Chapter 1

107 6 4
                                    

Apa kalian tau? Dalam hidup. Kita harus bisa memaksakan diri untuk menerima hal buruk yang sama sekali tak pernah terlintas dibenak kita bahwa kita akan mengalaminya.

Berharap, alur hidup ini akan selalu berjalan dengan mulus.

Namun nyatanya, sudah berapa kali banyaknya helaan nafas dan keluhan yang keluar dari mulut setiap harinya tanpa kita sadari.

Menandakan kalau hidup memang akan selalu ada batu yang kapanpun bisa membuat kita tersandung.

-Berlian

***

"GESWA! "

keduanya tersentak kaget saat mendengar teriakan dari dalam rumah. Berlian yang sudah tau apa yang akan terjadi pun menggenggam tangan Geswa erat.

Brakkk

Pintu berwarna putih itu terbuka lebar dengan suara yang begitu keras. Disana terlihat seorang wanita paruh baya yang berjalan ke arah keduanya. Rambutnya pendek sebahu, wanita itu mengenakan setelan kantor. Terlihat rapih dan cantik walau di usianya yang sekarang.

"Tante." Sapa Berlian berusaha tersenyum, namun sama sekali tak ditanggapi oleh wanita yang ia panggil tante itu. Wanita itu justru menampilkan raut wajah yang begitu kentara tengah menahan amarah. Amarah yang siap akan keluar. Dan sayangnya, amarah itu akan tertuju untuk Geswa.

"Kenapa kamu terus disini? Rumahmu hukan disini, Berlian." Ucap wanita itu tegas pada Berlian.

Berlian sudah terbiasa menerima semua ini, dirinya selalu tidak diperbolehkan bertemu dengan Geswa.

"Aku tidak bisa meninggalkan Geswa sendirian, tante Arum." Aku Berlian.

"Biarkan dia sendirian, dia memang pantas sendirian. Dia harus merasakan apa yang Alana rasakan!"

Selalu dengan alasan yang sama.

"Masuk!" Tangan Arum menggenggam pegangan kursi roda Geswa. Wanita itu mendorongnya kasar menuju ke dalam rumah. Jantung Berlian sudah tidak tenang lagi, kenapa selalu seperti ini.

"Tante Arum kumohon, jangan sakiti Geswa." Berlian mengejar Arum dan memegang tangan wanita itu memohon. Namun Arum seolah tuli, ia terus mendorong kursi roda Geswa hingga kini sampai didepan gudang yang begitu gelap.

"Tante Arum aku mohon jangan lakukan ini, Geswa adalah anak tante. Aku mohon tante." Wajah Berlian sudah begitu basah terkena air mata yang terus mengalir sejak tadi. Apalagi saat ia memandang wajah Geswa, cowok itu bahkan tidak mengeluarkan ekspresi apapun yang membuat Berlian tidak tau apakah cowok itu takut atau tidak.

Geswa seperti sudah pasrah dengan apa yang akan dialaminya. Dan itu yang semakin membuat hati Berlian terasa sesak.

"Kamu lebih baik pulang!" Sentak Arum pada Berlian, lalu wanita itu memasuki gudang lusuh itu. Bersama dengan Geswa yang sudah didorong lebih dulu kursi rodanya.

Lalu wanita itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam sana.

"Tidak, tolong tante buka pintunya!" Berlian terus menggedor pintu gudang itu, namun hal itu sia-sia saja dan justru membuat tangannya luka karena terlalu keras memukul.

Lama menggendor pintu juga membust tenaganya terkuras, Berlian merosot dan terduduk bersender ke pintu. Ia tidak bisa melakukan apa-apa jika sudah begini.

"Saya benci kamu!"

Suara itu terdengar dari dalam sana yang tak lain dan tak bukan adalah suara Arum. Terdengar juga suara pukulan dan tamparan yang tidak hanya sekali saja Berlian dengar, namun berkali-kali.

EDGAR - Cruel Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang