"Tay, Kenapa sih kamu ngga ngomong aja ke Nanon sama keadaan kamu sekarang? Atau minimal kamu cerita lah ke dia tentang siapa yang bikin kamu kaya gini."
Tay terdiam mendengar penuturan Off. Ada beberapa alasan bagi Tay hingga ia menutup rapat rapat masa lalu dan penyakitnya.
"Biarin aja itu jadi masa lalu yang ngga pernah Nanon tau, Off. Aku ngga mau dia nanti benci sama kamu. Cukup aku aja yang dia benci."
"Setelah kejadian yang menimpa kamu?"
"Aku udah ikhlas, Toh kamu juga bertanggung jawab sampai sekarang kan. Kalo nanti Nanon tau dan dia benci kamu, Itu sama aja anak aku ngga tau terima kasih."
"Anak kamu emang ngga tau terima kasih Tay."Off tak asal bicara. Ia bisa mengatakan hal tersebut di hadapan Tay karena Off sudah sering melihat harga diri Tay diinjak injak oleh putra yang amat disayanginya.
"Off, Kalo aku udah ngga ada nanti, Aku titip Nanon ya. Jagain dia, Anggep dia kaya anak kamu sendiri." Ucap Tay. Tatapannya kosong seolah menerawang masa depan.
"Kenapa harus aku yang jagain? Kamu jangan nyerah sama vonis dokter gini dong Tay. Apa kamu ngga pengen liat Nanon sukses suatu hari nanti?"
"Dia lebih bahagia sama kamu, Dan aku yakin anak yang diasuh sama seorang pengusaha akan lebih sukses dibanding dia berada dibawah asuhan penjual bakso cacat."
Obrolan kali ini benar benar berat. Tay sendiri bahkan sudah menitipkan Nanon pada Off secara langsung. Seolah tahu kalau semakin hari kondisinya semakin memburuk.
"Aku berharap banget Nanon bisa tumbuh jadi anak yang sukses, Dan semoga doa aku selama ini ngga sia sia."
Seburuk apapun perangai Nanon, Ia tetap putra kesayangan Tay. Dan sebagai seorang ayah, Tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan putranya.
***
"Kalo gue jadi lo sih gue ngga akan bisa tenang makan di kantin dan becanda sama temen temen di sekolah. Iya kan Chi?"
Fiat menyindir Nanon yang kebetulan melewati geng Chimon di kantin. Chimon dan Sing dibuat terkejut oleh ucapan Fiat yang tanpa babibu meluncur dan tepat sasaran.
"Bener banget, Apa dia ngga takut sama azab ya? Doain bokapnya sendiri meninggal. Ntar meninggal beneran ketar ketir." Sahut Chimon. Mendengar itu Nanon hanya terdiam dan lanjut berjalan.
"Kalian berdua abis nyindir Nanon ya?" Tanya Sing.
"Nyindir lo."Ucapan Fiat dan Chimon terngiang ngiang di kepala Nanon. Hal itu membuat Nanon menjadi tak napsu makan. Ia hanya melamun dan mengaduk aduk makanan di meja.
Cepat cepat Nanon menyadarkan diri dan melanjutkan makan. Yah, Setan memang tak akan membiarkan mahluk Tuhan untuk menyesali perbuatannya dan bertaubat.
"Permisi, Bangku ini ngga ada yang nempatin kan?" Tanya seorang perempuan pada Nanon. Nanon pun sontak menoleh dan mendapati seorang perempuan berambut keriting membawa sepiring nasi goreng.
"Oh kosong kok duduk aja." Nanon merespon singkat.
"Gue Prim, Kelas 10 IPS 2." Tanpa basa basi gadis itu memperkenalkan diri.
"Gue Nanon, 10 IPA 3."Hening, Baik Nanon maupun Prim tak ada yang berniat menyambung obrolan. Mereka berdua sibuk menikmati makanan masing masing sampai akhirnya Nanon selesai terlebih dahulu.
"Gue cabut duluan ya." Pamit Nanon. Tanpa menunggu jawaban Prim, Nanon pergi meninggalkan Prim begitu saja.
"Buset, Sok cuek banget, Lo pikir lo ganteng? Ya emang ganteng sih." Gerutu Prim.
***
Hari ini, Warung bakso Tay resmi ditutup. Warung yang sudah menjadi penyambung hidupnya sejak belasan tahun lalu.
"Pak, Sedih banget warung bakso ini udah mau tutup aja. Padahal saya seneng kerja disini. Kapan lagi saya bisa nemu bos sebaik Pak Tay."
"Hahaha Andre, Kamu pasti bisa dapet bos yang jauh lebih baik daripada saya." Tay berusaha menghibur salah satu karyawannya itu."Ngomong ngomong, Rencana Pak Tay abis ini mau gimana?" Tanya Bahrul, Karyawannya yang lain.
"Gimana ya, Saya juga sebenernya masih bingung tapi mungkin saya akan tanya tanya sama temen barangkali ada pekerjaan ringan yang bisa menghasilkan uang.""Wah kalo gitu semangat ya pak, Kita pamit undur diri dulu makasih loh pak udah mempercayai kita selama bekerja disini."
"Saya kan sudah anggep kalian kaya adik adik saya sendiri. Jangan pergi dulu, Biar saya ambilkan sedikit pesangon buat kalian."
"Eh ngga usah pak, Uangnya buat lanjutin usaha bapak aja. Kita ngga papa kok, Iya kan Ndre?"
"Hussst jangan gitu, Anggep aja ini uang jajan buat kalian. Ayo diterima, Saya maksa loh ini."Kedua karyawan warung bakso milik Tay akhirnya terpaksa menerima pesangon dari mantan bos nya itu.
"Saya tau Pak Tay orang baik. Semoga dengan tutupnya warung bakso ini menjadi awal terbukanya pintu rezeki yang lain ya pak."
Tay memang dikenal sebagai pribadi yang baik pada semua orang. Tak heran jika ia begitu dihormati oleh orang orang, Kecuali anaknya sendiri.
Hai, Jangan lupa vote ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT BERKAKI SATU (END)
Fanfiction"Jika diberi kesempatan aku hanya ingin bersujud memohon ampun dan membasuh kaki ayah yang hanya tersisa satu." -Nanon-