6. Promise

97 10 0
                                    

Jeno syok begitu mendengar penuturan Renjun yang mengatakan bahwa Renjun itu belum memiliki seorang kekasih. Tapi mengapa sebelumnya Renjun mengatakan kalau dirinya memiliki seorang kekasih? Kenapa gak terus terang saja? Kenapa harus berpura-pura?

"Lalu, kenapa kau harus berpura-pura sudah memiliki seorang kekasih?" Tanya Jeno yang sangat bingung akan jalan pikiran Renjun.

"Lalu, kalau aku mengaku belum punya pacar, apa yang akan kau lakukan? Apakah kamu akan memilih aku di banding tunangan-mu itu? Jen, aku tau kamu. Kamu gak akan pernah melepaskan orang yang sudah terikat dengan-mu, di banding orang yang tidak memiliki status apa-apa di dalam hidup-mu!" Ujar Renjun.

"Kejadian kayak gini gak cuma sekali Jeno! Ini udah yang kedua kalinya. Jadi aku paham banget tindakan apa yang akan kamu lakukan. Kamu pasti akan memilih wanita itu, membuat aku menyerah dan ingin meninggalkan-mu, lalu kau tarik aku kembali. Setelah itu? Kau mengulangi-nya lagi. Sikap-mu yang sekarang, sama persis dengan sikap-mu sewaktu SMA. Ketika kau menjalin kasih dengan Karina." Sambung Renjun.

"Jadi aku lebih memilih untuk berpura-pura sudah mempunyai kekasih. Agar--"

*cup* kecupan yang mendarat di bibir Renjun, sukses membuat Renjun bungkam. Bukan hanya kecupan sekilas, tapi kecupan ini di iringi lumatan yang menuntut. Seakan mereka memberikan rasa rindu yang sudah lama tidak terungkap, keluh kesah, rasa cemas, khawatir dan takut kehilangan.

Bukan hanya itu saja. Ciuman ini juga sukses membuat emosi Renjun terkendali. Namun berganti dengan sesak nafas Renjun, karena Jeno yang tidak memberikan kesempatan untuk dirinya mengambil nafas.

Renjun langsung memukul lengan Jeno, untuk memberitahu bahwa dirinya sudah kehabisan nafas.

Jenl yang mengetahui itu pun langsung melepaskan ciuman mereka. Membersihkan bekas salivah yang entah milik siapa, begitu ciuman mereka terlepas.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jeno, begitu melihat deru nafas Renjun yang sudah terkontrol.

Dengan polos, Renjun menganggukkan kepala-nya, membalas pertanyaan Jeno.

Jeno yang sudah mendengar jawaban dari Renjun pun langsung memegang kedua bahu Renjun. Agar Renjun bisa menatap wajah-nya. Ah ralat, menatap manik mata-nya.

"Injun-ah, dengarkan aku. Pertama, aku gak ada niatan untuk mengulang kesalahan yang telah aku perbuat dengan Karina. Aku sangat-sangat mencintai-mu dan aku sangat menunggu kedatangan-mu. Jadi, mana mungkin aku melepaskan diri-mu yang saat ini sudah di hadapan-ku?!" Seru Jeno.

"Kedua, aku tidak tau mengenai peristiwa dan kejadian apa yang telah kamu lalui. Bagaimana bisa aku tau mengenai kejadian yang telah kamu lalui, sedangkan kamu tidak pernah memberitahu di mana kamu pindah dan tinggal. Aku ingin menjemput-mu kembali tapi apa? Semua pesan, panggilan suara dan bahkan sosial media dari aku, tidak kamu balas. Beberapa kemudian pun seluruh akun sosial media kamu, kamu hapus. Kamu benar-benar menghilang Renjun. Seakan kamu memang sudah tidak perduli lagi dengan aku." Sambung Jeno.

"Bahkan aku sudah menyuruh banyak orang untuk mencari keberadaan-mu dari dulu sampai saat ini. Tapi apa? Aku tidak dapat menemukan-mu. Kau benar-benar menghilangkan jejak Renjun." Tambah Jeno, menatap Renjun dengan tatapan frustasi.

Renjun yang mendengar itu pun langsung merasa bersalah. "Maafkan aku. Aku tau aku jahat Jen. Gak seharusnya aku ingkarin janji aku untuk kembali setelah lulus. Gak seharusnya aku kembali, di saat dirimu sudah bertunangan dengan orang lain. Tapi tetap aja Jen. Aku gak bisa buat gak nahan untuk kembali. Janji itu, janji yang aku buat ke kamu sungguh menghantui-ku." Seru Renjun, bahu-nya sudah bergetar karena menangis.

Jeno yang melihat Renjun menangis pun langsung menggelengkan kepalanya cemas. Ia langsung mengangkat wajah Renjun yang tertunduk, agar menatap wajah-nya. Tangan-nya terulur untuk menghapus air mata yang terus mengalir di kedua pipi Renjun.

"Ssttt. Jangan nangis ya. Kamu gak salah kok. Kamu melakukan itu agar aku fokus dalam studi dan cita-cita ku. Justru aku yang salah. Aku yang tidak bisa menjaga janji-mu. Aku yang mengingkari janji kita dengan cara bertunangan dengan wanita lain. Maafkan aku. Aku janji akan memperbaiki-nya. Tolong beri aku waktu untuk memperbaiki-nya." Pinta Jeno.

Renjun masih sesegukkan. "Jan---janji?" Tanya Renjun yang masih tersendat.

Jeno menganggukkan kepala-nya. "Aku janji. Aku janji akan memperbaiki-nya. Jadi, hentikan tangis-mu." Pinta Jeno.

Sungguh, Jeno tidak suka melihat Renjun menangis seperti ini. Melihat Renjun menangis, hatinya sangat sakit.

Renjun yang mendengar itu pun segera meredahkan tangisan-nya.

"Bersiaplah. Aku akan membawa-mu ke suatu tempat." Seru Jeno.

"Ke mana?" Tanya Renjun bingung.

"Ada deh. Aku yakin kau menyukai-nya. Aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan-mu, sebelum kita kembali ke Jakarta." Ujar Jeno.

Belum sempat Renjun menjawab, Jeno sudah menggendong-nya ala bridal style, menuju ke kamar hotel milik Renjun, agar Renjun bisa bersiap.

Perlakuan Jeno, membuat Renjun mengalungkan tangan-nya ke leher Jeno. Bukan hanya itu saja! Renjun juga mendekatkan kepala-nya ke dada bidang milik Jeno. Renjun dapat mendengarkan detak jantung Jeno yang sama seperti detak jantung-nya saat ini. Berdetak sangat cepat dan tidak karuan. Detak jantung-nya seperti sound sistem yang tengah hajatan.

Sampai di depan kamar hotel Renjun, Jeno langsung menurunkan Renjun. Memasukkan kode kamar Renjun, lalu membukanya. Setelah terbuka, Jeno langsung memasukkan Renjun ke dalam.

"Bersiap ya! Jangan terlalu cantik-cantik! Aku tidak suka kamu menjadi pusat perhatian!" Peringat Jeno, sebelum menutup pintu kamar Renjun.

Baik Renjun dan Jeno mulai bersiap. Mengganti pakaian-nya masing-masing menjadi pakaian santai tapi tidak terlalu santai, dan tidak terlalu formal.

Renjun memoleskan wajahnya dengan sedikit bedak, dan lipstik. Ia benar-benar menuruti kata Jeno untuk tidak dandan terlalu cantik.

Sedangkan Jeno, Jeno mulai mengatur rambut-nya. Menggunakan gel untuk merapihkan sedikit rambut-nya.

Mereka berdua sama-sama memakai parfum kesukaan mereka masing-masing.

Setelah rapih, Jeno langsung mengambil kunci mobil-nya. Sedangkan Renjun mengambil tas selempang milik-nya. Lalu mereka pun mulai keluar kamar masing-masing.

Jeno mematung begitu melihat kecantikan Renjun.

"Jeno, ayo." Seru Renjun, menyadarkan Jeno.

Jeno terhenyak kaget. Ia langsung menghampiri Renjun. Menggenggam tangan Renjun, masuk ke dalam lift. Lalu pergi dari hotel ini setelah lift sampai di lantai dasar.

"Kamu kenapa cantik banget? Aku kan udah bilang kalau jangan terlalu cantik. Aku gak suka kalau kamu jadi pusat perhatian!" Rengek Jeno begitu mereka sudah berada di dalam mobil.

NOT SEVEN DAY - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang