Langit yang cerah namun tidak secerah wajah seorang laki-laki yang sedang duduk di pinggir lapangan sambil menatap para sahabatnya yang sedang bermain basket.
Bukannya ia tidak di ajak bermain, hanya saja ia menolak ajakan teman-temannya untuk bermain basket sebab ia sedang malas bermain.
Kegiatan yang laki-laki itu lakukan selain menatap teman-temannya adalah memutar-mutar kunci motornya dengan jari telunjuknya.
"Gritte awas!!."
Mata laki-laki itu membulat saat melihat bola basket yang dimainkan oleh teman-temannya mengarah ke seorang gadis yang sedang berjalan sendirian di pinggir lapangan.
Laki-laki itu refleks langsung berlari untuk menyelamatkan Gritte dari bola basket itu, tetapi ia kalah cepat dengan seorang gadis yang langsung menangkap bola basket tersebut sehingga tidak jadi mengenai Gritte.
Laki-laki itu bernafas lega karena Gritte tidak jadi terkena bola.
Berbeda dengan Samudera yang bernafas lega, gadis yang menyelamatkan Gritte tadi malah berjalan menghampiri sekumpulan laki-laki yang berdiri kaku di tengah lapangan.
Gadis itu menatap satu dari ke empat laki-laki itu dengan tatapan tajamnya.
"Minta maaf!" Perintahnya penuh penekanan.
Laki-laki itu menatap gadis yang sedang berdiri di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Laki-laki itu maju dua langkah, mengikis jarak antara ia dan gadis yang selama seminggu ini mengusik pikirannya.
"Kalau gue gak mau?" Tanya laki-laki itu dengan alis yang terangkat.
Tangan gadis itu terkepal, menahan gejolak amarah yang sebentar lagi akan meledak. Sungguh jika melihat wajah laki-laki itu ia jadi mudah kesal dan gampang marah. "Minta maaf!!."
"Gue gak mau!" Balas laki-laki itu dengan senyuman yang sangat menyebalkan.
Gadis itu menggeram, rahangnya pun ikut mengeras, "Minta maaf sekarang!" Ucap gadis itu sambil menekan kata di setiap ucapannya.
"Oke gue akan minta maaf sama dia–" Laki-laki itu melirik ke pinggir lapangan, tepatnya ke arah Gritte yang sedang berdiri di samping Samudera, "asalkan lu bisa ngalahin gue" Lanjutnya sambil mengambil bola basket yang ada di tangan gadis itu.
"Dan kalau lu yang kalah, lu harus kasih nomor handphone lu ke gue" Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya sambil menunggu jawaban dari gadis yang berdiri di depannya ini, "gimana?."
Laki-laki tersenyum miring saat melihat keterdiaman gadis itu, "Berani gak?" Laki-laki itu memajukan wajahnya dan gadis itu refleks langsung memundurkan wajahnya.
"Kalau gak berani si gak papa" Laki-laki itu langsung berlalu pergi menjauhi gadis itu.
Gadis itu menggeram, ia tidak suka di remehkan, terlebih di remehkan oleh seorang makhluk bernama laki-laki, sungguh ia benci itu.
"Oke gue terima tantangan lu!."
Laki-laki itu langsung membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah gadis itu. Ia tersenyum penuh kemenangan karena ia berfikir jika ia akan memenangkan pertandingan ini dan ia akan mendapatkan nomor telepon gadis incarannya, Kaureen.
Albirru melempar bola yang ia pegang ke arah Kaureen dan langsung di tangkap oleh gadis itu.
Setelah itu pertandingan antara Albirru dan Kaureen pun di mulai.
Hampir seluruh murid SMA Gajah Mada melihat duel sengit antara most wanted sekolah mereka dan seorang anak baru.
Suara riuh yang berasal dari kaum laki-laki terdengar pada saat Kaureen berhasil masukkan bola ke dalam ring.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIS [Hiatus]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM DI BACA!] [SEQUEL CRAZY MARRIAGE] Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata dasar ambis atau ambisius memiliki arti keinginan besar untuk mencapai suatu harapan atau cita-cita. Seperti hal nya seorang laki-laki bernama Albirr...