Misi untuk membuatmu kembali. Kami siap!
***
Regen turun dari mobil ketika sudah sampai di depan rumahnya. Sebelum memasuki rumahnya, Regen menyapukan pandangannya ke penjuru arah. Benar apa kata mang Oji tadi. Mobil papanya saja tidak ada di garasi.
Regen langsung saja masuk ke rumahnya. Saat ingin pergi ke kamarnya, terdengar suara Bi Irah-pembantunya- yang memanggilnya.
Bi Irah menghampiri Regen. "Den Gen."
Regen berhenti lalu menoleh. "Kenapa, Bi?"
"Tadi tuan sama nyonya titip pesan kalau mereka lagi pergi ke luar kota. Terus di sana mereka bakal nginap selama 2 hari," ujar Bi Irah memberitahu.
Regen mengangguk. "Makasih, Bi infonya. Tadi udah dikasih tau kok sama mang Oji."
"Ohh gitu." Wanita itu manggut-manggut. "Yaudah, Den Egen mau makan apa?"
"Kayak biasa aja, Bi. Tapi nanti tolong dibawa ke kamar aja, ya."
"Siap, Den."
***
"Nek kenalin, ini Om Rian yang udah bantu Nenek bawa ke sini," ujar Rendi memperkenalkan Rian pada neneknya setelah sadar.
"Terima kasih banyak ya, Nak sudah bantu nenek," lirih sang nenek.
"Sama-sama, Nek." Rian mengangguk ramah.
"Oh ya, dokter bilang, Nenek udah bisa pulang. Soalnya gak ada luka yang serius. Tadi Nenek cuma kaget aja makanya langsung pingsan." Rendi tahu karena tadi dokter sudah menceritakan semuanya.
"Alhamdulillah kalau begitu. Nenek juga gak enak kalau harus di sini terus. Nenek gak punya banyak uang."
"Nenek tenang aja. Semuanya udah saya yang urus. Nenek gak usah pikirin itu."
Sang nenek tersenyum haru mendengarnya. "Alhamdulillah. Sekali lagi terima kasih banyak, Nak."
Rian mengangguk sekali. "Iya, Nek."
"Terima kasih ya, Om." Kali ini Rian yang mengucapkan terima kasih.
"Sekalian saya antarkan pulang, mau?" Lagi-lagi Rian menawarkan bantuan yang membuat sang nenek terus mengucapkan syukur dan terima kasih.
***
Malam harinya, Regen sedang bersiap untuk tidur. Ia baru akan tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kebiasaan Regen kalau tidak ada orang tuanya di rumah, lelaki itu selalu bergadang dengan main game online, dan dia akan tertidur jika sudah mengantuk.
Regen hampir masuk ke dalam mimpinya sebelum suara-suara seperti ketukan terdengar. Regen mencoba untuk mengabaikan suara itu, namun tidak bisa. Malahan suara itu semakin kencang ditambah tiba-tiba ada angin yang membuat jendela kamarnya terbuka begitu pun dengan gordennya yang berterbangan.
Regen langsung tersentak dan langsung bangun dari tidurnya. Menatap takut ke arah jendela kamarnya yang terbuka lebar. Regen meneguk salivanya susah payah. Tenggorokannya terasa tercekat.
"Jangan lagi," ucapnya dalam hati.
Regen berusaha memberanikan diri untuk mendekat guna menutup jendelanya. Beberapa kali dia melafalkan doa dalam hatinya. Ketika sudah dekat dengan jendelanya, buru-buru Regen menarik jendelanya lalu menutupnya. Menghela napasnya lega.
Saat ingin kembali ke kasurnya, Regen tiba-tiba membulatkan matanya ketika ada sosok lelaki di depannya dengan wajah pucat ketika ia berbalik.
"Pura-pura gak lihat, Reg. Pura-pura gak lihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Resta✔
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU AUTHORNYA BIAR ENAK!] Resta tidak pernah menyangka akan kehilangan seseorang yang telah menemaninya selama bertahun-tahun. Orang yang sudah Resta anggap sebagai teman hidup dan matinya. Kehilangan sosok itu membuat Resta menjadi pribadi...