Tidak ada yang spesial dari pertemuan konyol Devian dengan Rishaki. Bahkan meski mereka satu klub, tidak ada interaksi khusus apalagi saling menghubungi di pesan singkat. Terkecuali grup anggota klub tentunya.
Devian berusaha tidak peduli soal rasa penasaran dan pesona yang dimiliki Rishaki, tapi dia tidak bisa alihkan pandang jika wajah dan eksistensi lelaki itu terlalu menonjol.
Meskipun, tentu saja Devian dibuat hanya bisa terdiam dan memandangnya dari jauh tanpa intervensi apa pun selain menelan ludahnya selagi berdebar tiap melihat wajah luar biasa indah itu.
Ya, dia mengaku. Kalau Devian sangat sangat sangat tertarik pada Rishaki hingga dadanya terasa sesak setiap melihatnya tersenyum, bernapas, bahkan saat memberikan tatap nyalang padanya.
Mungkin dia sudah gila.
Namun, sungguh, sekalipun Devian ingin sekali menggapainya atau menggodanya lagi, dia benar-benar dibuat kalap dan kikuk jika harus menatapnya. Katakan saja dia terlalu gede rasa, sampai berpikir sepertinya Rishaki terus layangkan tatap padanya tiap berkumpul di klub. Masalahnya, dia malah tidak berani mendekati Rishaki seolah-olah dia terintimidasi.
Astaga, Devian bahkan tidak paham kenapa dia bertingkah tolol begini.
Tak bermaksud menjatuhkan harga dirinya sendiri, tapi Devian memang tipe yang cukup agresif dan terang-terangan mengejar mangsa yang sudah kurang ajar buatnya kepikiran di sela-sela waktu senggangnya.
Jika Devian tertarik pada seseorang, dia biasanya akan terus berusaha menggapainya, membuktikan kalau tak satu pun mampu menghindar dari pesona Devian.
Lantas, kenapa dia malah diam saja dan biarkan Rishaki lepas?
"Lo belum balik? Udah mulai gerimis, loh."
"Ini mau ambil tas dulu, ada di ruang studio."
Devian hembuskan asap rokok terakhir miliknya sore ini, lantas ia matikan rokoknya sebelum membuang puntungnya. Dia tersenyum tipis pada Sean dan Juan yang sudah akan pulang.
"Kayaknya bakal deres hujannya, langitnya gelap banget."
Sean menggoyangkan kunci di tangannya, "bawa mobil, dong."
"Wih, bergaya lo sama duit bapak lo."
"Sombong sebelum direndahin, bro." Sean menggandeng Juan, "duluan!"
"Kalo kedinginan, make love di mobil enak, Se!"
"Tau aja lo!"
Ketiganya tertawa karena lelucon barusan, dan kini tersisa Devian yang bangkit untuk pergi ke ruang studio. Dia memang sering menaruh barang yang dia bawa ke kampus di sana, untuk menghemat tenaga tidak menentengnya kemana-mana.
Devian merasa dia juga harus pulang sebelum hujan bisa makin deras dan terlalu sulit untuk diterobos, atau dia harus bergelut dengan bajunya yang basah kuyup dan lepek. Serta flu tiba-tiba seperti anak kecil main hujan-hujanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH ; hoonki✔
Short StoryRishaki awalnya sangat tidak menyukai kakak tingkatnya yang menyebalkan, namun dia malah temukan kakak tingkat yang menyebalkan itu jadi menarik dan sanggup buatnya merasa tergelitik serta terpikat dengan cara yang sinting. ⚠bxb, yaoi, fluff, mature...