4.

1.6K 236 5
                                    

Adakah yang masih setia baca book ini?

_____________

Suara langkah kaki yang berbalut sepatu bergesekan dengan lantai membuat Renjun mengalihkan eksistensinya pada pintu yang terbuka menampilkan dua insan dengan setelan khas orang kantor. Netranya menangkap senyum Jeno yang menyambut dengan hangat wanita disebelahnya.

"Jeno, aku tiba tiba ingin kekamar mand. Bolehkah?"

Senyum bulan sabit itu muncul dan mengangguk, "kamar mandi ada pintu warna putih itu, didekat lorong."

"Terimakasih."

Renjun berdiri melangkahkan kakinya kearah Jeno dengan tatapan bingung.

"Maaf kalau mengganggu kenyamanan sayang, hari ini aku ada proyek dengannya jadi aku akan mengerjakan pekerjaan ini disini tidak apa kan?"

Anggukan dan bibir sedikit maju itu menandakan Renjun mengerti, Jeno mengusap puncak kepala Renjun dan mendudukan diri diruang tamu, membuka benda elektronik yang selalu ia bawa untuk bekerja, meninggalkan Renjun yang kembali menatapnya bingung.

"Cium?"gumamnya dengan menyentuh bibirnya sendiri. Dia heran, kenapa Jeno tidak mengecup bibirnya saat pulang?kebiasaan itu apa terlupakan olehnya?

"Eh, Jeno dia istrimu itu?"

Jeno menatap teman kerjanya dan mengangguk,"Dia Renjun Ra,"

Kim Sora, dia tersenyum senang dan berlari kecil kearah Renjun dan mencubit pipi Renjun gemas.

"Pantas Jeno jatuh hati padamu Ren, kau sangat sangat menggemaskan!"

Setalah Sora mengakhiri kegiatan kegemasannya kepada Renjun dia bergabung dengan Jeno mengerjakan kertas kertas yang menghasilkan uang.

Renjun bingung, biasanya dijam-jam ini
Jeno mengajaknya bermanja atau jalan kesebuah tempat, tapi saat ini? Jeno masih saja bekerja? Dia melangkahkan kakinya lurus setelah tadi mengurung diri dikamar untuk melanjutkan acara
Melukisnya yang belum terselesaikan.

Netranya menatap Jeno yang tengah menghadap laptop dengan siapa tadi?ah Sora yang sesekali mengganti jari Jeno dengan jarinya untuk mengetik di keyboard, ah lihat bahkan mereka sesekali memakan camilan dengan Sora yang menyuapkan untuk Jeno, sementara Jeno seperti tidak terganggu dan biasa saja.

Renjun merasakan sesuatu yang aneh didadanya. Sesak, sakit? Perasaan apa ini? Renjun menekan dadanya seakan mencoba agar rasa aneh, dan menyakitkan itu menghilang. Namun hanya ada rasanya yang seakan menyalur dipergelangan tangannya. Denyut menyakitkan yang tidak Renjun ketahui dan belum pernah ia rasakan terus

Lelah dengan rasa itu Renjun memutuskan untuk meninggalkan tempat yang awalnya ia tuju hanya untuk mengambil air, tentu saja kehadiran Renjun itu tidak seperti angin yang tenang hingga ia tidak disadari
Keberadaanya. Jeno menyadari kehadiran Renjun saat tubuh mungil itu sudah berada ditangga dan menghilang setelahnya. Jeno menatap bingung seolah ada jejak bayangan Renjun ditangga itu, kenapa istrinya itu memegang dadanya dengan wajah terlihat menahan sakit?

Pemikiran Jeno pada Renjun membuat kerutan didahinya. Saat hendak berdiri dan melangkahkan untuk melihat keadaan sang kekasih hati sekedar meyakinkan bahwa dia baik baik saja, tangannya tertahan oleh tangan lentik perempuan disampingnya. Dia memberi tatapan lembut."Mungkin dia tau kita tengah sibuk Jeno, dia tidak ingin menganggu. Em, sebaiknya kita selesaikan ini dahulu ya?a-aku tidak bermaksud apapun sungguh. Aku hanya ingin ini agar cepat selesai."

Jeno seolah tersihir oleh perkataan rekan kerjanya itu, dia kembali duduk tenang dengan kembali berkutat pada kertas dan laptop didepannnya.

Suara decitan pintu terbuka membuat pemuda mungil yang tengah menonton film ah, lebih tepatnya serial favorit nya Tersentak pelan, Jeno terkekeh melihatIstrinya begitu serius dengan layar hp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara decitan pintu terbuka membuat pemuda mungil yang tengah menonton film ah, lebih tepatnya serial favorit nya
Tersentak pelan, Jeno terkekeh melihat
Istrinya begitu serius dengan layar hp.

Pria bermata sipit itu merebahkan tubuh lelahnya dikasur dan mendekati
Istrinya yang lagi lagi kembali fokus kepada layar didepannnya.

"Kau tidak mau tidur?"

Renjun memilih diam dan membalikan tubuhnya menjadi membelakangi Jeno.
Hal itu tentu membuat Jeno menatap bingung."kau tengah marah sayang?"

Dia bergerak mendekati tubuh Renjun,
dan merengkuh tubuh mungil itu dengan lembut."Ada apa?"

Malam tenang, hanya dengan suara angin berhembus mengelilingi mereka. Alis Jeno menukik saat mendapat tak ada jawaban yang keluar dari jawaban mungil Renjun barang sekata pun, dia hanya bergerak sebentar untuk meletakan telepon genggamnya dan menyamankan diri untuk menidurkan tubuhnya, namun sebelum itu terjadi Jeno menariknya hingga menatap matanya. Tubuh besar Jeno mengungkung tubuh Renjun yang lebih kecil, dia menatap wajah takut dan bingung itu,"kenapa?kenapa kau mengabaikanku sayang?"

Renjun menggeleng . "Hanya ingin tidur tidak apa." Cicitnya membuat Jeno semakin menatapnya tajam.

"Jangan berbohong."

Jeno terduduk saat Renjun memilih menyingkirkan tubuh besar Jeno diatasnya. "Jeno.."

"Ada apa? Katakan sweet heart."Kata Jeno lembut dengan mengusap lengan dan puncak kepala Renjun.

"Sakit... Disini sakit.." Renjun menekan dadanya untuk menunjukkan apa yang dia rasakan kepada Jeno.

"Astaga! Kenapa?! Apa yang kau lakukan?"

Jeno panik, dia sering memeriksa Renjun setiap Minggu untuk melakukan terapi. Dan pemuda mungil itu tidak mempunyai penyakit dalam apapun.

"Disini sakit saat Jeno berdua dengan Noona tadi.. Renjun tidak mengerti."

Bibir kissable Jeno menganga. Itu kata terpanjang dan terlancar yang Renjun katakan, apa ini tandanya perkembangan Renjun semakin meningkat. Namun, kebahagiaan Jeno terhenti saat menyadari apa yang dimaksud oleh perkataan Renjun.

"Itu artinya kau cemburu.."Kata Jeno dengan tersenyum senang tersirat nada
Tertawa disana."Kita hanya teman, dan rekan bisnis jadi jangan cemburu."

Renjun menatap Jeno tak mengerti cemburu?entah kenapa setelah mendengar perkataan Jeno dadanya mulai tidak sesak dan digantikan perasaan tenang memunculkan sebuah senyuman."Benar?teman?"

Jeno mengangguk cepat dia memeluk tubuh Renjun dengan erat. Astaga kenapa istrinya begitu manis, rasanya sangat ingin membungkusnya dan mendekapnya sepanjang waktu.

Renjun mengerucutkan bibirnya saat merasakan ciuman kupu kupu diseluruh wajahnya.

Our Story [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang