Hari kelulusan telah tiba. Nanon sudah siap dengan pakaian formal. Rambutnya ditata sedemikian rupa hingga menambah aura dan ketampanan anak itu.
"Udah siap? Mau kerumah sakit dulu?" Off bertanya pada Nanon.
"Ah ngga usah Om, Acaranya udah mau mulai. Nanti kita terlambat. Aku ada tampil buat opening soalnya."
"O-oke. Om tunggu di mobil ya."Setelah memastikan semuanya siap, Nanon keluar menyusul Off yang sudah menunggu di dalam mobil. Mereka berdua berangkat ke lokasi yang sudah ditentukan.
Nanon dan Off tiba di gedung yang memang sudah disewa pihak sekolah. Terlihat begitu ramai karena hampir semua siswa berkumpul bersama orang tuanya. Mereka bersua foto, Saling rangkul dan cium satu sama lain.
Rangkaian demi rangkaian acara berlangsung. Sementara Off sudah stand by dengan kamera untuk merekam Nanon dan ponsel untuk melakukan panggilan video dengan Tay di rumah sakit.
"Itu Nanon ya? Wah keren banget dia pake baju gituan. Liat deh Gun. Anak aku gagah banget. Ngga nyangka ternyata Nanon udah gede." Ucap Tay saat Off mengarahkan kamera panggilan ke panggung dimana Nanon sedang tampil bernyanyi untuk pembukaan.
Mendengar suara lemah Tay dari arah ponsel membuat Off merinding dan tak sadar meneteskan air mata. Tay begitu menyayangi Nanon. Tak peduli apa yang sudah Nanon perbuat padanya. Bahkan disaat kondisinya sedang tidak baik baik saja, Saat untuk bernapas saja ia kesusahan, Tay tetap berusaha untuk melihat putranya wisuda.
Panggilan video terus berlangsung hingga acara selesai. Nanon memeluk Off dengan begitu erat.
"Om Off, Makasih udah bantuin aku selama ini. Aku bersyukur dipertemukan dengan orang orang baik seperti Om Off dan Om Gun."
"Nanon, Kamu harusnya lebih bersyukur karena memiliki ayah seperti Tay. Dia jauh lebih berjasa daripada om."
"Iya om, Nanti aku bilang ke ayah. Om mau foto ngga? Disana ada stan foto. Aku juga mau foto sama temen temen yang lain."
"Boleh, Ayo foto."Acara foto foto memakan waktu 1 jam. Ditambah pemberian bunga kepada para guru, Semakin memperpanjang durasi. Untungnya setelah pemberian bunga para siswa diperbolehkan pulang.
Nanon dan Off segera meluncur ke rumah sakit untuk menemui Tay. Namun keadaan jalanan sangat macet saat ini karena ada kecelakaan di depan. Terpaksa Off dan Nanon harus sedikit bersabar.
Saat sedang menunggu, Ponsel Off berdering. Rupanya panggilan dari Gun.
"Halo Gun, Aku kejebak macet nih. Mungkin bakal sampe setengah atau 1 jam lagi."
"Papi... Kak Tay... Kak Tay udah ngga ada."
Off terdiam. Seperti setengah kesadarannya sudah tercabut, Off mendadak bengong. Ia bahkan tak sadar kalau mobil mereka sudah bisa bergerak.Mata Off berkaca kaca. Dengan sisa sisa kesadaran ia menepikan mobil dan berhenti. Nanon yang tak tahu apa apa hanya bisa menatap Off bingung.
"Om Off kenapa? Om ngga papa kan?" Nanon panik melihat tangan Off bergetar hebat.
"Nanon, Ayah kamu udah ngga ada." Ujar Off lirih, Bahkan terkesan seperti rintihan.
"Ngga ini pasti om bohong kan? Ayah aku ngga mungkin meninggal. Dia ngga mungkin ninggalin aku. Ini bohong kan om? Om bilang ke aku kalo om bohong."Bukannya menjawab, Off justru menyodorkan ponsel yang memperlihatkan foto Tay kiriman dari Gun. Tangis Nanon pecah saat itu juga. Tanpa permisi Nanon merebut ponsel Off dan melakukan panggilan dengan Gun.
"Om Gun, Foto yang om kirim itu rekayasa kan om?"
"Nanon yang sabar ya, Kamu masih punya kita berdua. Papii, Papii bisa denger aku kan? Shareloc sekarang. Jangan nyetir dulu. Aku takut papii ngga fokus ntar malah kenapa napa. Nanti aku kirim supir kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT BERKAKI SATU (END)
Fanfiction"Jika diberi kesempatan aku hanya ingin bersujud memohon ampun dan membasuh kaki ayah yang hanya tersisa satu." -Nanon-