13. Fitnah

51 2 0
                                    

"Rin tolong ambilkan mangkuk yang warna merah sama sendok sayur" pinta Meida yang tengah sibuk berkutat dengan masakannya.

Dua menit, tiga menit, sampai sepuluh menit Kaureen tidak juga memberikan mangkuk serta sendok sayur kepadanya. Ia segera mematikan kompornya dan berjalan menghampiri Kaureen yang tengah mengupas bawang di meja makan.

"Pantesan disuruh gak jalan-jalan" oceh Meida ketika ia melihat anaknya yang tengah melamun. Ia segera menggoyangkan bahu Kaureen hingga gadis itu tersadar dari lamunannya, "mikirin apa sih kamu Rin, sampai Mama suruh gak jalan-jalan" ucap Meida sambil berjalan ke arah rak piring untuk mengambil mangkuk dan sendok sayur.

"Maaf Mah gak kedengaran, emang Mama nyuruh apa?."

"Mama suruh kamu ambi ini nih" jawab Meida sambil mengangkat mangkuk dan sendok sayur, kemudian ia berjalan ke kompor untuk memindahkan makanannya dari wajan ke mangkuk yang telah ia bawa.

Kaureen pun mengikuti sang Mama sambil membawa bawang yang sudah ia kupas kulitnya. "Maaf deh Mah, Aurin beneran gak kedengaran tadi."

"Kamu mikirin apa sih Rin sampai gak kedengaran gitu?."

Kaureen yang tengah mencuci tangannya pun langsung menoleh. Tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. "Mikirin pelajaran kimia Mah."

Meida menatap sang anak dengan tatapan curiga, "Yakin?" tanyanya ragu, pasalnya jarang sekali ada orang yang memikirkan pelajaran sampai senyum-senyum seperti orang yang sedang jatuh cinta.

"Yakin" jawab Kaureen terbata-bata, "udahlah Mah jangan bahas-bahas itu lagi, mendingan sekarang kita makan aja, Aurin udah lapar soalnya" sambung Kaureen mengalihkan pembicaraan, ia tidak mau terus-terusan membahas tentang mata pelajaran kimia.

Sedangkan Meida hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja ketika melihat tingkah anaknya. Tanpa mau banyak bertanya lagi Meida langsung menyendokan nasi beserta lauk yang telah ia buat ke dalam piringnya.

Setelah itu ia dan Kaureen makan dengan tenang.

"Enak Mah" ucap Kaureen setelah ia selesai menghabiskan makan malamnya. Ia langsung memindahkan piring kotor miliknya ke tempat pencucian piring, "piringnya dicucinya nanti aja ya, setelah Aurin pulang dari rumah sakit."

Kaureen berjalan menghampiri Meida, "kalau gitu Aurin berangkat dulu ya Mah" pamitnya seraya menyalami tangan Meida.

"Hati-hati, jangan kebut-kebutan di jalan."

"Iya Mah" Kaureen langsung mengambil tas dan kunci mobil dari atas kulkas, setelah itu ia langsung berjalan keluar rumah untuk memanaskan mesin mobilnya.

Setelah mesin mobil panas, Kaureen segera menjalankan mobilnya keluar dari rumah menuju rumah sakit yang telah di sharelockan oleh Gritte sore tadi.

****

Bisik-bisik mulai terdengar ketika Kaureen menginjakkan kaki di depan gerbang sekolah. Ia menatap heran orang-orang yang tengah membicarakannya secara terang-terangan. Ia bahkan mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.

Namun ia sama sekali tidak mau menanggapi omongan-omongan tersebut, ia berjalan santai memasuki area sekolah.

Disepanjang koridor yang ia lewati pun ia tidak lepas dari omongan-omongan yang sama yang ia dapatkan saat di depan gerbang sekolah.

"Kaureen!!" gadis itu menghentikan langkahnya saat mendengar namanya dipanggil. Ia lantas membalikkan badannya, menatap orang yang memanggilnya itu dengan wajah datar.

"Kenapa?."

Bukannya menjawab, orang itu malah menatap Kaureen dari ujung rambut hingga ujung kaki dan hal itu berhasil membuat Kaureen merasa risih, "maksud lu apa natap gue kayak gitu?!."

AMBIS [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang