another day

1K 133 3
                                    

Kembali pada keseharian Devian dan Rishaki yang selalu habiskan waktu minimal satu sampai dua jam untuk latihan memotret

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali pada keseharian Devian dan Rishaki yang selalu habiskan waktu minimal satu sampai dua jam untuk latihan memotret. Semuanya berjalan seperti biasa, seolah-olah tidak ada tensi sensual yang membara beberapa hari lalu. Entah karena lupa atau Devian yang sengaja lupa dan tidak pernah membahasnya.

Meski gombal dan rayuan tipis tidak akan pernah lepas dari celah bibir Devian untuk dilontarkan kepada Rishaki demi dapat senyum tipis malu atau serangan balik. Namun, keduanya hanya sampai pada tahap itu. Tidak ada sesuatu yang lebih, kecuali tentang Rishaki yang mulai menyadari bagaimana Devian semakin jelas dan berani untuk berikan sentuhan padanya.

Tentu bukan sentuhan kurang ajar –jika tentang itu, Devian biasanya akan minta ijin terlebih dahulu– tetapi bagaimana Devian akan meraih telapak tangannya dengan lembut di banyak waktu dan momen.

Karena Devian tidak punya kendaraan pribadi, mereka sering habiskan waktu bersama berjalan kaki dan menaiki kendaraan umum. Pernah Devian bertanya kenapa Rishaki tidak diantarjemput, tapi Rishaki menggeleng karena tidak mau dianggap seperti anak sekolah dasar.

Padahal, alasan utamanya adalah agar bisa jalan bersama Devian lebih sering.

Dalam genggaman Devian, Rishaki merasakan hangat yang nyaman. Terlebih ketika Devian mengelus punggung tangannya dengan ibu jari, Rishaki merasa dia bisa saja mengompol karena gemas dan luluh oleh perlakuan manis itu. Entah apakah Devian memang biasa melakukan ini pada orang lain sebelum dekat dengannya, Rishaki tak sepenuhnya peduli dan biarkan dirinya menikmati selagi punya waktu.

"Udah sampe, Riki. Lo masih mau pegang tangan gue?"

"Kakak yang pegang duluan." Rishaki mencicit malu dan melepas genggaman tangan mereka karena ucapan jahil Devian. Padahal dia belum mau kehilangan rasa aman dari sentuhan lembap kulit Devian yang sanggup mengiringinya tidur.

"Udah kayak anak kecil aja, masa tiap nyebrang digandeng tangannya. Suruh liat kanan kiri."

Devian tertawa, "emang lo lebih kecil dari gue, kan, Riki? Udah tugas gue jaga lo biar selamat sampai tujuan. Liat kanan kiri sebelum nyebrang itu pemahaman dasar yang banyak orang lupa, loh. Kasus kecelakaan lalu lintas itu penyumbang kematian terbesar juga, Riki. Harusnya lo bilang apa ke gue?"

"Makasih, kak Dean."

"Pinter, adik manis."

Kali ini Devian mengajaknya pergi ke Matsuri di Blok M. Lagi, dia tidak punya alasan khusus mengapa dia memilih tempat ini. Kebetulan saja kemarin temannya mengunggah story kalau dia sangat antusias untuk datang ke sebuah festival tema jepang. Rupanya, Rishaki juga ikut semangat begitu Devian mengusulkan pergi ke tempat ini, karena lelaki itu sangat suka menonton anime dan membaca komik.

Devian mengusap bagian belakang kepala Rishaki selagi lelaki itu menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen hari ini.

"Lo coba ambil wide shot yang representatif suasana festival ini. Feeling dan vibe harus kerasa dari potret lo. Itu aja tugasnya."

"Penuh sesak kayak gini, gimana cara ngerangkum semuanya dalam potret?"

"Makanya itu jadi tugas dan pembelajaran lo hari ini, Riki."

"Kalau dari makanan, boleh?"

"Bilang aja lo ke sini seneng pingin jajan, kan?"

Terlampau mudah ditebak, Rishaki nyengir lebar saat Devian mendengus dan usak rambutnya. Dia memang sangat suka makanan Jepang. Tapi dia hanya pernah makan hasil masakan koki rumah atau restoran favorit ayahnya. Rishaki tidak pernah datang ke acara ramai dengan begitu banyak tenda makanan dan juga orang dengan kostum nyentrik dari berbagai judul anime atau manga.

Selain karena Rishaki tahu ayahnya tidak akan perbolehkan dia pergi ke tempat ramai seperti ini, dia juga tidak punya seseorang yang bisa diajak bersenang-senang. Maka, Rishaki merasa luar biasa beruntung dan girang karena ada Devian yang tak pernah kehabisan ide membawanya pergi ke tempat baru yang sebelumnya hanya jadi angan untuk Rishaki coba singgahi.

Devian membelikan seporsi dango untuk Rishaki sebagai makanan pembuka. Lantas kamera Rishaki pun terarah padanya. Dengan begitu, Devian menjadi model pembuka di hari ini. Devian mengerutkan dahinya, tetapi hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu Rishaki yang gagal berusaha mengambil gambarnya diam-diam.

Devian menggigit dango miliknya juga, "gue kasih tugas supaya lo potret ambience festival, Riki. Bukan bikin konten gue yang cocok jadi pacar idaman."

"Idih, gede rasa."

"Jangan gemes terus, gue gak kuat nanti."

"Gak janji."

Selesai dengan dango, Rishaki mengajak Devian untuk berkeliling supaya mendapat sesuatu yang bagus untuk dipotret. Meski sesekali fokusnya buyar karena melihat stan makanan manis lainnya, atau pernak-pernik lucu dari animasi atau komik favoritnya. Devian tidak bisa menghentikannya, karena sepertinya Rishaki benar-benar senang berada di sini. Senyumnya cerah dan polos.

Alih-alih Rishaki, sepertinya malah Devian yang lebih banyak mengabadikan sosok manis dan menawan Rishaki yang sedang menggerutu saat bermain kingyo sukui karena kertasnya terlanjur robek sebelum dia bisa menangkap ikan mas dalam akuarium kecil. Rishaki tampak sangat menggemaskan, dan Devian ingin sekali mengemas dia dalam sebuah tas kecil lalu disimpan di dalam sakunya saja.

Bagai seorang pahlawan dramatis, Devian muncul lalu ikut bermain di sisi Rishaki dan berhasil dalam dua kali percobaan. Dibanding Devian, Rishaki malah lebih senang saat melihatnya menang. Rishaki sampai melotot dan menganga lebar karena tak percaya, tapi juga sangat bangga sampai mengacungkan dua jempol.

Devian memberikan dreamcatcher seperti yang Rishaki incar sejak dua puluh menit berkutat dan menggerutu tiada henti. Padahal dia punya uang untuk beli saja di toko suvenir lain, tapi malah berharap pada permaian keberuntungan. Lucu sekali. Lihat senyum merekahnya yang sangat cantik itu.

"Simpan baik-baik. Amanat."

"Iya, kak!" Rishaki tidak berhenti tersenyum, "makasih kak Dean!"

Lalu Rishaki mengajaknya pergi lagi, berusaha mengambil banyak foto dari berbagai sisi dan suasana. Namun, dia belum cukup puas dengan hasilnya dan menjadi sedikit gelisah serta tak berhenti menggerutu.

Devian sudah beritahu kalau suasana hati buruk saat memotret itu tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali cerita yang kosong.

Merasa kasihan, Devian raih tangan Rishaki untuk dia ajak duduk di sudut yang sepi dan memberikannya es teh manis. Devian mendengus geli dan mengecup pipi Rishaki. Tertawa kecil saat Rishaki menoleh dengan mimik kagetnya.

"Lo kalo kesel gitu sebenernya lucu banget, tau? Kapan aja cantik. Udah gak waras emang."

"M-makasih..." Rishaki jadi tergagap.

Devian mengusak rambut Rishaki dan berdiri, "gue mau ngerokok bentar. Lo sini aja istirahat dan jernihin pikiran."

Lagi, Devian akan pergi usai buat Rishaki porak-poranda.

Lagi, Devian akan pergi usai buat Rishaki porak-poranda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PHOTOGRAPH ; hoonki✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang