"Ada banyak kesamaan di antara kamu dan dia, Rek."
***
"Lo langsung pulang, Gen?"
"Iya nih gue langsung pulang."
"Padahal gue sama yang lain mau nongkrong dulu. Lo gak mau ikut?" tanya Aris. Saat ini mereka berdua berada di parkiran sekolah.
Regen memasang helmnya. "Emm, next time deh. Gue masih ada urusan soalnya habis ini," ujarnya merasa tidak enak pada Aris.
"Ohh yaudah oke."
"Oke gue cabut duluan," pamit Regen. "Oh ya, tos dulu dong," ajaknya.
"Tos?" tanya Aris tidak mengerti.
"Iya tos-an. Kita, kan udah jadi temen, harus ada ala-ala salam perpisahan sebelum pulang. Lo tinggal ikutin gue aja. Gini." Regen mulai memimpin gerakan tangannya.
"Gini, gini, gini, terus ... ck." Terakhir Regen menjentikkan jarinya dengan matanya yang tertutup sebelah.
Aris seketika tercengang. Merasa dejavu.
***
"Gue langsung pulang deh, Rek."
"Oke, tos dulu dong."
"Ya! Ya! Ya! Ck!" Mereka kemudian melakukan tos ria.
"Emang harus banget pake tos dulu?" tanya Aris.
"Aris, udah berapa kali gue bilang, ini tuh sebagai salam perpisahan kita sebelum pulang. Kita, kan temen. Nanti kalo besok gue udah gak ada gimana? Kita gak bisa tos-an kayak gini lagi dong."
"Astaghfirullah, Reka! Amit-amit. Lo kalo ngomong yang bener aja," tegur Aris dengan nada kesal.
"Hehe gue bercanda. Dah lah, gue mau ngapel dulu. Byee!"
"Dasar bucin!" ejek Aris.
***
"Woy, Ris! Lo ngapa bengong dah?"
Seketika lamunan Aris buyar dan langsung menatap Regen yang sudah duduk di atas motornya.
"Baek-baek jangan bengong. Gue cabut duluan, mau ngapel. Bye!"
Lagi-lagi Aris merasakan dejavu. Lelaki itu terdiam di tempatnya masih memikirkan yang tadi.
"Gue kangen, Ris."
***
"Yang ini bukan, Fer anaknya?" tanya Rian sembari menyodorkan ponselnya yang sudah menampilkan foto seseorang di sana.
Fero mengamati lamat-lamat foto itu. "Iya itu, tapi tunggu! Kok lo bisa dapet foto itu?"
"Serius ini anaknya?" tanya ulang Rian.
"Iya itu yang nolong anak lo."
"Kemarin gue pergi ke daerah yang lo bilang, Jalan Kaswari yang deket pantai itu."
"Lah, jadi juga lo nyari anak itu? Mau ngapain? Mau lo kasih duit sebagai imbalan?" tebak Fero ngaco.
"Yeuhh bukan itu. Gue cuma mau mastiin anak itu ngeliat tas sama buku Resta apa enggak. Soalnya gue udah janji mau cari buku itu buat anak gue."
"Ohh gitu." Fero manggut-manggut mengerti.
"Syukur deh kalo bener itu orangnya. Besok gue mau temuin lagi."
"Lo emang tau rumahnya?" tanya Fero.
Rian mengangguk. "Waktu itu gue sempet nolongin nenek-nenek. Nah, kebetulan anak laki-laki itu cucunya nenek itu. Sekalian deh gue anterin ke rumahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Resta✔
Genç Kurgu[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Orang yang sudah Resta anggap sebagai teman hidup dan matinya. Kehilangan sosok itu membuat Resta menjadi pribadi...