Dengan gerakan cepat Kaureen menguncir rambutnya, tidak lupa juga ia menyemprotkan parfum di tubuhnya.
Setelah dirasa rapih ia langsung keluar dari kamarnya, menghampiri sang Mama yang sedang menyiapkan sarapan.
Seperti biasa, ia hanya sarapan sendiri sebab sang Mama tidak terbiasa sarapan.
"Jangan lupa bawa bekal Mah" ucap Kaureen kepada sang Mama yang sedang merapikan peralatan masak.
"Iya sayang" balas Meida.
Tidak membutuhkan waktu lama, sarapan yang dihidangkan oleh Meida habis tak bersisa. Setelah itu Kaureen langsung berjalan ke teras rumah untuk memakai sepatu.
Dari kejauhan Kaureen bisa melihat seorang laki-laki yang sedang berbincang dengan dua orang wanita paruh baya, salah satu diantara wanita paruh baya tersebut adalah Mamanya-Meida.
Setelah selesai memakai sepatu, Kaureen langsung menghampiri ketiga orang itu.
"Kenalin ini anak saya, Kaureen" ucap Meida memperkenalkan Kaureen kepada seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping Albirru.
Kaureen tersenyum tipis, kemudian ia menyalami tangan wanita paruh baya tersebut sambil menyebutkan namanya.
"Salam kenal ya Kaureen, Tante ini Mamanya Zani" balas Dera seraya melirik ke arah Albirru, "Zani sering cerita tentang kamu loh, semalam aja dia baru cerita kalau kamu ikut lomba debat bahasa."
Kaureen melirik ke arah Albirru, ia memutar bola matanya ketika melihat Albirru yang sedang menebarkan senyuman kepadanya.
"Maaf nih, saya gak bisa lama-lama soalnya waktunya udah mepet banget" ujar Meida memecah keheningan yang terjadi selama beberapa detik.
"Oh iya, hati-hati ya Mbak Meida" balas Dera.
Kemudian Kaureen pun langsung menyalami tangan Dera, "Duluan ya Tan" ucapnya sebelum masuk ke dalam mobil.
Albirru pun melakukan hal yang sama, ia menyalami tangan sang Mama. Setelah itu ia mulai menjalankan motornya menuju sekolah.
Di dalam mobil, Kaureen terus saja melihat ke kaca belakang. Ia berdecak kesal ketika melihat motor Albirru yang berada tepat di belakang mobilnya.
Dan pemandangan itu pun tidak luput dari penglihatan Meida. Wanita berusia empat puluh tahun tersebut terkekeh ketika melihat ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh anaknya. "Jangan terlalu benci sama orang, nanti lama-lama bisa suka loh" ucapnya yang langsung mendapatkan tatapan tajam oleh Kaureen.
"Apasi Mah! Aku tuh gak suka sama dia."
"Gak sukanya itu sekarang, tapi kalau besok? Gak ada yang tau."
Kaureen menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, ia menatap lurus ke jalanan ibu kota, "Aku gak akan mungkin suka apalagi cinta sama dia Mah."
"Mungkin Kaureen. Perasaan itu gak ada yang tau, bisa aja sekarang kamu bilang aku tuh gak mungkin suka sama dia. Tapi satu bulan, dua bulan atau satu tahun ke depan?" Meida melirik ke arah sang anak yang tengah terdiam, "jangan terus-terusan menutup hati kamu Rin."
"Jangan berpaku pada masalalu, kamu harus mulai membuka lembaran baru, kamu harus mulai menata diri kamu dan kamu harus mulai membuka hati kamu, menerima orang baru yang mungkin aja bisa membuat kamu lupa akan rasa sakit di hati kamu."
Kaureen hendak berbicara, namun Meida lebih dulu menyelanya, "Gak semua laki-laki jahat Rin."
"Mah!."
"Dan hidup kamu gak melulu tentang masalalu."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIS [Hiatus]
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM DI BACA!] [SEQUEL CRAZY MARRIAGE] Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata dasar ambis atau ambisius memiliki arti keinginan besar untuk mencapai suatu harapan atau cita-cita. Seperti hal nya seorang laki-laki bernama Albirr...