Chapter 3

93 3 2
                                    

Setelah hampir dua jam gadis itu tidak sadarkan diri, akhirnya kini ia sudah membuka matanya. Mencoba menetralkan cahaya lampu yang begitu terang kala ia membuka mata.

Berlian mengerjap-erjap, tentunya bingung dengan keberadaanya sekarang dimana. Merasa penasaran ia pun beringsut duduk, memandangi sekitar ruangan yang bernuansa putih abu. Atap kamar itu berwarna hitam namun terlihat megah.

Ini seperti bukan di kamar rumah, melainkan seperti kamar apartemen.

"Sudah bangun?" Suara berat yang berasal dari pintu kamar yang terbuka itu sukses membuat Berlian terjengit kaget. Ia lantas bangkit dan turun dari tempat tidur. Merasa takut.

Siapa pria yang ada dihadapannya sekarang? Pria itu juga terkejut saat melihat Berlian yang langsung turun dari ranjang. Ia lantas mendekat.

"Ka-kau?" Berlian teringat kalau pria itu yang berkelahi tadi, dan dirinya juga baru ingat kalau tadi dia sempat terkena bogem mentah dari salah satu dari mereka. Tetapi ia tidak tau siapa pelakunya.

"Hei, tidak perlu takut. Karna aku sekarang akan selalu melindungimu." Itu ucapan yang keluar dari mulut pria itu. Membuat sebuah kerutan didahi Berlian, ia merasa bingung dengan perkataan pria berjas hitam didepannya.

"Maksudmu?"

Pria itu tersenyum miring, disusul kekehan setelahnya.

"Ya, aku sekarang akan selalu menjagamu. Karena sekarang sudah menemukanmu, kau adalah miliku sekarang, milik seorang Edgar." Ujarnya dengan bangga menyebut nama dirinya.

"Milik apa, siapa kau ini?" Berlian masih bingung, bangun dari pingsan ia tidak tau apapun. Dan sekarang pria dihadapannya ini juga malah menyebutnya sebagai miliknya. Aneh.

"Ya, aku sekarang sudah menemukanmu dan aku tidak akan melepaskanmu lagi, sayang."

Berlian bertambah bingung, ia merasa seperti hilang ingatan sesaat lalu terbangun dan bertemu pria tidak jelas dihadapannya ini.

"Sebenarnya apa maksudmu? Oh apa jangan-jagan kau yg berkelahi tadi dan kau juga yang telah memukulku?" Tanya Berlian lagi memastikan.

Pria itu mengangguk."Ya, aku yang sudah memukulmu tadi. Dan sebagai permintaan maafku, aku ingin menjadikanmu pacarku. Miliku. Milik Edgar." Edgar berbohong, nyatanya bukan dia yang memukul gadis itu.

Berlian lantas melongo mendengarnya. Pria dihadapannya ini begitu pede dan percaya diri. Hingga dia dengan seenaknya mengklaim dirinya sebagai milik pria itu. Manusia aneh darimana sebenarnya pria ini.

"Tidak jelas sekali kau ini, bahkan aku tidak mengenalmu." Berlian melangkah ke arah pintu, ia hendak keluar dari sana namun belum juga kakinya sampai di hadapan pintu, lengan nya sudah terlebih dahulu ditarik oleh Edgar. Pria itu mendorong Berlian, memojokan gadis itu ke tembok.

Berlian ketakutan.

"Husstt," tangan Edgar yang kekar namun halus itu, jari telunjuknya mendarat di bibir ranum Berlian. "Aku tidak akan menyakitimu, tetaplah disini bersamaku. Jika tidak-"

Edgar sengaja menggantung ucapannya, ia mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Berlian. Mengikis jarak yang tentunya semakin membuat gadis itu panas dingin di tempatnya.

"K-kau mau apa?" Tanya Berlian, gadis itu benar-benar ketakutan. Ia tidak berani menatap wajah Edgar, tatapan pria itu mampu membuat nyalinya menciut.

"Jadi miliku, tidak ada penolakan. Berlian." Ujarnya sembari menampilkan senyum smirk yang lagi- lagi membuat berlian merasa ngeri.

Berlian lagi-lagi terkejut, bagaimana tidak. Laki-laki dihadapannya ini bisa tau namanya darimana? Padahal sejak bertemu ia belum sempat sama sekali memperkenalkan diri.

"Ka-u tau darimana namaku?" Tanya gadis itu bingung sekaligus takut . Ia hanya menatap wajah Edgar sebentar lalu menunduk kembali tak berani berlama-lama menatap wajah pria itu.

Sedangkan Edgar, masih sama dengan posisinya tadi. "Kamu tidak perlu tau, mulai sekarang aku akan selalu tau apapun tentangmu. Jangan khawatir tentang apapun sekarang, karena Edgar akan selalu menjaga wanitanya."

Berlian sempat terdiam sejenak, perkataan Edgar memang tidak masuk akal mengingat jika itu pertemuan pertama mereka. Tapi... perkataan pria itu juga mampu membuatnya merasa kagum.

Ia merasa...sangat spesial.

Namun dengan cepat Berlian membuang pikiran-pikiran itu. Ia harus sadar kalau Edgar ini pria tidak jelas yang pernah ia temui sepanjang hidupnya.

Apakah ada orang yang langsung mengatakan bahwa orang tersebut miliknya saat baru pertama kali bertemu? Sepertinya tidak ada. Hanya Edgar, hanya pria itu yang menurut Berlian Gila.

Bagaimana ia langsung bisa mengecap dirinya sebagai miliknya, sedangkan pria itu belum tau bagaimana dirinya, bagaimana kepribadiannya.

Sungguh aneh tapi nyata.

"Aku ingin pulang, tolong biarkan aku pulang." Mohon Berlian dengan tatapan melasnya. Ia berharap sangat besar kalau Edgar mau mengiyakan keinginannya itu.

Sedangkan Edgar yang masih dengan posisi yang sama. Ia menatap mata Berlian lama, membuat gadis itu gelagapan bingung. Ia menatap kesana kemari, berusaha menghindari tatapan mata elang lelaki dihadapannya ini.

Sungguh, Berlian merasa takut.

Mata Edgar seperti memancarkan api yang menyala-nyala.

"Sekian lama aku menunggumu, dan kamu dengan mudahnya mengatakan itu," Edgar berkekeh merasa lucu dengan perkataan Berlian. "Tidak akan ku biarkan kau pergi begitu saja, Berlian." Lanjutnya mengubah mimik wajahnya menjadi datar.

Tangan pria itu terangkat, mendarat pada wajah Berlian dan mengusapnya lembut. Membuat Berlian kembali merasa risih dengan perlakuan Edgar. Namun dia tidak bisa melakukan apapun karena pergerakannya terkunci.

"Berlian, you are mine. Bertahun-tahun aku mencarimu sayang." Ucap cowok itu tepat di dekat telinga gadis itu.

Berlian merinding, Edgar berkata pelan namun terdengar sangat menyeramkan.

"Siapa kau sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku?" Kata berlian bertanya takut. Bertahun-tahun mencarinya? Siapa sebenarnya Edgar ini.

"Kamu akan mengetahuinya nanti. Yang jelas, aku sudah membuatmu menjadi milikku sudah sangat lama." Kata Edgar lagi. Dia melepas tangannya yang semula berada pada pipi Berlian. Beralih mengusap lembut surai gadis itu.

"Akan aku tunjukan tempat yang membuatmu mengingatku. Tapi tidak sekarang, tunggu aku," Edgar mengecup singkat kening Berlian, gadis itu berusaha berontak namun Edgar mencekal pergelangan tangannya.

"Tunggulah, aku tidak akan lama. Jika kamu merasa bosan, aku akan menyuruh Kein untuk membawakan apa yang kamu mau." Edgar melepas pegangannya perlahan. Dia mengeluarkan ponsel Berlian dari dalam saku celananya.

"Nomorku sudah ada di dalam ponselmu. Hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu, aku akan langsung menyuruh suruhanku mendatangimu." Edgar berjalan perlahan hendak keluar dari kamar. Namun perkataan Berlian menghentikan langkahnya.

"Bagaimana caranya kau membuka ponselku?" Berlian bertanya sedikit marah. Merasa kesal karena Edgar membuka ponselnya tanpa izin, padahal dia sudah memberi pin pada ponselnya. Bagaimana Edgar bisa membukanya.

"Itu mudah bagiku. Tidak perlu memikirkannya, aku tidak membuka yang lain selain hanya kontak." Setelah mengucapkan itu, tubuh Edgar sudah tidak terlihat lagi menghilang dibalik pintu. Meninggalkan Berlian yang masih kebingungan sekaligus kesal.

Apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Bunda pasti menungguku di rumah, dan Geswa, bagaimana keadaan-nya sekarang?" Dia bertanya entah pada siapa. Perasaannya kalut, bercampur ketakutan memikirkan keadaan sahabatnya. Kemarin dia meninggalkam Geswa dalam keadaan cowok itu yang buruk. Apakah sekarang Geswa sudah membaik?

Melihat jendela di dekat meja, Berlian mendekat. Dia membuka tirai berwarna cream yang menghalangi. Seperti dugaannya, dia memang berada pada sebuah apartemen. Berlian menatap ke depan sana, kamarnya berada pada ketinggian.

"Entah apa yang akan terjadi ke depannya, aku hanya berharap semoga Bunda, Lesya dan juga Geswa baik-baik saja."

EDGAR - Cruel Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang