~BAB IX (END)

4 3 0
                                    

Hal yang pertama kali kulihat setelah bangun adalah wajah Alfred.
Dia tampak lesu dan kurang bersemangat, dan setelah kulihat lagi, dia mendapat luka yang cukup parah di bagian perutnya.
“Ah, rupanya sudah bangun.”
Alfred yang bersusah payah mengambil tongkatnya membuatku tampak prihatin.
“Sudah, tak usah mengasihaniku. Aku sudah terlalu tua untuk dikasihani, hahaha.”
Setidaknya Alfred masih bisa tertawa. Setelah melihat kondisinya, tak terbayangkan pertempuran apa yang telah dilewatinya.
“Nak Yuki...”
Pertama kalinya dia memanggilku seperti itu. Kemudian dia menggenggam tanganku sambil berbisik pelan di dekat telingaku ‘selamatkan nona Vina’ sambil menatapku dengan kedua mata yang basah.
“Walaupun tak diminta sekalipun aku tetap akan menyelamatkannya.”
Sekarang aku memiliki kekuatan ini, meskipun begitu, aku tak ingin bersikap sok pahlawan dengan mengatakan ‘aku akan menyelamatkan semuanya’ secara lantang di depan semua orang.
Satu hal pasti, aku akan menyelamatkan seseorang yang berharga bagiku.
Aku mengeluarkan Claymore dari item box, lalu memanggil Necro dengan cara yang kulakukan tadi. Sensasi saat membenamkan Claymore kedalam tanah menyisakan cerita sendiri.
“Sekarang saatnya giliranku untuk tampil.”
Ah, sudah lama aku ingin berkata keren seperti itu, seperti seorang pahlawan yang akan datang untuk menyelesaikan sebuah pertarungan. Dan dia akan datang tepat di akhir pertarungannya.
Mengakhiri rivalitas dengan boss terkuat, lalu membuat dunia menjadi damai kembali.
Haha, aku terlalu berkhayal. Tapi siapa yang tahu? Yang menentukan akhir adalah sang protagonisnya sendiri.
Aku terjun ke medan tempur dengan wajah yang agak garang. Kurasa tubuhku juga bertumbuh besar tanpa kusadari sehingga terlihat cocok saat memegang Claymore.
“Yuki.”
Tanpa berbalik badan dan melihat siapa yang menyebut namaku, suara itu jauh lebih familiar di dalam kepalaku.
Mengatakan ‘aku kembali’ kepada Vina tanpa berbalik, dilanjutkan dengan memberikan serangan pembuka kepada si bos.
Aku tak tahu ekspresi apa yang dibuatnya, namun kurasa aku bisa mendengar suara tangisnya saat Vina menyebut namaku.
Kurasa aku akan mendengar omelannya saat pertarungan selesai. Dan aku juga harus menyiapkan hati dan telinga untuk tahan mendengarkan omelannya, sebanyak apapun itu. Aku juga akan meminta maaf karena telah membuat semuanya khawatir.
“Itu, tadi orang yang terbakar di depan pintu.”
“Dia masih hidup, bahkan kenapa dia terlihat sangat berbeda?”
“Siapa itu? Apa benar dia yang tadi terbakar itu?”
Tatapan semua orang di dalam tertuju padaku. Tapi seharusnya mereka tetap berfokus pada penyerangan bos atau mereka akan celaka dengan sendirinya.
Aku menghampiri sosok Elgar yang sibuk menahan serangan bos.
Dengan nada menyebalkan, aku menyapa sosoknya yang begitu besar dan brutal itu. Dan dia membalas sapaanku dengan tatapan yang juga sangat menyebalkan. Aku bisa membaca dari raut wajahnya seperti ‘kau masih hidup heh?!’ dengan nada tinggi.
Si bos mengaum dan sepertinya aumannnya barusan memberikan efek melumpuhkan.
Elgar masih bisa berdiri tapi dengan susah payah. Sementara aku tak terkena efek lumpuhnya, aku segera mengamankan beberapa orang yang dalam kondisi kritis agar bisa mundur dari area serangannya.
Setelah melumpuhkan, sepertinya dia akan melancarkan serangan dengan efek besar.
Aku baru sempat mengungsikan 4 orang, sementara masih banyak yang harus diamankan dan kebanyakan sudah tak bisa melanjutkan pertarungan.
Di saat itu, pria bertopi bintang terlihat menembakkan sesuatu dari pistolnya yang membuat perhatian bosnya teralihkan kepadanya. Dia memberi isyarat kepadaku untuk segera mengungsikan yang masih ada. Lima menit, itu waktu yang dia bisa berikan.
Aku masih bertanya-tanya bagaimana dia bisa menghindari serangannya dengan gesit padahal tubuhnya yang buncit itu. Tapi itu juga salah satu ciri khasnya, termasuk kumis tebal dan tentu saja topi bintangnya.
Kurasa sudah cukup, aku sudah mengamankan sekitar 5 orang dan sisanya dibantu oleh Elgar. Lima menit sudah berlalu dan pria bertopi bintang masih sibuk meladeni si bos. Sekarang di barisan terdepan hanya tersisa orang-orang yang masih cukup kuat berdiri dan menyerang. Berdiri saja takkan membantu mengalahkan si goblin berukuran jumbo ini.
Ada aku, Elgar, pria bertopi bintang, dan Vina, yang lainnya sudah tepar dan tak mungkin melanjutkan pertarungan. Aku masih bisa mendengar apa yang dikatakan mereka yang di belakang, beberapa meragukanku dan bertaruh aku akan cepat tumbang, dan sisanya berharap aku bisa menjadi kuda hitam.
Aku merasakan firasat tak enak jika langsung mengerahkan semua tenagaku, namun jika aku mengulur waktu aku juga semakin dekat dengan kuburanku sendiri.
Aku juga sedang bertaruh, hidupku seperti jam pasir yang lama-kelamaan akan kehabisan pasirnya.
Elgar dengan emosi yang tinggi pergi sendirian menyerang bos. Kupikir kenapa tak ada yang menghentikannya karena dia menyerang tanpa persiapan, ternyata dia memang bertujuan sebgai tanker yang memancing perhatian musuh.
“Yuki, apa kau bisa menggunakan sihir jarak jauh? Aku mau kau menghambat pergerakannya, setidaknya buat dia melambat. Kalau bisa aku akan menahan serangan bosnya agar kau bisa mengaktivasi sihirnya.”
“Kalau begitu aku juga akan menembakkan beberapa pengalihan seperti tadi. Tapi pastinya itu takkan efektif seperti serangan sebelumnya.”
Vina sangat percaya kepadaku. Walaupun dia hanya tahu aku sebagai seorang pemburu tingkat e, dia masih percaya jika aku masih mempunyai kekuatan.
Aku akan menjawab kepercayaannya sekarang.
Aku membayangkan lantai di sekitar bos berubah menjadi es. Perlahan tumbuh tangkai beserta durinya yang melilit kaki bos. Selain menahan pergerakannya, duri yang menancap juga memberikan rasa sakit. Aktivasi sihir selesai.
“Sihir es, rose thorn.”
Aku sudah menduga jika orang lain akan terkaget akan aktivasi sihir yang singkat itu. Sebagai perbandingan, selagi membayangkan sihir apa yang akan digunakan aku juga harus mengucapkan mantra dan membuat lingakran sihir untuk aktivasinya. Jadi cara yang kugunakan hanya membayangkan bagaimana sihirnya tanpa ribet harus membuat lingkaran aktivasi dan mengucapkan mantra singkat di akhir.
Itu adalah keinginan semua penyihir.
Tapi aku juga harus mengingat ada bayaran yang harus kubayar nanti.
“Sudah selesai.”
“Emm, baiklah. Aku akan menyerang sekarang. Seperti biasa, tolong lindungi dari belakang, Bob.”
Bob alias si pria bertopi bintang mengangkat jempolnya sambil tersenyum.
“Aku tak tahu kau mempunyai kekuatan seperti itu, itu adalah aktivasi sihir tercepat yang pernah kulihat. Kau harus menjelaskannya nanti kepadaku, harus!”
Melihat wajah Vina yang kebingunan itu sangat menggemaskan. Tapi melihat wajahnya saat akan meminta penjelasan itu sangat mengerikan. Apa aku akan berhadapan dengan iblis nanti?
“Aku sudah salah menilaimu. Kukira kau hanya anak lemah yang selalu mengikuti Vina, kurang lebih sama dengan apa yang Elgar katakan waktu itu. Tapi saat ini, aku melihat kau sebagai orang yang berbeda. Aku tak tahu apa yang terjadi saat itu, namun kuyakin kau yang sekarang bisa mengalahan bosnya.”
“Bo-bolehkah kau kupanggil Bob juga?”
Aku terlalu terbawa suasana. Aku masih tak yakin apakah aku bisa mengalahkannya sekarang. Tapi karena Bob berkata begitu, kepercayaan diriku meingkat walaupun hanya sedikit.
Aku memuntahkan darah lagi. Ini adalah tanda jika waktuku tak banyak lagi, tubuhku takkan mampu menerima efek gluttony lebih lama lagi.
Sementara aku membersihkan noda darah di tanganku, aku mendengar suara dentuman keras yang berasal dari bos. Aku melihat sebuah pemandangan yang membuat seluruh badanku terasa ngilu.
Elgar terpental jauh dan menabrak dinding. Sementara itu Vina masih berusaha berdiri dengan menggunakan pedangnya sebagai penopang tubuhnya. Vina sudah kehilangan banyak darah dan tubuhnya sudah mencapai batas.
Mata bosnya berubah menjadi merah, mungkin itu alasan kenapa kekuatannya naik berkali lipat dari sebelumnya. Dia juga mengenakan senjata, sebuah golok yang ukurannya diperbesar sehingga kelihatan pas digenggam oleh bos goblin.
Bob pergi mengecek kondisi Elgar.
Aku membantu Vina mundur dari pertarungan. Aku membuat sebuah dinding batu untuk menahan serangan. Untuk lebih aman, aku juga membuat sihir pelindung di sekitar kami.
Satu hal yang menguntungkan dari bos goblin ini adalah dia mempunyai area serangannya sendiri, jadi dia takkan menyerang siapapun yang berada di luar jarak serangnya. Biasanya bos-bos portal memiliki area serang seluas ruangannya, jadi selama kita berada di ruangan bos, kita masih jadi sasaran empuknya.
Setelah aku menematkan Vina di sebelah Alfred, aku segera menyembuhkannya. Aku mencoba mebayangkan memulihkan jaringannya yang rusak, lalu mencoba mengehntikan pendarahannya. Setelah itu aku menutup lukanya agar tidak terbuka lagi.
“Recovery.”
Wajahnya masih pucat, namun setidaknya dia sudah lepas dari kondisi kritis. Bob kembali sendiri tanpa membawa Elgar kembali. Dia menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda bahwa Elgar sudah tiada.
Miris melihatnya, walaupun Elgar pernah membentakku dan mengatakanku seperti ‘tidak berguna’, dia tetaplah orang yang kuat.
“Yuki, kupikir kau sudah tidak memiliki banyak waktu lagi. Tubuhmu akan hancur jika menggunakan kekuatanku kebih lama.”
“Ya, aku tahu! Jadi jangan menceramahiku seperti itu. Berikan saja aku solusi, aku butuh kekuatan lebih.”
“Aku punya satu solusi, namun apakah kau siap menanggung akibatnya? Efeknya jauh lebih besar dari gluttony, salah satu anggota badanmu akan terkikis oleh kekuatanku.”
Solusi terakhir dari Necro.
Tapi bayarannya lebih besar dari gluttony. Apa aku harus menggunakannya? Apa aku bisa menjadi harapan terakhir dari para pemburu yang ada di sini? Apa dengan kekuatan itu, aku jadi bisa mengalahkan bos goblin yang kekuatannya telah naik berkali lipat ini?
Aku takut, jika kami semua berakhir di sini.
Aku harus bilang ada ke Sena dan Lina. Bahkan aku tak sempat bilang ‘terima kasih’ kepada Vina. Bahkan aku tak sempat bilang ‘selamat tinggal’ kepada Sena.
Apa tak ada solusi lainnya yang lebih baik?
Setelah berpikir aku semakin tak mendapat solusi lainnya. Solusi dari Necro terus berputar-putar di kepalaku, tentang kekuatannya yang akan mengikis salah satu anggota badanku. Aku tak tahu gambaran besarnya seperti apa, namun itu seperti aku memberikan tumbal untuk sebuah kekuatan.
Vina masih tak bisa bergerak. Seluruh pemburu tergeletak tak berdaya, bahkan aku melihat seseorang meregang nyawa di hadapanku. Masih banyak lagi yang berada di ambang kematian. Jika mereka tak segera ditolong, hanya maut yang menunggu mereka.
Aku segera mengiyakan solusi dari Necro.
Bahkan jika masih ada solusi lainnya yang lebih baik, kupikir yang ini sudah jauh lebih baik daripada harus kehilangan satu rombongan.
Di punggung tangan kananku muncul sebuah simbol bulan sabit yang menyala merah terang.
“Batas waktumu adalah sampai merahnya bulan habis. Ingat, setelah itu tangan kananmu sedikit demi sedikit akan terkikis oleh kekuatanku.”
Aku mengangguk sebagai tanda paham. Aku sudah memantapkan hatiku. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengatak kata-kata keren seperti, ‘aku akan kembali’.
Vina membuat wajah penuh penyesalan karena dia tak bisa menjalankan tugasnya dengan benar. Bahkan dia harus melimpahkan tugas beratnya itu kepadaku.
Vina memberi isyarat kepadaku untuk mendekat. Lalu dia mendekatkan wajahnya dan menarik kepalaku. Bibir kami berdua saliing bertemu satu sama lain. Itu adalah ciuman hangat darinya, bahkan Vina masih sempat berkata ‘itu adalah ciuman pertamaku’ sambil memalingkan wajahnya yang malu.
Aku menyentuh bibirku, ini adalah bekas ciumannya.
Hatiku berdegup kencang.
“Terima kasih, itu juga ciuman pertamaku.”
Aku mengatakannya sambil berbalik dan mengangkat Claymore. Vina menyentuh punggungku, tangannya sangat lembut mengingat dia juga salah satu pemburu hebat. Pasti dia juga sangat menjaga tubuhnya sebgai wanita.
“Aku berangkat.’

Setelah dilihat lebih dekat, ternyata bos goblin ini lebih besar. Ditambah dengan golok besarnya, aku terlihat seperti daging gelonggongan yang siap dicincang.
Nafasnya yang bau mengganggu konsentrasiku, dan itu benar-benar bau.
Dia sepertinya tak bergerak sama sekali dari tempatnya berdiri, namun dia bisa mengalahkan semua pemburu dengan serangannnya walaupun dia tak bergerak.
Aku belum sempat melihat seperti apa serangannya secara langsung. Tapi aumannya yang membuat lumpuh itu cukup merepotkan. Walaupun aku masih sadar tapi itu cukup mengganggu untuk mengalihkan perhatian.
Serangan dimulai saat bos goblin mengaum untuk mengalihkan perhatianku.
Sebelumnya aku sudah menanamkan beberapa sihir kedalam tubuhku, seperti ketahanan terhadap serangan fisik dan mental, lalu sihir yang membuatku mendengar suara yang jauh.
Aku tak tahu pasti apakah sihir pendengaran jarak jauh akan efektif digunakan.
Golok besarnya telah diayunkan di hadapanku.
Itu bukan hanya satu serangan saja, itu yang kurasakan saat meggunakan pendengaran jarak jauh. Ada sihir lagi setelah golok itu menghantam tanah. Mungkin itu yang tidak disadari oleh semuanya.
Benar saja, setelah goloknya menghantam tanah, sihir tipe angin keluar dari tanah yang dihantam golok. Kalau saja aku terkena serangan barusan, pasti aku akan terpental jauh. Apa Elgar mati karena serangan itu?
Dari yang pernah kubaca, goblin mempunyai ketahanan terhadap sihir api, dan beberapa dari mereka juga bisa menggunakannya. Tapi si bos goblin berukuran raksasa ini tak ada tandingannya. Dia bahkan bisa menggunakan sihir angin dan kombinasi yang berbahaya.
Kebanyakan orang akan berpikir dengan menghindari serangan goloknya saja sudah cukup, jadi mereka melemahkan penjagaan untuk sebentar setelahnya. Itu waktu yang diincar oleh bos goblin jadi mereka bisa terpental jauh.
Kenapa aku bisa mengetahui serangan kombonya? Karena aku bisa mendengar aktivasi sihir angin di ujung goloknya.
Si bos goblin merasa tak senang karena barusan aku menghindari kombo mematikannya. Lalu dengan wajah tak sabar dia mengayunkan goloknya secara horizontal tipis di atas tanah, membuatku harus melompat tinggi dengan sihir angin, grasshopper.
Cara kerjanya sama seperti belalang melompat. Aku menggunakan tanah sebagai pijakan sekaligus tempat aktivasi sihirnya, lalu aku bisa melompat lebih tinggi dari biasanya.
Dari mulutnya keluar semburan api yang dia sebarkan untuk mepersempit ruang gerakku.
Serangan selanjutnya dia mengumpulkan api di tangan kirinya. Setelah itu dia melahapnya seperti sedang memakan makanan lezat ala goblin.
Dia semburkan apinya yang telah ia makan tadi. Tapi alih-alih yang keluar api merah, itu adalah api putih yang suhunya hampir mencapai 2000 derajat celcius. Dengan cepat aku membuat sebuah sihir anti api, aku membayangkan ada lapisan ozon yang akan menghalangi laju apinya.
Walaupun berhasil ditahan, panasnya masih terasa hingga membuatku mandi keringat.
“Warp.”
Warp adalah sihir yang memungkinkan penggunanya untuk berteleportasi ke tempat yang dia tuju. Tapi sayaratnya tempat itu harus bisa dilihat penggunanya atau warp akan gagal.
Aku menggunakan warp untuk berteleport ke kepala bos goblin.
Wajahnya kebingungan setelah melihat aku berpindah tempat. Dia langsung mengayun-ayunkan pedangnya untuk memadamkan apinya, walaupun apinya sudah padam dia tetap tak bisa mencariku.
Aku baru sadar jika tanda bulan sabitnya sudah hampir padam.
Aku harus cepat-cepat menghabisinya. Aku berencana untuk menusukkan Claymore di kepalanya sambil menanamkan sihir peledak di ujungnya.
Tapi bos goblin keburu sadar jika aku ada di atas kepalanya. Dia segera mengguncang-guncangkan kepalanya dengan harapan agar aku segera terjatuh dari kepalanya. Dengan cepat aku menghujamkan Claymore beserta sihir peledak yang akan terpicu setelah dia tertancap.
Bos goblin mengerang kesakitan dan memukul-mukul kepalanya. Untung saja sebelum aku hampir terpukul aku sudah menggunakan warp untu berpindah ke atas tanah.
Saat itu juga, tanda bulan sabitnya sudah padam.
Rasa panas menjalar di tangan. Rasa seperti terkikis susah dijelaskan menggunakan kata-kata, rasanya seperti sedang dikuliti hidup-hidup menggunakan logam yang baru saja diangkat dari pembakaran.
Vina lari dengan tergesa-gesa, dia segera menangkapku yang hampir saja jatuh ke tanah. Air matanya menetes dan dia menggumamkan sesuatu yang tak bisa kudengar.
“Yuki, bangun, kau harus tetap bangun! Yuki, jangan mati!”
Aku semakin tak bisa mendengar apa yang Vina katakan. Pengelihatanku juga semakin kabur. Yang ada hanyalah rasa sakit di tangan kananku, aku tak menyesali keputusanku saat itu.
Untuk saat ini, aku senang karena keadaan telah terkendali. Aku hanya ingin keluar dari sini. Setidaknya aku ingin melihat wajah Sena sekarang, Se-na.∑
BERSAMBUNG.

KSATRIA & KEBANGKITAN (VOL I) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang