lolos

1.2K 170 1
                                    

Beruntung atau merasa kalah, Devian tidak tahu harus memakai pilihan kata yang mana untuk gambarkan situasinya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntung atau merasa kalah, Devian tidak tahu harus memakai pilihan kata yang mana untuk gambarkan situasinya saat ini.

Satu minggu sejak hari penerimaan anggota klub fotografi baru, Devian sudah mendapat laporan siapa saja yang berhasil lolos seleksi. Parahnya, dia dan para juri tidak diberitahu siapa yang mengambil hasil fotonya. Semuanya tertutup, sampai hari pengumuman.

Dia bahkan tidak ikut seleksi, tapi ikut merasa gugup dan berdebar menunggu website juga sosial media dari Life Studio -nama klub fotografinya- menggunggah hasil pengumuman seleksi. Devian sampai tidak nyaman makan dan susah buang air besar selagi menunggu hari Jum'at jam enam sore tiba.

Semua karena lelaki bernama Rishaki yang merampas beban pikirannya.

Niatnya, dia ingin menertawakan Rishaki jika tebakannya benar. Pria cantik, tinggi, semampai, dan fotogenik seperti dirinya tidak lebih cocok dibanding menjadi model sebagai obyek foto yang paling indah.

Namun, sepertinya dia harus ikut gigit jari.

"Aku daritadi cari kakak."

Secara dramatis, Devian mendongak pada sumber suara itu. Tenang, dalam, namun juga penuh geli dan rasa puas. Tentu saja orang pertama yang akan tertawa dan merasa senang adalah Rishaki sendiri. Lihat saja senyum tipisnya itu. Devian ingin menampar dirinya sendiri karena masih sempat mengagumi wajah indahnya.

Rishaki masih tersenyum puas, "aku bisa memotret, kan?"

"Yah. Terserah."

"Terima kasih atas penilaian obyektifnya, pak juri."

Lihat tingkah menyebalkannya itu. Devian mendengus geli melihat Rishaki berlari menjauh dan duduk di barisan paling depan. Hari ini, Devian juga ikut dalam penyambutan anggota klub baru. Rasanya sedikit malu juga melihat senyum lebar Rishaki dari depan saat dia berpidato singkat. Pasti saat ini Rishaki ingin terbahak keras di depannya, namun masih punya ketahanan diri.

Matanya tak lepas dari paras Rishaki yang bersinar dengan kurang ajar. Tuhan saat ciptakan dia mungkin sedang luar biasa bahagia. Devian tidak bisa menghentikan dirinya untuk kembali menatapnya, lagi dan lagi, seperti dia sudah kecanduan pada hal sesederhana senyum tipis yang buat pipi gembilnya mengembang.

Juga, perasaan bersalah yang menggelitik dadanya.

Tentu saja Devian tidak sepenuhnya berusaha mendiskreditkan kemampuan Rishaki, karena semua fotografer di dunia mungkin ingin memintanya sebagai muse jika sudah melihat wajah dan perawakannya. Devian tidak salah, jika bilang kalau Rishaki lebih cocok difoto daripada mengambil foto. Wajahnya akan sia-sia jika dia bersembunyi di balik kamera besarnya. Tapi tetap saja, dia merasa sedikit tidak enak kalau itu membuat Rishaki benar-benar marah dan sakit hati.

Reyhan menepuk bahunya, "lo diem aja, Devian? Gak ada yang cakep?"

"Dikiranya gue hidup cuma buat ngincer anak orang terus, kali ya." Devian menggelengkan kepalanya, "lo sendiri, ada yang bikin tertarik?"

Ditanya begitu, Reyhan mengelus dagunya dan berpikir. Sekali lagi melihat ke dua puluh lima anggota klub mereka yang baru.

"Lumayan semua, sih. Serius, perasaan cuma beda setahun lebih, tapi mereka dikasih makan apa sampe semuanya cakep?" keduanya tertawa untuk lelucon payah itu, "tapi kalau disuruh pilih satu, udah jelas banget, kan? Rishaki, yang fotonya dapet nilai paling tinggi."

"Menurut lo dia cakep?"

"Sempurna?" Reyhan terkekeh, "padahal lebih bagus dia difoto aja. Kayaknya disuruh bergaya juga bisa. Pake baju apa aja juga pantes. Badannya bagus."

Berarti bukan hanya Devian yang berpikir demikian. Rasanya ingin mengelus dada. Aman. Dia tidak sepenuhnya bersalah. Benar, kan? Lagipula, harusnya itu sebuah pujian untuknya karena dianggap seperti model. Devian tidak punya tanggung jawab apa-apa lagi, kan? Dia merasa terbebani jika terus merasa bersalah padanya.

Dia tidak harus minta maaf, kan?

Malah, bukankah Rishaki yang harus minta maaf karena bersikap kasar, beri tatapan galak, dan berpikiran buruk padanya? Devian hanya ingin bermain-main dan cairkan suasana, tapi Rishaki terlalu kaku dan malah marah-marah.

Devian baru akan mendekatinya setelah malam penobatan anggota baru berakhir. Tapi Rishaki hanya menatapnya tak kalah nyalang seperti hari pertama mereka bertemu, lantas berdecih dan berjalan pulang dengan langkah menghentak.

Benar-benar. Kenapa, sih, dia?

 Kenapa, sih, dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PHOTOGRAPH ; hoonki✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang