Jam berlalu, menit berlalu, begitu juga dengan waktu yang telah berlalu. Namun tidak dengan pikiran Jeno yang tidak berlalu dari Renjun.
Sudah beberapa jam semenjak Renjun meninggalkan ruangan-nya, setelah mengantar kopi untuk dirinya. Tapi pikiran Jeno tidak pernah lepas dari Renjun.
Padahal Jeno sudah melakukan berbagai hal, terutama menyibukkan dirinya sendiri, agar pikirannya tidak melulu memikirkan Renjun.
Tapi tetap saja semua usahanya sia-sia. Buktinya sedari tadi dia tidak bisa melepaskan pikirannya dari Renjun.
"Arrgghhh!" Geram Jeno, mengusap wajahnya dengan kasar.
"Shit!" Maki Jeno, mengendurkan dasinya, serta membuka dua kancing atasnya.
Helaan nafas frustasi menguap di setiap penjuru ruangan Jeno.
Sudah 8 tahun lamanya semenjak Renjun pergi meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata pun, hanya sepucuk surat yang menjadi salam perpisahan sekaligus selamat untuk Jeno.
Renjun berjanji bahwa dirinya akan menemui Jeno setelah lulus. Namun nyatanya apa? Sudah 8 tahu berlalu dan baru hari ini Renjun kembali menemui dirinya? Dan terlebih dia kembali dengan status yang sudah berubah.
Mana katanya yang akan kembali setelah lulus? Mana katanya yang akan selalu menjaga hati dan cinta-nya hanya untuk Jeno? Semua hanya-lah bualan semata agar Jeno semangat dalam kuliahnya.
Yup, Jeno benar-benar mengikuti semua pesan Renjun. Ia semangat dalam kuliahnya agar dirinya bisa cepat lulus.
Namun, ketika ia lulus? Renjun-nya tidak ada. Tidak ada yang datang di acara kelulusan dia.
Jeno juga sudah mencoba bertanya kepada para sahabat Renjun. Namun tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Jeno. Entah-lah mereka itu beneran tidak tau, atau hanya pura-pura. Keluarga Renjun juga sudah pindah tanpa memberitahu Jeno.
*tok tok tok* ketukan pintu ruangan Jeno, membuat Jeno membuyarkan lamunan-nya.
"Masuk." Titah Jeno, dan tak lama kemudian orang yang ada di luar pun masuk.
Jeno langsung membenarkan tubuhnya dan sedikit berdeham. "Ada apa Nona Huang?" Tanya Jeno dengan nada rendah-nya, menatap Renjun yang ada di hadapan-nya.
"Tuan Lee sudah waktunya makan siang. Sebaiknya anda pergi untuk makan siang." Ujar Renjun, mengingatkan Jeno.
Jeno mengerutkan dahinya dan langsung mengecek jam yang ada di tangan-nya.
Benar! Ini sudah waktunya makan siang!
"Kau pergi saja lebih dulu. Aku masih ada berkas yang harus di selesaikan." Ucap Jeno. Ia masih mengingat bahwa ada berkas yang belum ia urus untuk satu minggu ke depan.
"Tuan Lee. Tidak baik menunda makan siang. Berkas anda bisa di selesaikan nanti. Nanti anda bisa terkena penyakit maag kalau terlalu sering menunda makanan." Ujar Renjun yang masih setia untuk membujuk Jeno makan siang.
"Iya nanti." Ujar Jeno dengan sedikit penekanan agar Renjun mengerti mengenai ultinatum yang ia berikan.
Renjun meneguk salivah-nya kasar. "Maafkan saya. Kalau begitu saya permisi." Ujar Renjun lalu pergi meninggalkan ruangan Jeno.
Jeno mendecak kesal, mengusak surai rambutnya secara kasar, lalu pergi menyusul Renjun.
Jeno tidak tau kenapa ia tidak bisa menolak perkataan Renjun. Ketika dirinya menolak, hatinya langsung merasakan sakit akibat kalimat tolakan yang ia berikan. Seakan dia bisa merasakan sakit yang Renjun rasakan.
Jeno langsung menggunakan lift khusus pemilik perusahaan. Mencari keberadaan Renjun.
Sampai di lobby perusahaan, Jeno langsung melangkahkan kakinya menuju kantin perusahaan. Hatinya mengatakan bahwa Renjun sedang makan di kantin perusahaan, bukan di luar perusahaan.
Sampai di kantin, Jeno dapat melihat Renjun yang sedang makan di sudut ruangan kantin.
Jeno yang melihat Renjun yang sedang makan pun tersenyum. Renjun sangat menggemaskan ketika sedang makan. Apalagi ketika kepalanya goyang, setelah memakan makanan yang enak di lidah-nya.
Renjun kalau sudah ketemu makanan yang enak, atau sedang makan? Ia tidak akan memperdulikan sekitar. Ia hanya fokus dengan makanan yang ada di hadapannya.
Jeno langsung melangkahkan kakinya. Memesan makanan yang ada di kantin, lalu mulai jalan menghampiri meja Renjun.
"Bolehkah aku duduk di sini?" Tanya Jeno yang membuat Renjun menghentikan makannya, dan menatap Jeno.
*uhuk uhuk* Renjun tersedak begitu melihat Jeno yang ada di hadapan-nya. Ia sangat terkejut melihat Jeno yang tadinya menolak untuk makan siang sekarang, malah ada di hadapannya saat ini.
Jeno yang melihat itu pun langsung membantu Renjun yang tengah tersedak. Memberikan Renjun air, serta menepuk punggung belakang Renjun.
"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Jeno, menatap Renjun dengan tatapan khawatir.
Renjun menganggukkan kepalanya. "Terima kasih." Ucap Renjun.
"Duduk-lah." Sambung Renjun dan Jeno pun langsung duduk di hadapan Renjun.
Mereka berdua langsung makan makanan yang ada di hadapan mereka. Tidak ada yang membuka suara satu sama lain.
Walaupun di kantin ini suasana tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi? Tetap saja hawa canggung antara Jeno dan Renjun menyelimuti satu sama lain.
Apakah ini semua karena mereka tidak bertemu selama 8 tahun lama-nya? Atau karena mereka bingung mau mulai percakapan dari mana, karena mereka mempunyai banyak pertanyaan yang ingin mereka utarakan satu sama lain?
"Eum. Bagaimana kabar-mu?" Tanya Jeno, membuka percakapan.
"Ah, saya baik Tuan Lee. Bagaimana dengan keadaan anda? Jika saya lihat dari keadaan anda yang sekarang, anda terlihat baik-baik saja." Seru Renjun.
Jeno menatap wajah Renjun dalam diam. "Aku tidak baik-baik saja Injun-ah." Gumam Jeno yang masih bisa di dengar Renjun.
"Maksud Tuan?" Tanya Renjun, memastikan pendengarannya. Apakah yang ia dengar ini nyata, atau cuma salah dengar.
"Ah tidak. Aku baik-baik saja. Seperti yang kau lihat. Aku dapat menyelesaikan studi-ku. Aku dapat membuka perusahaan sendiri, dengan hasil dan jerih payah-ku sendiri, dan aku dapat meraih mimpi-ku." Seru Jeno.
'Kecuali mendapatkan diri-mu, serta menjadikan diri-mu menjadi pendamping hidup-ku.' Seru Jeno, menatap Renjun dengan senyuman lirih menahan rindu dan rasa ingin memiliki.
Renjun yang mendengar itu pun turut bahagia. Ternyata Jeno-nya berhasil dalam meraih apa yang ia inginkan. "Benarkah? Aku sangat senang mendengarnya. Aku turut bahagia atas keberhasilan yang telah kau capai. Serta kesusahan yang telah kau lalui." Seru Renjun
"Terima kasih atas ucapan-nya. Bagaimana dengan diri-mu?" Tanya Jeno.
"Seperti yang kau lihat Tuan. Aku baik-baik saja." Seru Renjun, menampilkan senyuman manis-nya.
"Bagaimana keadaan Mama, Papa dan kedua abang-mu?" Tanya Jeno.
Entah kenapa Jeno tidak mau percakapan antara dirinya dan Renjun terputus. Ia mau obrolan ini terua berlanjut, untuk meredahkan rasa rindu yang sudah terlanjur dalam.
"Renjuniee." Tegur Jeno karena Renjun yang terus diam, tidak menjawab pertanyaan-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT SEVEN DAY - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!