super besar dan zirahnya yang terlihat sangat berat sekali.
Aku juga melihat beberapa pemburu kelas penyihir yang sedang menyiapkan beberapa rapalan mantra untuk menyerang maupun bertahan.
Akhirnya aku sampai di bagian belakang pasukan.
Biasanya mereka terisi oleh porter sepertiku dan pemburu kelas penyembuh.
Kadang-kadang kelas penyihir juga masuk ke bagian belakang untuk berjaga-jaga serangan kejutan.
“Berikan dia peralatan.”
Pak tua berbicara kepada seseorang yang sedang mengawasi porter yang sedang memeriksa barang bawaan.
Dia sedikit lebih tinggi darinya dan jenggotnya tebal sekali. Sedangkan kepalanya botak kinclong sampai-sampai aku bisa bercermin di kepalanya.
“Dia, ketua? Bahkan tingkatnya adalah e lho, yakin? Aku tak mau menanggung korban jiwa yang tak diperlukan.”
“Dia sendiri yang memutuskan untuk bergabung ke bagian depan. Tentu saja aku takkan menolak hasratnya itu.”
Pria itu menggeleng-geleng karena pak tua ini.
Pak tua ini sebenarnya cukup pengertian keapda bawahannya.
“Baiklah, jadi, apa kelasmu?”
“Warrior biasa.”
“Baiklah, kalau begitu. Cepat ambilkan satu set zirah, pedang satu tangan dan perisai, cepat! Ini perintah ketua langsung!”
Para bawahannya langsung bereaksi cepat.
Tak butuh waktu lama untuk semua peralatan itu terkumpul.
“Ini untukmu. Maaf kalau hanya peralatan tingkat d kebawah. Peralatan tingkat c telah rusak dalam perburuan kemarin.”
“Tak masalah, lagipula aku juga belum pernah membeli peralatan sebagus ini.”
“Segera pakai, sebentar lagi dinding itu akan dirobohkan. Kita akan langsung menyerang setelah dinidngnya hancur.”
“Eh, pak tua juga ikut?”
“A-apa! Hey kau, barusan kau memanggil ketua dengan sebutan apa? Pak tua?”
Emosi pria jenggotan itu tiba-tiba naik.
Mungkin mereka sangat menghargainya, jadi mereka memanggilnya dengan sebutan ‘ketua’. Ini juga bukan salahku juga sih, dia yang memintaku untuk memanggilnya seperti itu.
“Tenanglah Alex, aku yang menyuruhnya untuk memanggilku ‘pak tua’. Lagipula aku memang sudah berumur, tak ada salahnya dia memanggilku seperti itu.”
Pria jenggotan itu sudah tampak agak tenang.
“Lihat apalagi kau! Cepat pakai perlengkapannya!”
Aku dilempari perkataan pedas saat aku mencoba menatapnya.
“Sampai jumpa di ruangan bos. Aku harus menyiapkan beberapa hal terlebih dahulu, jangan lupa untuk bertahan hidup.”
Pak tua itu lagi-lagi menghilang dengan sangat cepat.
∞
Dindingnya sudah berhasil terbuka.
Pak tua itu berada di depan dan sudah berganti perlengkapan.
Dia mengenakan zirah tebal dan berlogo singa di dadanya.
Sedangkan senjatanya adalah pedang dua tangan yang sangat berkilau.
“Di depan kita adalah ruangan bos tingkat b. Pasti kalian sudah berkali-kali mengalahkan bos tingkat b, tapi kuingatkan satu hal, bos yang ada di ruangan ini berbeda dengan bos lainnya yang kalian pernah temui.”
Terjadi bisik-bisikan antar pemburu.
Lalu salah satu pemburu mengangkat tangannya dan bertanya kepada pak tua.
“Memangnya apa wujud asli bos itu?”
“Dia adalah sang ratu laba-laba. Tingkat kecerdasannya sangat berbeda dengan monster tingkat b lainnya. Hati-hati terhadap jebakan lainnya. Walaupun memang jatuhnya korban tak bisa dihindari, aku berharap kalian bisa keluar dengan selamat. Hidup Lion!”
“Hidup Lion!”
Semua tangan mengepal dan teracungkan ke atas sembari meneriakkan kata-kata penuh semangat.
Akhirnya aku memasuki ruangan besar dan gelap itu.
Kondisinya sama persis ketika aku masuk kedalamnya.
Kami juga harus berpencar untuk mengecek sudut-sudut ruangan.
Aku menatap ke arah atas.
ARGH!
Dadaku terasa ditusuk oleh ratusan pedang.
Mataku serasa ditarik paksa untuk keluar.
Sungguh..sungguh pemandangan yang mengerikan.
Sisa-sisa anggota Seven Blade di gantung di langit-langit.
Aku bisa melihat kapten dengan jelas, wajahnya sudah hancur lebur.
Tapi dia melirikku walaupun mungkin pengelihatannya sudah memburuk.
Aku bisa melihat senyumannya yang hancur, hatiku serasa panas, membara.
“Kau sedang melihat apa? Kelihatannya kau tidak baik-baik sa-huek.”
Pria berjenggot tadi langsung muntah setelah melihat para pemburu yang tubuhnya sudah hancur digantung di atas ruangan.
“Sialan, aku jadi semakin ingin membunuh bosnya.”
Kami sudah mencari-cari begitu lama.
Tak ada tanda-tanda kemunculannya.
Aku berjalan menuju ke arah pak tua yang sedang mengobrol dengan pemburu lainnya.
“Bagaimana ini kapten? Tidak ada tanda-tanda bosnya, aku tidak habis pikir jika ia kabur dari ruangannya. Itu akan menjadi sangat berbahaya jika dia bisa keluar dari portal.”
“Ya, seluruh kota bisa saja dihancurkan dengan mudah.”
Pak tua itu sedang berpikir dengan serius.
Dia menggertakkan giginya.
“Anu, bolehkah aku berbicara?”
Butuh keberanian untukku menyela pembicaraan mereka.
Beberapa dari mereka menatap tajam setelah aku berbicara.
Hanya pak tua itu saja yang mengacuhkanku.
Pemburu wanita tadi bertanya kepadaku.
“Kau bukannya yang bersama ketua tadi ya? Kalau tak salah namamu adalah-“
“Yuki, namaku Yuki Miyamizu.”
“Jadi, ada apa kau datang kemari? Kau lihat kan kami sedang membahas sesuatu yang sangat penting. Kalau urusanmu tak begitu penting, aku bisa kembali lagi nanti.”
“Hei, jangan galak-galak lah Vina. Lagipula dia juga sebelumnya pernah masuk ke dalam sini, pasti dia tahu sesuatu kan?”
Pria yang mengenakan busur berusaha membelaku.
Setidaknya aku sudah mempersiapkan diri untuk pergi jika diusir.
“Mungkin ini akan sedikit membantu. Kalian lihat kan batu yang ada di pintu masuk? Jika kalian menyentuhnya maka bosnya akan muncul dan dinding taidi kemungkinan akan muncul kembali.”
Tunggu dulu, aku merasa aneh.
Bukannya aku pernah membicarakannya dengan pak tua itu?
Aku menatap kearahnya, dia tersenyum seperti menandakan bahwa ‘ini adalah panggungmu sekarang, nah, waktumu untuk bersinar’.
“Pantas saja daritadi kita tak menemukan bosnya ataupun tanda-tanda ruangan lain.”
Vina membenarkan perkataanku.
Tetapi dia juga terlihat memasang ekspresi super hati-hati kepadaku.
Eh, padahal aku tak berbuat apapun terhadapnya.
“Kalau begitu, apa yang kita tunggu?”
Pria berbadan jangkung yang ada di samping pak tua itu terlihat sangat bersemangat.
“Ayo ketua! Kita harus segera membunuhnya bukan?!”
Lagi-lagi pria berbadan jangkung itu terlihat sangat antusias sekali.
Sepertinya pak tua itu juga tak punya alasan untuk mengulur waktunya di portal ini.
Mereka harus mengalahkan bos ini segera.
“Baiklah, aku hanya perlu menyentuhnya kan?”
Aku mengangguk.
Akhrinya pak tua itu sudah berdiri di depan batu itu dan bersiap-siap menyentuhnya.
Para pemburu lainnya berdiri di depannya dan menunggunya menyentuh batu itu.
Setelah pak tua menyetuh batu itu, ruangan ini bergetar dan membuat sisa anggota Seven Blade yang tergantung ikutan jatuh, begitu juga dnegan beberapa bongkahan batu yang runtuh dari atas.
Setelah getaran itu berhenti, dinding yang sebelumnya menutup jalan keluar ruangan ini tak lagi muncul.
Ini aneh.
Seharusnya dinding itu muncul.
Dan juga, sebelumnya tak ada getaran dahsyat sebelumnya.
“Hei, kenapa bosnya belum juga keluar!”
Teriak para pemburu lainnya.
Sepertinya pak tua juga kebingungan.
“Hei, kenapa bosnya belum juga muncul?”
Pak tua itu berbisik kepadaku.
“Aku juga tidak tahu. Sebelumnya tak seperti ini.”
Di tengah-tengah keributan ini, sebuah pintu lainnya terbuka.
Semua pemburu terdiam sejenak.
Bahkan ada pula yang merinding ketakutan.
Suara auman yang sangat buas terdengar dari dalamnya.
Aku tahu, itu bukanlah suara yang sama dengan sebelumnya.
Sepertinya sesuatu yang berbahaya sudah menunggu kita semua. ∑
KAMU SEDANG MEMBACA
KSATRIA & KEBANGKITAN (VOL I)
Teen FictionKisah ini bermula Ketika peristiwa 'aneh' itu terjadi, ekosistem dunia mulai berubah seiring berjalannya waktu dan mulai menjadikan beberapa orang memiliki kekuatan yang dianggap spesial (beberapa orang menganggapnya aneh) setelah adanya ledakan mis...