2. Tetangga Nenek

96 8 0
                                    

Thea dan Theo berjalan beriringan keluar dari sebuah Mall.

Tangan kanan Theo merangkul bahu Thea, sedangkan tangan kirinya membawa barang belanjaan milik kembarannya.

Jika di lihat-lihat mereka seperti sepasang kekasih bukan seperti Kakak-Adik.

Dari kejauhan seorang perempuan menatap Thea dan Theo dengan tatapan tajam dan tangan yang terkepal. Perempuan itu langsung berlari ke arah mereka dan langsung menjambak rambut Thea yang di kuncir kuda.

"Dasar pelakor!" Pekik perempuan itu membuat semua tatapan mata tertuju ke arah mereka.

Thea meringis akibat jambakan itu. Sedangkan Theo berusaha melepaskan tangan perempuan tadi dari rambut Kakaknya.

"Lepas anjing!" Thea memberontak, tetapi jambakan perempuan yang tidak ia kenal itu sangat kencang.

Perempuan itu semakin menjambak rambut Thea "Enggak! Ini pantes buat pelakor kayak lu!" Ucap perempuan itu lantang.

Rahang Thea mengeras. Ia langsung mengigit tangan perempuan itu sampai jambakan di rambutnya terlepas. Setelah jambakan itu terlepas, Thea langsung memelintir tangan perempuan itu.

"Theo, Theo tolongin aku" Pekik perempuan itu.

Sementara Theo hanya menatap perempuan itu dan Kakaknya dengan tatapan datar. Ia tidak berani ikut campur jika jiwa bar-bar sang Kakak sudah keluar.

"Apa maksud lu bilang kalau gue pelakor hah?!" Bisikan Thea membuat bulu kuduk perempuan itu merinding. Tapi perempuan itu tidak takut sama sekali, karena menurutnya untuk apa takut sama perempuan yang bisa berpotensi merebut orang yang ia suka.

"Karena lu emang pelakor, awss..." Perempuan itu meringis karena kuku panjang Thea menancap di pergelangan tangannya. Tatapan perempuan itu beralih ke arah Theo yang dari tadi hanya diam "Theo tolongin aku, perempuan gila ini mau matahin tangan aku" Lirih perempuan itu.

Theo yang merasa kasihan pun langsung memaksa Thea untuk melepaskan perempuan itu.

"Apaan sih?!!" Thea berdecak kesal kala Theo menarik tangannya.

"Udah. Malu di liatin orang" Bisik Theo.

"Ngapain harus malu, orang gue gak salah ini" Balas Thea sambil menatap perempuan yang sedang mengelus-elus pergelangan tangannya "Lagian dia siapa sih? Datang-datang langsung jambak rambut gue, dia cewek lu?."

Theo menggelengkan kepalanya "Bukan, dia temennya, temen gue" Jawab Theo yang hanya bisa di dengar oleh Thea.

Thea berdecih "Baru temen aja gayanya udah kayak istri sah, gue gak setuju ya kalo lu jadian sama dia, awas lu!" Ancam Thea.

Theo menganggukkan kepalanya, ia merapihkan rambut Thea yang berantakan akibat jambakan dari perempuan tadi.

"Theo! Kamu kok belain dia sih?!."

Thea berdecak kala mendengar suara yang di buat-buat itu. Ia langsung menyingkirkan Theo dari hadapannya dan langsung menghampiri perempuan tadi dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

Ia tersenyum miring "Apa salahnya seorang Adik membela Kakaknya sendiri?" Thea melantangkan suaranya agar orang-orang yang sedang melihat drama ini tidak berpikiran macam-macam kepadanya dan ia juga berniat membuat perempuan itu malu.

"Kakak?" Beo perempuan itu, tapi sedetik kemudian perempuan itu tertawa mengejek "Gak usah ngaku-ngaku ya jadi Kakaknya Theo!" Balas perempuan itu.

"Kalau gue emang Kakaknya Theo, lu mau apa? Mau sujud di kaki gue?."

Perempuan itu kembali terkekeh "Enggak usah ngaku-ngaku deh! Kakaknya Theo itu cuma Kak Biru, bukan lu!."

Senyum miring tercetak di wajah cantik Thea "Kayaknya lu lupa kalau Theo punya kembaran."

AMBIS [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang