Berani sumpah, Rishaki tidak bermaksud untuk menjadi penguntit gila. Bahkan pada awalnya, dia mendeklarasikan rasa benci dan sakit hati yang dimilikinya terhadap kakak tingkat yang menyebalkan itu -Devian Rajendra.
Pertemuan pertama di hari perekrutan itu buat Rishaki kesal bukan main pada Devian, tidak kenal tapi sok tahu dan mengejek. Seluruh untaian kata, senyum merendahkan, bahkan kerlingan mata genitnya, semua terekam jelas dalam ingatan Rishaki selama berhari-hari dan membuatnya muak dengan fakta bahwa mereka berada di satu ukm.
Namun sungguh bukan kuasa Rishaki, saat dia malah tidak bisa lepaskan Devian dari atensi dan pikirannya selama dua puluh empat jam. Bukan mau Rishaki, jika dia malah temukan kakak tingkat yang menyebalkan itu jadi menarik dan sanggup buatnya merasa tergelitik serta terpikat dengan cara yang sinting.
Memang, Rishaki percaya pada prinsip bahwa tidak ada satu orang pun yang lahir dan hidup dengan wajah jelek. Semua orang cantik, indah, tampan, cakap. Namun, Devian ini sungguh memesona dengan cara yang kurang ajar.
Pahatan wajahnya nyaris sempurna, sorot mata tajam, sesekali mengerling genit saat bercanda, alis bertaut seksi saat fokus dengan kamera atau ponselnya, urat dan otot yang menegang saat mengangkat barang berat, suara berat yang juga menenangkan saat bicara, serta kebiasaan bajingan menyisir rambutnya ke belakang selagi menjilati bibir keringnya.
Bukan salah Rishaki jika dia terjebak.
Entah dari mana dia bisa terpikir untuk merekam segalanya dalam bidik kameranya. Awalnya hanya iseng ketika mereka bertemu saat rapat klub. Tapi Rishaki menjadi egois dan terus tak puas. Dia semakin antusias dan penasaran, hingga berani pergi mengikuti Devian untuk mengambil gambarnya. Bahkan dia pun merasa frustasi karena, demi Tuhan, bagaimana seseorang bisa tampak luar biasa di setiap saat?
Ketika dia menunggu busway datang, ketika dia makan, ketika dia mengantuk, ketika dia bermain ponsel, ketika beli jajanan, ketika berjalan pulang, ketika sedang marah, atau ketika sedang mengendarai motor. Rishaki bahkan sudah tidak bisa mengingat bagaimana caranya dia bisa dapatkan semua foto itu.
Dibanding wajahnya sendiri, sepertinya wajah Devian jauh lebih cocok untuk difoto. Sangat fotogenik, dan ini sudah teruji secara klinis. Seharusnya ungkapan ini ditujukan pada Devian sendiri, bukan pada Rishaki. Sumpah demi Tuhan, wajah dan tubuh Devian seperti model yang tinggi semampai, hidung mancung, tubuh yang ia yakin memiliki enam kotak didalamnya, dan segala tetek bengek lainnya, selain itu Devian juga punya auranya sendiri. Dan itu sungguh bajingan.
Maka ketika dia ketahuan mengambil foto-foto Devian, Rishaki takut dan panik bukan main. Dia terlihat seperti orang sinting yang pasti akan memperburuk hubungan keduanya lebih dari sebelumnya. Rishaki merasa bodoh sekali, dan juga ingin mengumpat pada kesialannya. Bagaimana dia bisa mencetak foto di studio pada hari itu? Mana dia tahu kalau Devian malah datang dan membongkarnya sampai habis?
Kini dia dihadapkan pada situasi yang sulit dan menegangkan.
Apa yang sedang direncanakan Devian? Meski dia mengagumi dan suka padanya, dia tetap tak bisa hilangkan rasa takutnya jika Devian benar-benar kesal dan berusaha membalas dendam padanya. Dia tak tahu apa yang akan dilakukannya dalam tiga puluh menit ke depan -atau bisa jadi lebih-
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH ; hoonki✔
Historia CortaRishaki awalnya sangat tidak menyukai kakak tingkatnya yang menyebalkan, namun dia malah temukan kakak tingkat yang menyebalkan itu jadi menarik dan sanggup buatnya merasa tergelitik serta terpikat dengan cara yang sinting. ⚠bxb, yaoi, fluff, mature...