Deringan ponsel, membuat Jeno yang sedang bermain di pantai bersama dengan Renjun pun menghentikan kegiatan-nya sebentar.
"Aku mengangkat telepon dulu ya." Izin Jeno kepada Renjun. Renjun tersenyum, seraya menganggukkan kepala-nya.
Sambil menunggu Jeno, Renjun pun bermain di pinggir pantai. Sudah lama rasanya dirinya tidak ke pantai.
Yup, tadi setelah sarapan, Jeno mengajak Renjun pergi ke pantai. Karena Renjun bosan, Renjun pun menyetujui permintaan Jeno, dan mereka berdua pun pergi ke pantai bersama. Menikmati waktu seharian. Dari siang, sampai sore dini hari. Tinggal menunggu matahri terbenam saja.
Ketika melihat Jeno sudah selesai mengangkat telepon, Renjun pun bergegas menghampiri Jeno.
"Ada apa? Tadi siapa yang telpon kamu?" Tanya Renjun kepada Jeno. Saat ini, wajah Jeno benar-benar tidak enak di lihat, tepat setelah ia mengangkat telepon.
"Mommy." Satu kata yang terucap dari mulut Jeno, membuat Renjun bungkam.
Renjun baru sadar kalau dirinya belum pernah bertemu dengan Taeyong, sejak pertama kali dirinya menjajalkan kaki di Jakarta.
Padahal ia berjanji akan langsung menemui Taeyong, ketika ia kembali.
"Mommy Taeyong menelepon-mu? Apakah ada suatu hal yang terjadi?" Tanya Renjun, menatap Jeno cemas. Pasal-nya Taeyong sudah Renjun anggap sebagai Mama kedua-nya. Orang yang selalu perhatian dan baik kepada Renjun.
"Yak! Kau kenapa panik seperti itu? Mommy tidak apa-apa. Ia menelepon-ku hanya untuk menyuruh-ku pulang, karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan." Seru Jeno yang terkejut melihat wajah panik Renjun.
Renjun yang mendengar itu pun langsung menghela nafas-nya lega. Ia sangat bersyukur tidak ada hal mengerikan yang terjadi dengan Taeyong.
"Mommy menyuruh-mu pulang?" Tanya Renjun sekali lagi.
"Heum. Kenapa? Kau mau ikut ke rumah-ku tidak?" Seru Jeno, menawarkan Renjun untuk ke rumah-nya, bersama dengan diri-nya.
Renjun berfikit sejenak mengenai tawaran itu. Ia sangat ingin bertemu dengan Taeyong. Tapi seperti-nya ia belum siap bertemu Taeyong. Ada rasa tidak enak begitu melihat Taeyong. Apalagi setelah dirinya meninggalkan Jeno, anak satu-satunya keluarga Lee.
"Eum kayak-nya gak dulu deh. Aku belum siap bertemu dengan Mommy-mu Jen." Ujar Renjun, menolak ajakan Jeno.
"Loh kenapa? Dia itu merindukan kamu dan selalu bertanya tentang diri-mu. Mommy pasti senang melihat kamu." Sahut Jeno, yang bingung atas penolakan Renjun.
Renjun mengigit bibir bawah-nya. Ia juga tidak tau kenapa dirinya seperti ini. "Aku belum siap Jeno. Jadi tolong, jangan paksa aku ya? Aku akan ke sana setelah siap." Pinta Renjun, menatap Jeno dengan tatapan memohon, agar Jeno tidak memaksa diri-nya untuk datang.
Jeno hanya bisa menuruti permintaan Renjun. Toh dia tidak bisa memaksa kalau Renjun belum siap bertemu dengan Mommy-nya. Mungkin perlahan Renjun bisa dan mau bertemu dengan Mommy-nya.
"Baik-lah. Kalau begitu kita pulang ya? Maafkan aku, rencana menginap kita jadi batal karena ini." Ujar Jeno, menuntun Renjun untuk kembali ke mobil mereka, meninggalkan pantai, serta sunset yang tadinya ingin Renjun lihat.
Sampai di depan mobil milik Jeno, Jeno langsung bergegas membukakan pintu untuk Renjun masuk. Setelah Renjun masuk, Jeno pun menutup pintu mobil-nya, lalu ia pun bergegas masuk ke dalam mobil, menyusul Renjun.
Sampai di dalam mobil, Jeno langsung mengulurkan tangan-nya untuk memasangkan seatbelt milik Renjun. Renjun itu kebiasaan banget! Kalau naik mobil, dia keseringan lupa memakai seatbelt. Padahal sudah sering Jeno ingatkan kalau seatbelt itu sangat penting untuk keselamatan dalam berkendara. Jadi, setiap kali Jeno dan Renjun berpergian, Jeno selalu mengecek seatbelt Renjun. Setelah selesai, baru-lah Jeno menjalankan mobil-nya pergi meninggalkan pantai Jakarta.
Di sepanjang jalan, mereka mengobrol bersama. Apa saja mereka obrol-kan. Namun lebih sering membahas tentang hubungan mereka. Entah hubungan masa lalu mereka, atau masa depan mereka.
Renjun sendiri sih gak terlalu berharap mengenai hubungan antara dirinya dan Jeno di masa depan. Ia hanya bisa berserah diri kepada Tuhan akan takdir ke depan-nya. Yang jelas, saat ini ia hanya bisa berusaha untuk hubungan mereka.
"Kalo ngantuk tidur aja. Jangan paksain buat nungguin aku. Mommy soal-nya suka lama kalo aku di sana. Suka ngelarang aku buat pulang cepat." Peringat Jeno, sebelum Renjun keluar dari mobil-nya.
Renjun menganggukkan kepalanya. "Hati-hati ya nyetir-nya. Jangan mengebut." Peringat Renjun.
"Jen, kenapa di kunci sih?" Tanya Renjun, ketika dia hendak membuka pintu mobil-nya, malah terkunci.
"Kiss penyemangat-nya mana?" Tanya Jeno, seraya memajukan wajah-nya.
"Tipes lo? Apa-apa minta semangat." Dengus Renjun kesal, namun ia tetap mencium Jeno.
"On Lips." Pinta Jeno, meminta Renjun untuk mengulang cium-nya. Dari cium pipi, ke cium bibir.
Renjun memutarkan kedua bola mata-nya jengah. Peelahan ia memajukan wajah-nya dan mencium bibir Jeno.
*plak* Renjun memukul lengan Jeno, karen Jeno menahan tengkuk leher-nya.
Jeno langsung melepaskan tangan-nya dari tengkuk leher Renjun. Bukan-nya takut atau merasa bersalah, Jeno malah terkekeh.
"Cepat buka!" Kesal Renjun, dan Jeno pun membukakan pintu-nya.
"Sampai Jumpa, babe." Ucap Jeno, sebelum Renjun menutup pintu mobil-nya.
Setelah memastikan Renjun sudah masuk ke dalam apartemen, Jeno langsung bergegas meninggalkan perkarangan apartemen-nya, menuju rumah Mommy-nya.
Sedangkan Renjun, ia langsung masuk ke dalam lift. Menekan angka 23, lalu keluar ketika lift terbuka.
Mencari kamar bernomor 2307 lalu masuk ke dalam.
"Ah~~~" helaan nafas keluar dari mulut Renjun, seraya menaruh bokong-nya di atas sofa milik Jeno.
Setelah beristirahat sejenak, Renjun pun langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, guna membersihkan tubuh-nya.
Setelah mandi dan melakukan skincare rutin-nya, Renjun langsung membaringkan tubuh-nya di atas ranjang berukuran queen size milik-nya, mencharger ponsel-nya, Menarik selimut-nya dan langsung menuju alam mimpi.
***
"Eungh~~~" Gumam Renjun begitu alarm-nya berbunyi.
Tangan-nya terulur untuk mematikan alarm, lalu bergegas menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan memakai seragam formal untuk ke kantor, Renjun pun segera bergegas ke-kantor menggunakan taksi, karena Jeno tidak pulang. Sepertinya Taeyong benar-benar menahan anak semata wayang-nya untuk menginap di sana, dan Renjun tidak keberatan akan hal itu.
Memakan waktu sekitar 15 menit, Renjun pun sampai di depan perusahaan Jeno. Masuk ke dalam perusahaan-nya, menekan tombol yang langsung mengarah pada lantai ruangan milik Jeno.
Tiba di lantai ruangan Jeno, Renjun pun langsung bergegas menaruh tas-nya ke atas kursi meja-nya.
Lalu ia langsung pergi membuat kopi untuk Jeno.
Niat-nya ingin cepat pun terurungkan. Seperti biasa, kalau duaborang wnaita sudah bersatu untuk mengobrol ria, waktu pub tidak akan terasa, serasa dunia milik berdua.
"Kalau begitu aku pergi lebih dulu ya! Pak Manager pasti sudah menunggu-ku." Pamit Doyoung. Senior wanita-nya.
Renjun pun tersenyum dan langsung kembali ke ruangan-nya.
*tok tok tok* ketukan yang Renjun lakukan sebelum masuk ke dalam ruangan.
"Tuan Lee, ini coff--e anda." Perlahan namun pasti, intonasi riang Renjun pun berubah begitu melihat 2 orang ada di hadapan-nya.
Iya! Bukan hanya Jeno saja yang ada di dalam ruangan-nya, melainkan dengan Joo Seokyung, tunangan Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SEVEN DAY - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!