Renjun tersenyum miris begitu melihat Jeno yang terus bungkam. Terlihat sekali Jeno tidak menyangka bahwa Renjun tau mengenai berita ini.
Yup, awal-nya Renjun tidak mengetahui tentang berita ini. Berita tentang hubungan Lee Jeno dengan Joo Seokyung yang ternyata sudah bertunangan. Namun, ketika dirinya keterima kerja di perusahaan milik Jeno dan sudah menandatangani kontrak, Renjun tidak sengaja melihat artikel di berita mengenai pertunangan antara dua pembisnis terkenal itu.
Wajar saja Renjun tidak tau mengenai hal itu. Soalnya Renjun sangat anti membuka berita mengenai gosip, bisnis dan hal lain seperti itu. Ia lebih suka membuka dan melihat mengenai boygroup Korea, video lucu, dan drama korea. Maka dari itu baik aplikasi sosial media-nya berupa insta, tok tik, you tube dan yang lain-nya selalu menanyangkan seputaran tentang itu.
Dan begitu berita-nya muncul di beranda insta, begitu ia tengah melihat video? Renjun syok berat.
Dia ingin sekali mengundurkan diri, atau keluar dari perusahaan itu. Namun Renjun takut. Ia takut terkena denda apabila memutuskan kerja secara sepihak. Dia tidak mempunyai banyak uang untuk membayar denda yang tertera di kontrak, apabila memutuskan kerja secara sepihak.
Jadi, dengan terpaksa ia harus melanjutkan kerjanya sebagai sekertaris di perusahaan Jeno.
Renjun tau kalau tempat dia melamar pekerjaan adalah perusahaan milik Jeno? Tentu saja. Justru itu tujuan awal Renjun melamar kerja begitu pertama kali dia balik ke Jakarta.
Ia ingin memenuhi janji yang ia tulis di surat yang ia berikan untuk Jeno. Namun takdir berkata lain. Jeno yang sudah bertunangan dengan wanita lain. Serta dirinya yang pulang lebih lama dari janji yang ia katakan, karena beberapa peristiwa dan kejadian yang membuat dan mengharuskan dirinya pulang lebih lama dari janji yang ia buat.
"Ah, sepertinya kita tidak boleh membicarakan masalah pribadi. Aku dan kamu hanya sekedar atasan dan bawahan. Maaf kalau sudah lancang membawa urusan asmara-mu di dalam hubungan ini." Seru Renjun, yang langsung beranjak dari duduknya.
Sungguh, ia tidak bisa berhadapan dengan Jeno seperti ini.
"Kau taruh saja di dalam washtafel, aku akan mencuci piring karena kamu telah memasak--"
"Kita harus membicarakan ini." Potong Jeno. Menahan pergelangan tangan Renjun, begitu Renjun melewati dirinya, ketika ingin pergi ke washtafel.
"Ap--apa maksud-mu?" Tanya Renjun.
Bukan-nya menjawab, Jeno malah menaruh piring Renjun ke atas meja, lalu menggendong Renjun ala karung beras, dan menaruh Renjun ke atas sofa ruang keluarga-nya.
Renjun terperanjat kaget begitu Jeno menggendong dirinya ala karung beras. Ia sempat berteriak sangking kaget-nya.
Sampai di ruang tamu, Jeno langsung duduk di samping Renjun, dan membalikkan tubuh Renjun agar menatap dirinya.
"Kita harus membicarakan ini Renjun." Seru Jeno.
"Membicarakan apa? Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi Jeno. Kau sudah bahagia bersama tunangan-mu. Begitu juga dengan aku. Aku sudah bahagia bersama pasangan-ku. Jadi, tidak ada yang perlu di bahas lagi. Aku dan kamu hanya sebatas masa lalu yang tidak pantas untuk di masa depan. Hubungan antara kamu dan aku sudah berakhir ketika aku dan kamu memutuskan untuk mempunyai kekasih." Seru Renjun yang berusaha tersenyum tegar, walaupun hatinya menangis, merasakan sakit begitu Renjun mengucapkan kata seperti itu.
Jeno yang mendengar itu pun mencebik. "Bagaimana bisa kita tidak membahas hubungan ini, di saat aku tidak bisa melupakan diri-mu di setiap harinya? Aku selalu menunggu-mu datang. Entah di hari kelulusan-ku, di hari pertama aku membuka perusahaan, sampai saat ini. Mengapa kau berbicara seperti itu?! Apakah kau tidak pernah memikirkan aku sekali pun?! Maka dari itu kau melupakan janji-mu kepada-ku?!" Sahut Jeno, menatap Renjun tidak percaya.
Renjun tersenyum lirih begitu Jeno mengatakan hal seperti itu. Bagaimana bisa ia melupakan Jeno, sedangkan Jeno adalah semangat untuk dirinya hidup? Jeno adalah semangat untuk dirinya hidup, dan juga semangat untuk dirinya kembali ke Jakarta. Jeno-lah alasan Renjun untuk giat bekerja, supaya dirinya bisa kembali ke Jakarta begitu uang dia telah terkumpul.
Ada begitu banyak kejadian peristiwa yang Renjun lalui, dan Renjun tidak bisa membicarakan hal ini kepada siapapun.
"Tatap aku dan jawab pertanyaan-ku Huang Renjun!" Geram Jeno, yang masih terus menatap Renjun yang tidak menatap matanya.
"Apa?!" Sarkas Renjun, berusaha tegar menghadapi Jeno.
"Jawab pertanyaan-ku!" Ujar Jeno.
"Untuk apa Jeno? Untuk apa kita membahas ini? Membahas ini sama saja kita membangun luka untuk diri kita masing-masing." Seru Renjun yang sudah sangat frustasi. Ia tidak ingin membicarakan ini.
"Kita perlu meluruskan semua masalah yang terjadi di antara kita Renjun. Aku tidak mau ada kesalah pahaman di antara kita. Aku masih mencintai dan menyayangi-mu sampai saat ini!" Seru Jeno yang sama frustasi-nya dengan Renjun.
"Kalau kau sayang kepada diriku? Kau tidak mungkin menjalin kasih dengan orang lain! Apalagi sampai bertunangan!" Teriak Renjun, yang sukses mengeluarkan semua amarahnya.
Jeno tersentak mendengar ucapan Renjun.
"Kalau kau sayang sama aku? Kau bisa menunggu aku lebih lama! Tapi kenapa kau malah menjalin kasih bersama wanita lain dan sampai bertunangan dengan dirinya?" Ucap Renjun sekali lagi.
"Bukan-kah itu sangat egois Renjun?" Ucap Jeno.
"Aku tau. Aku sangat egois dengan meminta dirimu lebih lama dalam menunggu-ku. Tapi kau tidak tau bukan kejadian apa yang sudah aku lewati sampai akhirnya aku kembali ke sini?!" Seru Renjun.
Seperti biasa, Renjun tidak tahan begitu dirinya di pancing. Renjun akan mengeluarkan keluh kesahnya kalau dia terus di sudutkan.
"Kau tau?! Bukan cuma kau saja yang berusaha agar bertemu diri-ku! Aku juga berusaha Jen! Aku berusaha sekuat tenaga agar bisa kembali ke sini! Agar bisa bertemu dengan dirimu!" Seru Renjun yang tak menyangka kalau air matanya sudah keluar di kedua sudut matanya.
"Aku berusaha agar kembali kemari. Kembali ke sisi-mu. Tapi apa yang aku dapatkan begitu aku kembali ke sisi-mu? Aku malah mendapatkan kabar bahwa kamu telah bertunangan dengan seorang wanita hebat. Seorang wanita pembisnis yang sangat cocok bersanding dengan dirimu." Seru Renjun, seraya tersenyum lirih dan mengusap air matanya.
"Aku memang memiliki kekasih. Tapi kau juga sama kan?! Kau juga memiliki kekasih huang--"
"Aku tidak memiliki kekasih Lee Jeno! Bagaimana bisa aku memiliki kekasih, di saat hati-ku udah stuck untuk kamu?!" Teriak Renjun frustasi.
Apakah Jeno tidak tau kalau hati Renjun sudah stuck kepada dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SEVEN DAY - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!