Tay keluar dari ruangan dokter dengan membawa sebuah amplop berisi hasil pemeriksaannya. Karena batuk yang tak kunjung sembuh, Ia memutuskan untuk pergi ke dokter dan mengecek keadaannya. Off yang menunggu di luar langsung menghampiri temannya itu.
"Gimana kata dokter? Baik baik aja kan Tay?" Tanya Off. Yang ditanya hanya mengangkat bahu lalu tersenyum tipis.
"Kata dokter infeksi paru paru." Mata Off terbelalak mendengar penuturan tay.
"B-becanda ya? Kamu becanda kan Tay?"
"Maksud kamu aku dibecandain dokter?"
"Ngga gitu maksud aku, Kamu ngga papa?"
"Ya aku ngga papa. Aku malah khawatir sama Nanon. Dia serumah sama aku. Aku takut dia tertular."Off menelan ludah. Setelah semua hal buruk menimpanya, Tay masih sempat mengkhawatirkan keadaan Nanon. Bahkan ketika ia seharusnya sedih karena kondisi tubuhnya, Tay justru masih bisa tersenyum alih alih menangis.
"Off, Tentang ini, Jangan bilang sama Nanon ya."
"Loh kenapa? Dia harus tau keadaan ayahnya biar anak itu mikir dikit."
"Jangan, Biarin aja. Nanon bersikap kaya gitu karna dia ngerasa dunia ngga adil sama dia."
"Dunia juga ngga adil sama kamu Tay, Dan itu gara gara aku."
"Berapa kali aku ingetin sih Off. Jangan nyalahin diri sendiri, Yang udah berlalu jangan diinget inget lagi."
"Kamu kuat, Tapi aku ngga. Tiap malem aku selalu keinget kejadian hari itu Tay. Dan dampak yang kamu rasain, Aku bener bener ngerasa bersalah. Kamu kehilangan orang yang kamu sayang, Dan sekarang kamu kehilangan kasih sayang yang seharusnya kamu dapetin dari Nanon."Benar, Dunia memang tak berpihak pada Tay. Seolah tak ada ruang untuk kebahagiaan menyelinap masuk ke sela sela perjalanan hidup laki laki itu. Namun Tay tak mungkin selamanya meratapi nasib, Ia harus bangkit dan melanjutkan hidup demi Nanon.
Sebagai seorang ayah, Tay memang tak pernah mengajari putranya cara berjalan. Namun Tay mengajari cara bertahan hidup di tengah kekejaman semesta. Sayang Nanon tak mampu menangkap pembelajaran yang diberi oleh ayahnya. Ia justru tumbuh menjadi anak manja karena merasa semua keinginannya mampu terkabulkan, Baik oleh Tay maupun Off.
***
Jam pelajaran kali ini benar benar membuat Nanon merasa suntuk. Mendengarkan guru bercerita tentang sejarah mengundang rasa kantuk di tubuh Nanon. Anak itu sudah berusaha kuat untuk membuka mata namun akhirnya tertidur juga.
Dewi fortuna sepertinya sedang tak berada di sisinya, Nanon ketahuan tertidur di kelas oleh guru sejarah yang dikenal tegas dan disiplin. Alhasil setelah mendapat hukuman selama jam pelajaran, Ia juga diberi surat panggilan orang tua.
Nanon terus menggerutu, Memaki secarik kertas di genggamannya.
"Lagian lo kenapa ada acara tidur dikelas sih Non." Ujar Ohm.
"Gue ngantuk banget Ohm, Suara Bu Mega tuh kaya dongeng penghantar tidur."
"Suaranya kaya dongeng penghantar tidur, Tapi kelakuannya kaya malaikat penghantar maut." First menyahut.
"Gue cepuin lo First, Jangan ngadi ngadi lo."
"Aelah Non, Becanda doang."***
"Duh maaf ya Non, Om ada perjalanan bisnis keluar kota besok. Om Gun juga ikut jadi kita ngga mungkin bisa dateng ke sekolah kamu."
Nanon panik bukan main mendengar penuturan Off. Pasalnya, Off yang biasanya hadir dalam pertemuan orang tua kali ini berhalangan. Ia tak mungkin meminta Tay untuk datang memenuhi panggilan. Terlebih Nanon sudah berkata pada teman teman kalau ia yatim piatu.
"Kenapa ngga ayah kamu aja Non yang dateng ke sekolah?"
"Duh gimana ya om, Om ngerti sendiri lah."
"Kamu malu sama kondisi ayah kamu? Dia ada salah apa sih Non sampe kamu benci banget sama ayahmu."
"Dibanding benci aku lebih ke malu sih om. Tapi yaudah lah nanti aja dipikirin lagi."Nanon pulang dengan perasaan kecewa. Mau tak mau ia harus meminta Tay untuk datang ke sekolah. Tinggal cari alasan dan berusaha agar tidak terlihat seperti anak durhaka.
Setibanya ia di rumah, Nanon disambut oleh Tay yang sedang duduk santai di sofa.
"Ayah ngga ke warung?" Tanya Nanon. Ia duduk di samping sang ayah.
"Ngga Non, Ayah lagi ngga enak badan."
"Ayah, Aku dapet surat panggilan orang tua karna tidur dikelas. Om Off ngga bisa dateng jadi aku minta nanti ayah yang dateng."
"Kamu yakin? Ayah ngga mau bikin kamu malu lagi."
"Ya mau gimana lagi Yah, Aku ngga mau masalah sepele malah makin melebar gara gara ngga ada yang dateng."Tay tersenyum hambar. Ia diminta hadir bukan karena kehadirannya dibutuhkan, Melainkan karena orang yang Nanon harapkan untuk hadir berhalangan. Ia hanya alternatif yang putranya pilih ketika sudah tak ada jalan lain.
Namun bagaimanapun juga Tay tak mau putranya terkena masalah. Ia menyanggupi permintaan Nanon dan berjanji akan datang ke sekolah tanpa mempermalukan anak itu meskipun keadaannya masih kurang sehat.
Ssst... VOTE NYA YAAAAA HEHEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT BERKAKI SATU (END)
Fanfiction"Jika diberi kesempatan aku hanya ingin bersujud memohon ampun dan membasuh kaki ayah yang hanya tersisa satu." -Nanon-