Chapter 7

34 1 0
                                    

Sore hari setelah percakapan semalam, Berlian tidak membalas pesan yang dikirimkan oleh Edgar. Jujur saja dia masih malu.

Begitu banyak pesan yang dikirim oleh pria itu. Terakhir Berlian hanya membacanya saja tadi saat jam istirahat. Dia belum membuka ponsel lagi setelahnya.

Sekarang langkahnya berjalan keluar dari koridor sekolahnya, hari sudah menunjukkan jam empat sore, waktunya untuk pulang. Banyak hal yang harus Berlian lakukan. Dia hendak menemui Geswa dulu kemudian mendatangi rumah sakit setelahnya.

Adiknya, Lesya belum pulang dari rumah sakit.

Berlian merindukan Geswa. Tiga hari dia tidak menemui laki-laki itu. Walaupun Geswa sudah tidak seceria dulu, namun semua hangatnya kenangan mereka tidak akan pernah hilang dari pikiran Berlian. Di matanya, Geswa tetaplah laki-laki yang selalu melindunginya dan laki-laki yang selalu membuatnya  tersenyum saat hari-harinya buruk.

Sebelum kejadian itu, Geswa adalah laki-laki periang dengan sejuta semangatnya untuk membahagiakannya juga adik perempuan Edgar. Edgar amat menyayangi ketiga perempuan dalam hidupnya, Ibunya, Adiknya dan juga Berlian.

Setelah Ladia tidak bekerja lagi dirumah Fargo dulu, Berlian bertemu dengan Geswa. Mereka berteman karena satu tempat TK. Dulu saat kecil mereka selalu bermain berpindah tempat walau rumah mereka terbilang cukup jauh.

Dari TK, SD, SMP hingga menginjak bangku sekolah menengah atas mereka selalu bersama dan selalu dipertemukan dalam satu kelas. Hingga satu kejadian itu, membuat Geswa harus berhenti dalam belajarnya. Bukan hanya sekolahnya yang berhenti, tetapi juga semangatnya. Segalanya berhenti di hari itu, semuanya tiba-tiba berubah hanya dalam hitungan jam.

Berlian benci dengan takdir yang harus membuat Geswa menjadi korban. Membuat laki-laki itu selalu diperlakukan buruk oleh ibunya sendiri hanya karena hal yang bukan salahnya.

Ponsel Berlian Bergetar, dia tau siapa yang menelepon. Berlian abaikan dan terus berjalan keluar dari sekolah. Dia hendak menuju tempat dimana sepedanya ia letakan.

Langkahnya terhenti mendadak. Kalian tau karena apa? Edgar.

Pria itu berdiri diluar mobil hitamnya dengan menyilangkat tangan didepan dada. Apa yang harus Berlian lakukan, mendatangi pria itu? Dia enggan. Tujuannya adalah menemui Geswa, bukannya malah menemui Edgar.

Ini keliru.

"Kenapa dia berada disana, dia seperti bodyguard yang sedang menunggu. Badannya besar dan tampilannya sangat rapih." Gumam Berlian kecil. Dia berjalan hendak meninggalkan pria itu.

"Tidak apa jika kau menganggapku sebagai bodyguard. Bolehkah aku menjadi bodyguard-mu dan selalu melindungimu?"

Apa-apaan? Pria itu mendengar ucapannya dengan jarak sejauh ini? Dan dengan ucapannya yang sekecil tadi? Berlian tercengang, langkahnya terhenti lagi. Pria itu memang gila.

"Makan bersamaku, kau pasti lapar." Saat Berlian berbalik, pria itu sudah berada dibelakangnya dengan jarak yang amat dekat. Kapan Edgar berjalan ke arahnya?

"K-kau, untuk apa kau kemari. Tidak perlu, aku sudah kenyang." Tolak Berlian dengan wajah sedikit tertunduk. Tidak mau menatap mata pria itu yang seperti elang yang akan mematuk mangsanya.

"Tapi perutmu berbunyi."

Sial memang. Dengan tidak tahu waktu, perutnya berbunyi nyaring setelah Berlian katakan tidak lapar. Sudah berapa kali Berlian dibuat malu.

"Sudahlah tidak perlu berbohong, lagipula aku tidak akan menculikmu seperti pertama kali aku menemukanmu." Tangan yang berhias rolex berwarna abu itu terulur dihadapan Berlian. Pasang mata banyak yang menatap keduanya.

EDGAR - Cruel Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang