Tenggelam dalam kegelapan, ditampar oleh kenyataan.
***
Gelap. Kosong. Hampa. Seperti tak ada kehidupan. Itulah yang saat ini sedang dialami oleh Resta. Sudah seminggu lebih, Resta mengurung di kamarnya sejak kematian Reka. Resta terpukul atas kehilangan lelaki itu. Tidak mau makan, menjadi pendiam, dan tidak berbicara pada siapa pun. Itu diri Resta yang sekarang. Reka, satu-satunya orang yang berpengaruh dalam hidupnya.
"Resta, makan dulu sayang."
Bahkan Mira-ibunya Resta-tidak pernah berhasil membujuk anaknya sendiri untuk keluar dari kamarnya hanya sekadar untuk mengambil makanannya.
"Resta?"
Untung Mira cukup sabar menghadapi sifat Resta yang sekarang.
"Mama taruh makanannya di sini, ya."
Seperti biasa, Mira hanya menaruh makanannya di depan pintu. Berharap Resta mau mengambilnya nanti.
***
"Resta kamu mau ke mana?"
Satu hal yang menggembirakan untuk Mira saat tau kalau anaknya sudah mau keluar dari kamarnya.
Resta tak menjawab pertanyaan ibunya. Gadis itu malah melanjutkan langkahnya ke arah pintu.
"Resta?" Mira yang melihat anaknya pergi begitu saja sontak beranjak dari duduknya. Apalagi saat melihat Resta yang memakai hoodiee dan juga tas kecil di belakangnya.
Mira berlari menghampiri anaknya.
Mira berhasil mencekal tangan Resta ketika sudah sampai di ambang pintu, namun dengan kasar gadis itu malah menghempasnya dan langsung berlari keluar gerbang rumahnya. Dengan cepat menaiki mobil online yang sudah ia pesan sejak tadi.
"RESTA!" Mira berteriak memanggil namanya dengan panik. Wanita itu takut jika anaknya melakukan sesuatu yang tidak-tidak di luaran sana.
Mira buru-buru mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Cepat dong, Mas."
***
Deburan ombak di tepi pantai yang mengenai bebatuan memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Angin malam berhembus kencang menusuk kulit pucat seseorang yang saat ini tengah berdiri di pinggir dermaga. Ujung sepatu yang tidak menapak itu bisa kapan saja membuat tubuh lemah itu terjatuh ke bawah sana.
Namun sang empu tak berniat untuk melangkah mundur sedikit pun. Matanya terpejam menikmati angin malam yang berhembus kencang hingga menerbangkan rambut panjangnya. Tidak peduli jika tubuhnya sudah menggigil dan kaku. Terbukti dari giginya yang bergemeletuk dan mulutnya yang bergetar.
Perlahan mata beriris cokelat itu terbuka. Mengedip sekali sampai bulir-bulir air mata jatuh dari sana. Mulutnya terbungkam diam. Tapi, hatinya terus bertanya,
"Tuhan apa aku salah? Apa aku sudah melakukan hal jahat sampai Kau mengambil dia?"
Berkali-kali Resta menggumamkan pertanyaan itu dalam hatinya.
Angin malam yang berhembus dengan kencang ditambah pandangan Resta yang mulai mengabur karena air mata, perlahan membuat tubuh lemah itu terhuyung ke depan, jatuh ke dalam air. Sebelum benar-benar masuk ke dalam air, Resta sempat menggumamkan pertanyaan di hatinya.
"Apa setelah ini aku bisa bertemu dengan Reka?"
Byur!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Resta✔
Dla nastolatków[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Orang yang sudah Resta anggap sebagai teman hidup dan matinya. Kehilangan sosok itu membuat Resta menjadi pribadi...