Didalam mansion ber atap hitam itu, seorang pria melepaskan jass hitam licinnya, meninggalkan kaos polos yang berwarna senada pun hitam. Rahangnya mengeras, pahatan wajahnya amat tegas, duduk di kursi kerjanya dengan menatap layar laptop yang menyorot ke arah wajahnya dengan serius.
Ketukan dari arah pintu membuatnya menyahut singkat mempersilahkan sang pengetuk untuk masuk. Disana masukah pria mengenakan jass hitam rapih, membungkuk hormat pada Edgar yang masih terduduk ditempatnya. Edgar hanya mengangguk singkat, menunggu orang kepercayaannya itu untuk berbicara dengan mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'bagaimana?'
"Aku sudah menyelesaikan semuanya. Sangat mudah dilakukan." Celetuk pria itu, diangguki Edgar yang mengukir senyum singkat, sangat singkat. Dia berdiri dari duduknya, berhadapan dengan pria itu.
"Bagus Kein, kau memang tidak pernah membuatku kecewa."
Kein mengangguk dan tersenyum, dia sudah bekerja menjadi suruhan dan kepercayaan Edgar selama pria itu bergelut di dunia bisnis. Fargo lah yang menyuruh Edgar untuk memiliki tangan kanan, agar semua pekerjaanya lebih ringan jika ada yang membantunya.
"Apa kau tidak takut dia mengetahuinya?" Tanya Kein, memanglah Edgar bukan pria baik hati yang tidak pernah melakukan hal kejahatan. Tetapi untuk melakukan apa yang disuruhnya membuat Kein tak habis pikir.
"Tidak akan ada yang berbeda jikapun dia mengetahuinya. Dia akan tetap menjadi miliku, Kein. Ingat itu."
***
Dering ponsel Berlian sangat berisik, dia menjadi tidak fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru yang terakhir mengajar di hari ini. Sebentar lagi pulang dan tugasnya akan segera dikumpulkan. Berlian memang menaruh ponselnya didalam tas-nya saat sudah mendekati jam pulang. Dia mengabaikan dering tersebut, Berlian menebak jika yang terus meneleponnya adalah Edgar.
Siapa lagi jika bukan pria itu. Tetapi Edgar tidak menghubunginya sejak kemarin. Itu menbuatnya sedikit lega dan apakah sekarang harinya akan kembali buruk dengan hadirnya pria itu lagi.
Tugasnya sudah dikumpulkan, dia membereskan semua alat belajarnya dan memasukannya kedalam tas. Bell tanda pulang sudah berbunyi, guru pun sudah keluar sejak tadi. Dia mengambil ponselnya, memastikan siapa yang meneleponnya tapi bukannya nama Edgar yang terpampang disana, melainkan Geswa.
Berlian merekahkan senyumnya, Geswa pasti menunggunya untuk pergi ke taman yang dia janjikan kemarin untuk datang bersama Geswa sepulang sekolah.
Berlian amat semangat, membayangkan jika Geswa bahagia saat dia bawa ke taman itu. Taman yang baru diresmikan berapa hari belakangan. Dia senang akhirnya bisa melihat senyum dan tawa laki-laki itu lagi, setelah sekian lama Geswa tak pernah bahagia. Berlian senang akhrinya Geswa memikiki semangat lagi untuk hal-hal kecil seperti pergi ke taman dan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDGAR - Cruel Dark Side
RandomBerlian tidak pernah menyangka jika hidupnya akan berubah 180 derajat sejak ia dipertemukan dengan laki-laki kejam dan menjadi pengontrol hidupnya yang bernama Edgar. Laki-laki dengan sejuta teka-teki yang selalu membuatnya bingung. Sejak hari perta...