Senin
adalah hari yang banyak tak disukai anak anak sekolahan, karena mereka harus melaksanakan upacara dibawah teriknya matahari,bukannya tidak mau melaksanakan upacara tapi pembina upacaralah yang menyebabkan itu
"Kalian ini niat sekolah tidak?" tanya pak Joko kepada 4 pentolan sekolah, siapa lagi kalau bukan Arga,Rendi,Dika,dan Budi
"Niat pak" jawab semuanya serempak
"Terus kenapa kamu tidak mau mengikuti upacara?" pak Joko bertanya sambil bersidekap dada
"Kan saya niatnya sekolah pak bukan niat ikut upacara gimana siihh?!" ucap Budi kesal
"Budiii!!!"
"Iya pak?"
"Lari keliling lapangan 20 kali"
"Saya pak?"
"Ya siapa lagi kalau bukan kamu,kan cuma kamu yang namanya Budi"
"Heh bapak salah,anak kelas lain juga ada yang namanya Budi,kayak kelas Bahasa 3, namanya Budiman Raharja tapi tidak sebudiman saya" jawabnya sambil cengengesan
tatapan pak joko beralih ke Arga
"Arga? Kamu ini pinter,berprestasi ngapain ikut ikut mereka?"
"Mereka asik gak kayak bapak sukanya usik"
"Maksud kamu apa?"
"Bapak seorang guru pasti ngerti apa yang saya maksud"
Tidak sopan bukan? tapi begitulah adanya
"Kalian berempat lari keliling lapangan 20 kali dan jangan pernah berharap kabur dari hukuman saya"
"Lahh bapak ngawasin kita gitu?" tanya Dika
"Tentu,karna itu tidak menjamin kalian tidak akan kabur"
"Tapi bapak ada rapat guru hari ini kannn?" tanya Rendi sambil menaik turunkan alisnya
"Baiklah kalian tunggu disini sampai bapak kembali"
Pak joko meninggalkan mereka dan kembali tak lama kemudian dengan seorang siswi
"Lahh kok balik lagi pak?" tanya Budi
"Dia yang akan mengawasi kalian"
"Ehhh tapi pak"
"Tidak ada tapi tapian,kalian berempat lari sekarang dan kamu Ara awasi mereka sampai hukuman selesai jangan biarkan mereka kabur jika belum 20 putaran mengerti?"
"Mengerti pak" jawab Ara
Kini keempatnya sedang menyelesaikan hukuman dengan Ara yang mengawasi di pinggir lapangan bawah pohon agar tidak kepanasan
Tak lama Arga datang duduk di samping Ara
"Ar?" panggilnya
"Hmm?" jawab Ara tanpa mengalihkan pandangannya dari lapangan
"Gue minta maaf masalah tempo hari,gue terlalu emosi sampe sampe gue bentak lo dan__"
"Gak usah dibahas"
"Tapi gu__"
"Ckk gue bilang gak usah dibahas,sekarang mending lo fokus buat cari siapa pelaku sebenarnya,dan gue akan bantu lo sebisa mungkin" Ara menoleh ke arah Arga memandang manik mata pria itu sampai dering ponsel mengalihkan atensi keduanya
"Halo"
"........."
"Bagaimana bisa?!!"
".........."
"Saya kesana sekarang"
Arga bangkit dari tempat duduknya disusul Ara
"Kenapa?"
"Kondisi papa makin parah Ar dan gue harus ke rumah sakit sekarang"
"Gue ikut" ucap Ara sambil menahan tangan Arga yang hendak pergi
"Gak lo tetep diem disini,lagian gue juga mau cari tau siapa pelaku yang udah culik kakak dan adek gue"
"Gue ikut" kekeh Ara
"Tapi Ar lo__"
"Gue.Ikut!" ucapnya dengan menekan setiap kata membuat Arga pasrah dan mengangguk
sesampainya di rumah sakit Arga langsung menuju ruangan Papanya melihat disana papanya terbaring dengan alat medis tetapi tanda vital sudah kembali normal membuatnya menghela nafas bersyukur tak terjadi apapun
Tak lama hingga ia menemukan amplop berwarna coklat di meja nakas yang langsung diambil dan dibukannya
"Kaset?" gumamnya
"Dari siapa?" tanya Ara yang dibalas geelengan
"Gak penting" ucap Arga dan langsung membuangnya di bak sampah
"Tunggu!" Arga langsung menaikan alisnya saat Ara langsung mengambil kaset itu dari bak sampah
"Ini mungkin bisa jadi petunjuk" Ara langsung menyimpannya dan pergi dari ruangan
saat kembali Ara sudah membawa Radio
"Buat apa?" tanya Arga
"Puter kaset,sebelum lo buang kasetnya kita harus tau apa isinya"
radiopun menyala membuat keduanya saling pandang saat mengetahui isinya
"Argaa__"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN FAMAUS
Teen FictionIni kisah tentang mereka, dua orang berbeda tetapi dengan karakter yang sama, ini kisah tentang kesenangan dan penderitaan yang mereka alami,sebuah faktor yang membuat keduanya menjadi bungkam, menjadi idola sekolah tetapi tak pernah peduli atas gel...