Dia Regen, tapi yang kulihat Reka.
***
"Bryan!"
Lelaki yang dipanggil namanya itu langsung menoleh. Mendapati Regen yang sedang berlari ke arahnya. Tapi, pagi ini raut wajah Bryan terlihat murung.
Regen yang menyadarinya langsung mengerutkan keningnya bingung. "Lo kenapa? Kok kayak sedih gitu?" tanyanya. Namun Bryan bungkam.
"Ayam lo mati lagi?" Pertanyaan Regen seketika membuat Bryan mengernyitkan dahinya.
"Tunggu-tunggu! Kok lo tau?" tanya Bryan bingung. Pasalnya, lelaki itu merasa belum pernah bercerita pada Regen kalau dia sering mengoleksi ayam warna-warni, tapi selalu mati setiap harinya.
"Emang lo kasih makan apa sih sampai mati gitu?" Regen tak menjawab pertanyaan Bryan, melainkan mengajukan pertanyaan lagi.
Bryan masih terdiam mencerna ucapan Regen. Lelaki itu mengerjap bingung. Dari mana Regen tau soal ayamnya?
"Lo kalo gak bisa rawat ayamnya mending kasih ke gue aja deh," ujar Regen dengan nada kesal. "Ayam aja gak bisa lo jaga, apalagi cewek. Pantes jomblo," ejeknya dengan sarkas setelah itu pergi meninggalkan Bryan yang terpaku di tempatnya.
Bryan terdiam beberapa saat. Matanya terus menatap punggung Regen yang mulai menjauh.
"Anjir! Kok?" Bryan mengerjap bingung. "Bentar!Kayak kenal tuh dialog," ucapnya merasa de javu.
***
"Woy!"
Bryan tidak terkejut sama sekali saat Reka mengejutkannya. Wajah lelaki itu terlihat murung.
Reka mengernyit bingung. "Lo kenapa dah?" tanyanya lalu duduk di depan Bryan. Namun yang ditanya malah diam saja.
"Ohh gue tau." Reka menjentikan jarinya. "Ayam lo mati lagi?" tebaknya. Bryan hanya mengangguk lesu dengan melipat bibirnya sedih. Mungkin kalau Resta yang seperti itu akan terlihat menggemaskan. Tapi tidak dengan lelaki itu. Yang ada malah terlihat horor.
"Bentar. Emm ... satu, dua ...." Reka terlihat sedang menghitung. "Ini udah yang ke 10 ayam lo mati lagi. Emang lo ngasih makan apa sih sampai mati gitu?" tanyanya terdengar kesal. Pasalnya temannya yang satu tidak pernah benar kalau memelihara sesuatu.
Bryan hanya diam tak menjawab. Pikirannya masih tertuju pada ayam warna-warni yang ada di rumahnya. Mungkin sekarang masih tersisa 30 ekor. Sedang apa ya mereka? Pikir Bryan.
"Bryan ... Bryan. Gak habis pikir gue. Ayam aja gak bisa lo jaga, apalagi cewek. Pantes jomblo." Setelah mengatakan kalimat yang ngejleb mengenai ulu hati sampai tulang rusuk, Reka langsung pergi begitu saja.
Bryan mengerjap cepat. Sedetik kemudian lelaki itu langsung tersadar. "Woy, Ka! Lo kok jadi ngatain gue sih? Mentang-mentang punya pacar lo!"
***
"Woy!"
Bryan langsung tersadar dari lamunannya ketika seseorang menepuk sedikit kencang bahunya.
"Minggir!" Orang itu langsung menggeser tubuh Bryan agar tidak menghalangi jalannya.
"Wehh biasa aja dong! Jalanan masih lega kali!" semprot Bryan pada Aris.
"Dasar ibu-ibu Aris-an!" ledek Bryan dengan berteriak.
***
"Fotoin kita dong, Ti." Tera memberikan ponselnya pada Tiara dan menyuruh untuk memfotokannya. Tiara menerimanya. Sementara Tera, Lopi, dan Sesil mulai berpose dengan Lopi yang berdiri di tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Resta✔
Teen Fiction[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Orang yang sudah Resta anggap sebagai teman hidup dan matinya. Kehilangan sosok itu membuat Resta menjadi pribadi...