"Eung~~~" Renjun bergumam, seraya membuka matanya.
Renjun meringis, merasakan sakit di bagian kepalanya. Memegangi kepalanya, seraya menatap sekitar.
"Eoh, di mana ini? Kenapa aku tidak mengingat apapun?" Gumam Renjun, sampai tatapan-nya jatuh kepada orang yang ada di samping-nya.
Tentu saja Renjun membelalak kaget ketika melihat Jeno yang ada di samping-nya, yang sedang memeluk dirinya, dengan keadaan shirtless.
Renjun yang melihat itu, spontan mengecek pakaian-nya, yang ternyata masih memakai pakaian yang sama.
Helaan nafas lega menyeruak begitu Renjun melihat bahwa pakaian yang ia pakai masih sama seperti kemarin.
Ia langsung tersenyum begitu melihat Jeno yang tengah tertidur pulas. Persis seperti bayi yang sedang tertidur.
Renjun awalnya kaget melihat tangan Jeno yang memeluk tubuhnya layaknya guling. Namun Renjun tidak ada niatan untuk menggeser atau memindahkan tangan Jeno dari tubuhnya. Malahan ia ingin melanjutkan tidur kembali, agar pelukkan ini berlangsung lama.
Jujur saja, Renjun sangat-sangat menyukai pelukkan ini. Dengan pelukkan ini, rasa rindu Renjun yang mendalam kepada Jeno pun terobati. Ya walaupun tidak berlangsung lama.
"I miss you." Seru Renjun, sebelum pergi melanjutkan tidurnya kembali.
---
Beberapa jam kemudian Renjun pun bangun dari tidurnya. Menggeliat pelan dan merasakan bahwa tidak ada orang di sampingnya.
Perlahan Renjun pun membuka matanya, netra-nya mulai menyesuaikan dengan cahaya ruangan.
Indra penciumannya mulai mencium wangi yang sangat enak. Rasa laparnya mulai memasukki perutnya begitu indra penciumannya menangkap wangi masakan yang sangat enak.
Perlahan ia mulai beranjak dari ranjang-nya. Ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Jeno.
Yup, setelah ia bangun lalu tidur lagi, ia langsung menyadari kalau dirinya sedang berada di kamar hotel milik Jeno.
Entah Renjun juga tidak tau bagaimana bisa ia ada di ruang kamar Jeno. Ia tidak ingat kejadian tadi malam.
Yang ia ingat bekas kejadian tadi malam adalah ia tengah menjalani meeting penting. Lalu setelahnya, ia menghadiri party karena Jeno berhasil menggaet investor terkenal untuk perusahaan-nya. Meminum beberapa wine, lalu ia tidak ingat lagi setelah itu.
Tiba-tiba dirinya sudah ada di ruangan Jeno. Hanya itu yang Renjun ingat.
Sampai di dapur, Renjun dapat melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Ia sampai tidak bisa memalingkan pandangannya dari Jeno yang tengah memasak, dengan kemeja yang agak berantakan, dua kancing di atas kemeja-nya terbuka, serta lengan baju-nya yang di gulung sampai memperlihatkan lengan tangannya.
'Kenapa dia tampan sekali walaupun ia hanya sedang memasak?' Gumam Renjun yang menjerit dalam hatinya melihat pemandangan gratis yang sangat bagus untuk mata-nya.
"Kau sudah bangun?" Seru Jeno yang sukses membuat Renjun terperanjat kaget.
Renjun langsung mengusap dadanya karena detak jantung-nya yang berdetak lebih kencang. Bukan hanya itu, ia juga meringis karena ketahuan sedang mengintip Jeno.
"Kau sedang memasak untuk diri-mu?" Tanya Renjun, perlahan tapi pasti ia mulai menghampiri Jeno.
"Tidak. Aku juga memasak untuk dirimu." Seru Jeno.
"Bagaimana? Apakah kau tidur dengan nyenyak?" Tanya Jeno, seraya memasukkan nasi goreng buatannya ke dalam piring.
"Sangat nyenyak. Hotel yang kau pesan sangat-sangat bagus." Seru Renjun.
"By the way, maafkan aku karena udah lancang tidur di kasur-mu." Sambung Renjun.
"Tidak apa-apa. Aku yang membawa-mu kemari kok." Seru Jeno lalu menaruh nasi goreng itu ke atas meja makan. Satu untuk dirinya dan satu untuk Renjun.
Renjun sedikit terkejut dengan penuturan Jeno. Jadi Jeno sengaja menaruhnya ke dalam kamar hotelnya?
"Benarkah? Kenapa aku tidak mengingat apapun?" Tanya Renjun berusaha bersikap se-normal mungkin.
"Bagaimana bisa kau ingat, sedangkan saat itu kau sudah mabuk berat." Jawab Jeno, mengambil air minum di dalam kulkas beserta dua buah gelas untuk dirinya dan Renjun minum.
Renjun meringis. Seharusnya ia tidak usah minum dan menerima tawaran para petinggi lainnya. Pasalnya kadar alkohol Renjun itu sangat rendah. Bahkan Renjun bisa mabuk walaupun hanya meminum dua buah gelas minuman keras.
"Makan-lah." Seru Jeno, mengintrupsi Renjun yang ingin bertanya kembali.
Renjun pun mulai duduk di hadapan Jeno, dan memakan masakan Jeno.
"Terima kasih." Ucap Renjun sebelum ia memakan masakan Jeno.
Mereka pun mulai makan dengan hikmat.
"Eung, apakah aku melakukan hal aneh tadi malam?" Tanya Renjun . Ia takut kalau dirinya melakukan tindakan bodoh di depan Jeno.
"Kau mencium-ku." Sahut Jeno tanpa beban apapun ketika mengucapkan kalimat itu.
Berbeda dengan Renjun yang langsung tersedak, begitu ia ingin meminuma minuman-nya.
Baru saja Jeno ingin menolong Renjun, Renjun sudah merasa lebih baik.
"Lalu apa yang kau lakukan?" Tanya Renjun yang merutuki kebodohannya sendiri.
Ia benar-benar tidak ingat kejadian tadi malam. Jadi hanya ucapan Jeno yang ia percaya saat ini.
"Aku mencium-mu kembali." Balas jeno yang sukses membuat Renjun terkejut lagi.
"Ka-kau?" Tanya Renjun dengan tatapan tak percaya.
Jeno menganggukkan kepalanya, memberhentikan makannya dan menatap Renjun. "Tentu saja. Kau pikir siapa yang akan mencium-mu selain aku?" Tanya Jeno.
Renjun langsung menggelengkan kepalanya. "Ah tidak. Kau tidak apa-apa mengenai hal itu?" Cicit Renjun yang masih bisa di dengar oleh Jeno.
"Bukan-kah pertanyaan itu seharusnya untuk dirimu?" Tanya Jeno, dengan sedikit menggeram kesal. Bahkan saat ini Jeno telah menggenggam alat kedua makan-nya, sampai buku jarinya memutih.
"Aku?" Tanya Renjun yang bingung dengan ucapan Jeno.
"Heum, bukankah seharusnya pertanyaan itu untuk dirimu? Kau tidak apa-apa telah mencium diriku? Kau-kan sudah mempunyai kekasih." Seru Jeno yang sedikit kesal membicarakan kekasih Renjun.
Renjun yang mendengar itu pun langsung mengatupkan mulutnya. "Ah gitu." Seru Renjun.
Ia tidak berani melanjutkan ucapannya lagi.
"Sejak kapan?" Tanya Jeno, meremat sendok dan garpunya dengan sangat keras.
"Sejak kapan apanya?" Tanya Renjun yang masih tidak tau kalau saat ini Jeno tengah menahan amarahnya yang sedikit lagi meledak.
"Kau mempunyai kekasih?" Tanya Jeno.
"Ah ketika aku berada di sana." Seru Renjun.
"Sudah berapa tahun kau menjalin hubungan dengan dirinya?" Tanya Jeno.
"Lumayan lama." Jawab Renjun yang masih asyik dengan makanan-nya. Tanpa Renjun sadari kalau saat ini wajah Jeno sudah memerah karena kesal.
"Kalau kau? Sejak kapan? Sudah berapa tahun hubungan-mu dengan Joo Seokyung?" Tanya Renjun, menghentikan makannya lalu menatap Jeno.
Jeno terhentak kaget begitu mendengar ucapan Renjun. Renjun sudah tau mengenai Seokyung? Sejak kapan?
"Aku lihat di berita kalau kau dan dia sudah bertunangan. Kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" Sambung Renjun, menatap Jeno dengan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SEVEN DAY - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!