Darah mengalir dan membasahi selimut Lucy, namun itu bukan darah milik Lucy atau sosok yang masuk. Darah yang mengalir adalah darah milik Loke, yang sejak awal sudah mencium bau seseorang yang tidak dikenal mendekati Lucy.
Loke mengejutkan sosok itu tepat saat pisau berada di dekat jantung Lucy. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" desak Loke, matanya menyala dengan ketegangan dan kekhawatiran yang mendalam.
Sosok itu tidak menjawab dan dengan cepat berusaha untuk kabur dari situasi yang tegang. Loke, dengan cepat bereaksi, mencoba menangkapnya sebelum dia berhasil melarikan diri dari jendela yang masih terbuka. Dia berlari ke arah sosok itu, tetapi sosok tersebut dengan gesitnya menghindari cengkeraman Loke dan melompat keluar dari jendela dengan lincahnya.
Loke mengejar sosok itu secepat yang dia bisa, tetapi mereka sudah terlalu jauh. Dia memandang jauh ke malam yang gelap, mencoba mengidentifikasi kemana sosok itu pergi. Hatinya berdebar kencang, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi dan apa hubungannya dengan Lucy.
"Tutup jalan masuk! Jangan biarkan dia keluar dari tempat ini!" perintah Loke dengan keras kepada penjaga yang sedang bertugas. Mereka segera merespons, berusaha menutup gerbang kediaman Heartfilia dengan cepat. Namun, sosok yang misterius itu terlalu cepat dan berhasil meloloskan diri melalui kegelapan malam yang menyelimuti area sekitar.
Loke menatap frustrasi ke arah gerbang yang tertutup terlambat. Dia merasa gagal melindungi Lucy dan mempertahankan keamanan di kediaman keluarga Heartfilia. Hatinya berdesir, bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok itu dan apa motif di balik kedatangannya yang misterius ini.
Loke POV
Aku memandangi Lucy dengan seksama, memastikan bahwa tidak ada luka yang terlihat di tubuhnya setelah kejadian tadi. Lucy memang memiliki pendengaran yang tajam, tapi anehnya, dia selalu menggunakan penutup telinga ketika tidur.
"Apa yang terjadi, Loke?" tanyanya dengan suara yang penuh kekhawatiran, mencoba memahami situasi yang terjadi.
"Aku tidak yakin," jawabku dengan penuh perasaan campur aduk. "Seseorang berhasil masuk ke dalam kamarmu, tapi dia melarikan diri sebelum kita bisa mengidentifikasinya."
Lucy mengangguk, ekspresinya mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran. "Kenapa seseorang ingin masuk ke kamarku?" gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada siapapun.
Kami berdua saling menatap, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang melintas dalam pikiran kami. Kejadian ini membuat suasana yang tadinya tenang berubah menjadi tegang dan misterius.
Aku memegang tangan Lucy dengan lembut, mencoba memberikan dukungan dan kenyamanan di tengah situasi yang sulit ini. Lucy menatapku dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan terima kasih. Aku mencium tangannya dengan penuh penghormatan, seolah aku adalah seorang pangeran yang mencium tangannya seperti halnya seorang putri.
Akhirnya, Lucy merasa cukup tenang untuk melepaskan tanganku. "Andai kita bukanlah keluarga terhormat, pasti kita sekarang bahagia. Kau, Aku, Ibu, Ayah, dan Gray Niisan," ucapku dengan nada penuh rasa, mengungkapkan kerinduan akan kehidupan yang lebih sederhana dan bebas dari tekanan ekspektasi keluarga.
Lucy mengangguk, sepakat dengan kata-kataku. "Kita tidak bisa memilih keluarga kita, tapi kita bisa memilih bagaimana kita menjalani hidup kita," ucapnya dengan suara lembut, memikirkan masa depan yang mungkin berbeda jika tidak ada beban yang harus mereka pikul.
Kami berdua merenung sejenak, terhanyut dalam impian tentang kebebasan dan kebahagiaan. Namun, realitas yang kompleks dan tanggung jawab yang kami hadapi tidak dapat dihindari.
Ini sudah larut, tidurlah," ucapku dengan lembut kepada Lucy, mencoba mengakhiri hari yang penuh peristiwa dengan ketenangan. Lucy mengangguk, menunjukkan bahwa dia menerima saran itu meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian yang baru saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont wanna live without you
RomanceNaLu fanfic character belongs to hiro mashima Update every Sunday (>y<)