VII

6 0 0
                                    

Semburat warna jingga menghias elok bumantara. Gelembung - gelembung awan putih nan suci mengikuti coraknya. Membiaskan cahaya penenang bagi siapapun insan yang menitik fokuskan netra pada cakrawala senja kala itu. Siapapun mengerti bahwa hawa sore selalu mampu membuat runyam menjadi tentram.

Kereta telah berhenti tepat sekitar lima menit lalu. Memerintah Aruna dan Satria untuk segera meninggalkan alat transportasi itu. Satria berjalan beriringan dengan Aruna disebelahnya-melangkah keluar dari salah satu stasiun di Bandung.

"Kita harus jalan sekitar duapuluh menit untuk sampai kesana. Kamu tidak apa?" Satria mengalihkan pandangan pada gadis disebelahnya yang masih semangat berjalan meskipun ia mengerti bahwa Aruna sebenarnya kelelahan.

"Ya... aku tidak ap- Aw!" Namun seketika kalimatnya belum selesai mengudara, Aruna tersungkur hingga lututnya berhasil menyentuh tanah. Pekikan kecil itu keluar seraya ia menatap lututnya yang tergores. Satria menangkap lengan kiri Aruna meski tak berdampak apa-apa.

Lantas Satria berjongkok di depan gadis itu. "Bawa krukmu. Naiklah..." Pintanya dengan suara rendah. "Naik Aruna... kamu itu kelelahan."

"Aku minta maaf kalau badanku terlalu berat." Aruna lantas naik ke punggung Satria. Membiarkan pemuda yang bernotaben sebagai orang asing itu untuk menggendong dirinya. "Terima kasih."

Satria mengangguk dan tersenyum tipis sebagai jawaban. Pemuda itu terus membawa langkah kuatnya menuju tempat paling tenang yang banyak orang kenal dengan laut. Hamparan air jernih dengan ombak yang terkadang serakah meminta atensi. Melewati kecokelatan ilalang panjang yang menyambut wangi laut. Seakan cakrawala sungguh merestui agenda bahagia dua insan yang ingin bebas dari jeruji besi yang manusia buat dengan sendirinya.

to be continue

to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Six Feet Under | Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang