14 ;Final cut part #Jenopart1

3.3K 309 77
                                    

Jeno berlari bak orang kesetanan, dia membuka pintu rumahnya dengan kasar terdengar seperti gebrakan. Pikirannya kalut dia langsung kearah kamarnya dengan kekasih hatinya.. Renjunnya.. bagaimana keadaannya..
Bahkan Jeno tidak sempat melihat keadaan Renjun saat dia membawa Sora kerumah sakit. Dadanya berdenyut nyeri memikirkannya kembali perkataannya yang ia lontarkan kepada
Renjun, yang ia anggap permata namun dia perlakukan seperti kerikil jalanan.

Nafas Jeno tak teratur, memburu dengan menatap kamarnya yang kosong. Juga barang barang Renjun, dengan ragu dia memeriksa Sura surat penting dilemari. Surat pernikahan mereka, bahkan kartu keluarga sudah tidak ada ditempatnya. Tubuh Jeno luruh dengan mengusap wajahnya kasar. Cengkraman Jeno pada rambutnya menguat saat suara Renjun terngiang dikepalanya.

"Kau hanya mengkhawatirkannya Jeno?"

"Aku juga ingin memberikan Jeno keturunan, tapi Tuhan menyuruhku bersabar.."

"Aku tidak ingin apapun Jeno, aku hanya ingin berjalan jalan sebentar.. kenapa kau selalu sibuk? Apa aku tidak penting?"

Mata Jeno bergerak acak, dia tidak sadar ada sebuah kubangan kecil dan percikan berwarna merah. Dia membolakan matanya melihat hal itu, tidak mungkin kan!? Namun, bagai dihantam badai Jeno terpaku.

Benar ini darah. Renjun terluka!? Kenapa darahnya lumayan banyak.
Jeno menggelengkan kepalanya kuat, dia dengan tergesa berjalan kearah meja yang terdapat laptopnya. Memeriksa rekaman cctv dikamar ini, dengan tidak yakin ia terus mengotak atik benda itu.

Rasa sakit, rasa nyeri di dada dan kepala Jeno menjadi jadi saat melihat Renjunnya kesakitan dengan mencengkram kuat perutnya, bisa Jeno lihat ekspresi kesakitan istrinya.. dan dia malah menyelematkan orang lain?lebih parahnya itu karena perbuatannya sendiri.

Air mata Jeno meluruh mengisyaratkan rasa sakitnya, sakit. Dia juga tidak ingin ini terjadi secepat ini, seperti ini.. Dia sama sekali tidak menyangka keadaan akan sangat kacau.

"Maaf... Injunie.. kenapa aku sangat bodoh..."

Tak hilang akal, Jeno langsung menghubungi winwin. Meskipun tidak yakin panggilannya akan terjawab. Jeno menarik nafas panjang saat panggilang mereka terhubung."M-mama win, kalian dimana? Aku akan menyusul."

"Untuk apa,"

Jeno mengatupkan bibirnya rapat rapat mendengar nada dingin yang mertuanya berikan."M-maaf untuk semuanya..
Aku, memang tidak berguna."

Terdengar kekehan dari sebrang sana.
"Jeno,.. Jeno. Saya sudah biarkan kalian berbuat hal ini, tapi? Ah Jeno seharusnya saya sudah ambil saja Renjun sedari pernikahan keduamu."

"Mama win! Jeno mohon! Jeno ingin bertemu Renjun! Jeno janji akan menyelesaikan ini semua Jeno janji!"

"Tidak, dan tidak akan pernah. Ini semua sudah cukup... Cukup Jeno.. aku pikir, kalian manusia-manusia baik yang menerima Renjun apa adanya. Tapi, hah... Sudahlah."

"Yang aku pikirkan sekarang, bagaimana jika aku tadi tidak datang huh? "

Winwin menghela nafas saat tidak ada jawaban dari Jeno."Tadi Renjun memberi pesan padaku, Jeno."

Lamunan Jeno buyar mendengar winwin mengucap nama kekasih hatinya."A-apa!? Apa pesannya!?"

"aku merasa sangat berhasil mendidik Anaku...., dia berkata Cukup dia yang merasakan sakit ini, jangan anak dari Sora dan Sora. Dan juga kalian sudah selesai, buka lemari kecil disamping kasur. Disana Renjun mungkin ingin menyampaikan sesuatu yang lain. Aku juga ingin menyampaikan sesuatu,"

"Jangan pernah mencoba menghubungi kami."

Panggilan itu terputus, Jeno mengerang frustasi. Pikirannya blank saat winwin mengatakan bahwa dia dan Renjun telah selesai. Lemari? Pikiran Jeno kembali dengan gerakan terburu buru meraih kunci dan membuka lemari kecil itu. Hanya ada sebuah amplop besar berwarna putih bersih, dahi Jeno berkerut saat membuka benda itu. Kenapa sangat tebal?

Jeno... I Love you,....

Injun cuma sayang sama Jeno, tapi Jeno,.. tidak:(

Jeno membaca ini kalau Injun sudah tidak ada ya? Tak apaaa Injun senang pesan yang sudah disiapkan tersampai.

Ung, jangan mencari Injun ya? Sora lebih membutuhkan Jeno...

Injun sadar kalau Sora dibandingkan dengan Injun... Injun tidak ada apa apanya. Nenek benar, aku hanya idiot tak berguna. Hanya benalu

Kita sudah resmi berpisah, hanya tinggal menunggu waktu. Maaf.. maaf.. Jeno harus menandatangani kertas jelek itu saat tengah mabuk, karena tidak ada cara lain. Jeno jangan egois, tapi nyatanya Jeno egois.

Jadi, Injun juga ingin egois.

Intinya, jangan terlalu memaksakan apapun Jeno.

Berbahagialah Jeno, Saranghae ♡

Dunia Jeno seakan ingin runtuh saat melihat surat lainnya. Bagaimana bisa ini semua terjadi dalam satu hari?

Foto hitam putih dengan surat cerai yang telah tertanda tangani.

Perkenalan kan, ini bayi njun! Namanya Injun. Anaku.. anak Jeno ada diperut Sora. Jangan berharap kau terpanggil dengan sebutan ayah dari Anaku.

Tangan kokoh itu meremas kertas kertas yang merenggut waktu, kenapa.. kenapa malaikan kecilnya datang disaat saat seperti ini? Hal paling utama untuk meredakan lukanya sendiri, Jeno hanya menangis dalam diam. Dia tidak peduli ajaran ayahnya yang mengatakan lemah jika dia menangis. Dengan tangan yang mengusap foto hitam putih yang menampil tubuh bayi kecilnya.. malaikat kecilnya.. tangisannya mengencang deras. Berkali kali menolak takdir kenapa ini terjadi.

Mungkin akan ada dua part lagi yang bakal nutup book ini, terimakasih kalian yang mau menikmati dan mengapresiasi karyaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mungkin akan ada dua part lagi yang bakal nutup book ini, terimakasih kalian yang mau menikmati dan mengapresiasi karyaku.. aku tau sih ini gak seberapa. Tapi seneng asli, gak tau kalau bisa masuk peringkat. Dan gak tau juga pengaruhnya lumayan.

Gimana ya, aku aja lupa terkahir kali promosi. Karena entah akunku ga bisa promosi lewat dm/wall. Jadi cuma pasrah. Lagi, udah bersyukur sih ada sekitar 20-an yang vote. Kaget gak sih tiba tiba ada orang orang baru yang baca? Kaget. Aku ngiranya cuma whatpadd eror.

Gak tau beneran baca apa gak, gak peduli. Karena aku nulis dan publis cerita ini waktu bener bener mood anjlok, rasanya enak kaya ngeluarin semua unek unek dengan cara ini.

Dan juga, aku masih sekolah. Banyak kegiatan yang mengharuskan aku pulang soreeee terus. Aku cuma bisa nulis waktu Sabtu Minggu, hari libur aku. Kaya sekarang.

Terimakasih, dan see You ♡

Our Story [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang