3rd person POV
Seorang gadis terlihat berjalan pincang, tubuhnya dipenuhi luka. Meskipun terjatuh beberapa kali, ia tetap berusaha menuju ruang kesehatan sekolah. Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi, murid-murid di sekolah itu sudah terbiasa melihatnya seperti itu.
Sesampainya di depan ruang kesehatan, gadis itu mendengar suara perkelahian dari dalam ruangan yang sangat ia kenal. "LISANNA, TUNGGU!" Sebelum ia bisa bereaksi, pintu terbuka, dan tampak seorang gadis berambut putih, Lisanna.
Lisanna menatap gadis berambut pirang dengan tatapan penuh amarah sebelum pergi menjauh dari tempat itu.
"Ara, ternyata ada Lucy. Maaf kamu harus mendengar pertengkaran kami," kata Mirajane, seorang guru pengawas kesehatan sekolah. "Aku tidak mendengar banyak, aku baru saja mampir untuk mengambil obat luka," jawab Lucy sembari memasuki ruang kesehatan. Di dalam ruangan hanya terdapat Mirajane dan Elfman, adik laki-laki Mirajane.
"Lukamu lebih banyak dari biasanya, Lucy... Apa yang terjadi?" tanya Mirajane kepada Lucy.
Lucy POV
"Aku tidak apa-apa, Mira-sensei. Lagipula, ini tidak seperti yang terlihat," kata Lucy sambil menatap Mirajane.
Jika aku mengatakannya, apakah mereka akan tetap bersamaku? Lucy bertanya dalam hatinya. Suaranya terasa tercekat. Lucy ingin sekali mengungkapkan sesuatu, tetapi ia merasa sulit untuk melakukannya. Apakah Mirajane dan Elfman akan tetap mendukungnya jika ia mengungkapkan hal itu?
Aku mengambil perban dari dalam lemari dan dengan hati-hati membalutnya di sekitar kakiku yang terluka.
Elfman dan Mirajane memandangku dengan sorot penuh kekhawatiran. Tak lama kemudian, bel pun berbunyi, menandakan bahwa kelas akan dimulai. Aku bergegas merapikan seragamku yang rusak akibat perundungan yang aku dapatkan. Saat aku hendak keluar dari ruang kesehatan, Mirajane menghentikanku dengan lembut. "Lucy, apakah kamu yakin sudah baik-baik saja? Jangan ragu untuk bercerita jika ada yang kamu perlukan, baik?" ucapnya sambil tersenyum hangat. Aku mengangguk pelan, kemudian melangkah pergi menuju kelas dengan langkah yang mantap, meskipun kakiku masih terasa sakit.
"Kamu tahu kalau kamu bisa disini kan? Akan aku buatkan surat keterangan sakit, Elfman akan mengantarkannya ke kelasmu," kata Mirajane, tetapi Lucy menolaknya.
"Tidak perlu, Mira-sensei. Aku masih bisa melanjutkan hari ini," ucap Lucy. Namun, tampaknya perkataannya malah membuat mereka semakin khawatir.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau," jawab Mirajane.
Lucy kemudian melangkah pergi menuju kelas, sementara di dalam hatinya masih berdebat apakah keputusannya tadi tepat atau tidak. Meskipun kakinya sakit, Lucy merasa penting untuk tetap hadir di sekolah dan tidak ingin merepotkan siapapun dengan situasinya.
Seharusnya jadwal hari ini adalah pelajaran kimia dengan Laxus sensei. Karena aku sedang tidak fokus berjalan, aku tidak sengaja menabrak seorang murid berambut salmon pink. "Maafkan aku, aku tidak sengaja menabrakmu," ucapku sambil berusaha meminta maaf padanya, tetapi dia sepertinya tidak peduli dan berjalan menjauh dariku. Bagus, sepertinya aku sudah menambah musuh T_T.
Setelah sadar dari lamunanku, aku berlari menuju kelas kimia yang tertera di jadwalku.
"Nona Fullbuster! Kenapa anda terlambat?" teriak Laxus sensei begitu aku tiba di depan kelas. Aku langsung merasa bersalah dan menjawab, "Maaf, Sensei. Aku terlambat karena ada sesuatu yang harus aku atur di ruang kesehatan tadi." Laxus sensei mengangguk mengerti, namun tatapannya menunjukkan sedikit keraguan. Aku berharap hari ini tidak semakin buruk setelah insiden di pagi hari tadi.
---GANGGUAN-SINYAL---
Nama : Lucy Heartfilia/Fullbuster
Usia : 16 tahun
Saudara : Gray heartfilia/Fullbuster, Loke Heartfilia/Fullbusber (kembaran lucy)
---SINYAL-DIPULIHKAN---
"Cepat duduk dan mulai menulis!" teriak Laxus sensei begitu aku tiba di depan kelas. Aku segera menduduki bangkuku yang sudah berlumuran dengan lem. Suasana hatiku semakin buruk. Aku mencoba membersihkan sedikit lem yang menempel di bajuku sebelum akhirnya fokus pada tugas yang diberikan. Rasanya semua hal sedang tidak berjalan dengan baik hari ini.
Pada saat aku mengambil buku catatanku, aku terkejut mendapati seluruh bukuku dicoret menggunakan bolpoin dan berisi kata-kata kasar/makian seperti 'MATILAH KAU FULLBUSTER SIALAN' / 'PELACUR SEPERTIMU SEHARUSNYA MATI SAJA' dan beberapa kata makian lainnya. Hatiku terasa hancur. Aku hanya dapat membayangkan ekspresi Lisanna dan gengnya tersenyum lebar, ekspresi Loke yang tidak peduli, dan beberapa ekspresi murid lain yang terkesan acuh. Rasanya seperti semua orang menentangku. Rasanya seperti aku melawan dunia sendiri.
Aku mencoba menghapus coretan-coretan itu dengan tangan, tetapi bekas-bekas bolpoin itu terlalu dalam dan sulit dihapus. Aku merasa sedih, marah, dan frustasi. Mengapa mereka harus melakukan ini padaku? Aku hanya ingin menjauh dari semua ini, tetapi aku tahu aku harus tetap tegar.
"Baiklah, murid-murid sekalian, saya baru saja mendapat informasi bahwa kelas kalian mendapatkan murid baru," kata Laxus sensei, membuat sekelas ramai memperbincangkan murid baru ini. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh para murid, mulai dari gender hingga pertanyaan apakah dia punya pacar.
"Baik-baik, saya tahu kalian tidak sabar untuk bertemu dengannya. Baik, kau boleh masuk," kata Laxus sensei, kemudian seorang murid lelaki berambut salmon pink masuk ke dalam kelas. Aku merasa jantungku berdebar kencang. Apakah dia adalah lelaki yang aku tabrak di lorong tadi?
Saat lelaki itu masuk, semua mata tertuju padanya. Dia terlihat sangat tampan dengan pakaian khas anak berandalannya itu, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Dia tampak dingin dai ia memiliki aura yang menakutkan. Hatiku berdebar lebih kencang lagi ketika Laxus sensei memperkenalkannya "Natsu Dragneel, murid transfer baru kita. Dia memiliki keahlian dalam seni bela diri dan akan menjadi bagian dari kelas kita mulai hari ini." Aku terkejut. Aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Apakah ini sebuah kesempatan baru atau malah masalah baru bagiku?
OH MY MAVIS, WHAT IN THE WORLD I'M JUST TURN TO?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont wanna live without you
RomanceNaLu fanfic character belongs to hiro mashima Update every Sunday (>y<)